1 BUNGA BERWARNA UNGU

Pada suatu malam Raka perjalanan pulang ke Rumah. dia hidup di Desa dekat Gunung. Pada saat itu Raka menuruni Gunung setelah berburu burung, tanpa sengaja dia melintasi Pasar, Agak anehnya lagi Raka tidak ingat jika di Gunung terdapat pasar. Karena rasa penasaran Raka memasuki wilayah pasar.

Didalam kepalanya terdengar suatu suara.

1. dibangunkan

pagi hari Raka dibangunkan dari tidurnya. Ketika membuka mata sosok orang yang dia lihat adalah Ibu. Ibu adalah seorang petani, sedangkan dirinya hanya seorang murid SMA yang telah lulus dan pekerja magang. Kadang jadi petani, peternak, pemandu pendaki, dll. Soal Ayah dia bekerja sebagai ilmuwan, tetapi dia menghilang tanpa jejak dan dianggap meninggal. Sebenarnya Ayah merupakan orang paling berjasa di satu desa Karena telah menciptakan sesuatu untuk membuat desa semakin maju.

Nama panjangnya adalah Raka Panghuntur, ayahnya bernama Estu Panghuntur, dan Ibunya bernama Rima Panghuntur.

Hari ini Raka bersandar di serambi Masjid sambil membaca mengerjakan buku soal matematika.

"Hei Raka." Muncul Sapto sahabatnya didepan muka. Dia seorang petani dan peternak. Sapto adalah siswa yang telah lulus SMA.

Raka tidak menjawab, hanya mendongak dan menutup bukunya.

"Kamu dipanggil Bos."

"Bos?"

"Haduh, tugasmu sebagai pemandu naik Gunung."

"Oalah si Ketua Pendakian." Tebak Raka.

"Iya si Ketua Pendakian." Kata Sapto.

Raka beranjak dari serambi Masjid, dia memasukkan buku dan alat tulis kedalam tas ransel. Dia berjalan menuju Pos pendakian, itu adalah daftar untuk para pendaki agar mendaftarkan diri sebagai pendaki. Setiap pendaki harus mendaftar dirinya sebelum menaiki Gunung, dan jumlah pendaki juga dibatasi.

Sampai di Pos, Raka bertemu dengan si Ketua. Disebelahnya berdiri seorang pemuda yang seusianya. Pemuda itulah yang dijadikan prioritas Raka untuk dipandu.

2.

"Nama saya Halilintar." Si pemuda itu memperkenalkan diri.

Sekarang mereka lagi berkemah di Pos 2. Gunung yang mereka tanjaki memiliki tiga pos. Raka dan Halilintar mulai berteman walaupun Raka seorang pemandu sedangkan Halilintar adalah pendaki yang dipandu.

"Jadi kamu hobinya belajar?" tanya Halilintar. Mereka lagi ngobrol sambil memakan mie instan.

Raka menyadari tas pendakiannya sedikit terbuka. Didalamnya terlihat jelas buku biologi.

"Saya bercita-cita sebagai ilmuwan." kata Raka akhirnya.

"Apa yang membuatmu termotivasi dengan menjadi ilmuwan."

"Ayah saya seorang ilmuwan."

"Kamu mengikuti jejak Ayahmu, dimana dia bekerja?"

"Dia telah meninggal."

Halilintar langsung tersedak setelah mendengar kalimat barusan.

"Maaf aslinya dia menghilang. Pada akhirnya tidak berhasil ditemukan, lalu dianggap meninggal. Baiklah kurasa perumpamaan ini sama saja."

"Aku turut berduka cita. Jika kamu ingin tau, Saya aslinya seorang ilmuwan yang bekerja tentang perubahan cuaca."

"beneran?" tanya Raka karena merasa tidak meyakinkan.

"iya beneran. Saya kuliah di Jakarta dan bekerja di Yogya."

"ngomong-ngomong bolehkah Saya tanya sesuatu." Kata Raka mencoba mengalihkan pembicaraan. "Apa yang membuat anda memiliki niatan untuk mendaki Gunung Arjuna?"

menurut Raka ini pertanyaan yang masuk akal. Halilintar bekerja untuk mempelajari cuaca, sekarang apa kaitannya dengan mendaki Gunung Arjuna jika kerjaannya ada di langit.

"hobimu belajar sedangkan hobiku mendaki Gunung. Gunung Arjuna sudah termasuk bagian dari hidupku." Kata Halilintar.

Dua hari keesokannya mereka telah melewati pos 3 dan terus mendaki hingga puncak Gunung Arjuna. Perjalanan menuju puncak memberikan mereka kesempatan untuk melintasi suatu kawasan mistis. Raka menghentikan langkahnya karena berpas-pas dengan wilayah yang amat familiar.

Raka menyadari Halilintar juga ikut berhenti. Raka mencari suasana agar tidak garing melihat dirinya yang tiba-tiba berhenti.

"Tanah disebelah saya ini memiliki sumber mitos." Jelas Raka. "Tanah ini disebut Pasar Dieng, menurut mitos….."

"menurut mitos ketika malam hari ditemukan beberapa orang melakukan pusat jual beli. Ketika di pagi hari pasar itu hilang dan tidak ada bekas apapun."

"Lho mas-nya tau sejarahnya darimana?"

"Cari di google."

3.

Ibu mendapati dua orang yang barusan mendaki Gunung hingga Puncak. Dengan amat terpaksa Dia menyiapkan dua teh untuk dua orang. Yaitu anaknya bernama Raka dan sahabat barunya bernama Halilintar.

"Ini mas." Raka memberikan seluruh rapor tentang pendidikannya selama ini. Halilintar bisa melihat bahwa Raka sangat bagus dalam akademik bahkan nilai olahraga.

"Aku asli Jakarta. Tetapi Aku kerja di Yogyakarta." Kata Halilintar. "Aku kuliah di Jakarta dengan beasiswa."

"beasiswa?" tanya Raka merasa tidak yakin.

"Iya, waktu itu ada beasiswa. Dan sekarang beasiswa yang aku ikuti masih ada."

Raka jadi tertarik dengan pembahasan ini.

"Aku yakin kamu tertarik." Kata Halilintar. "Jika kamu tertarik kunjungilah Surabaya, akan ada tes pemasukan beasiswa."

"Aku kira di Jakarta?" tanya Raka.

"Sebenarnya Beasiswanya di Jakarta tetapi mereka juga membuka kesempatan di Surabaya." Kata Halilintar. "lumayan Gunung Arjuna berada di Jawa Timur sesuai Surabaya."

"Untuk jurusan pilihannya apa?"

"Ada jurusan peneliti…."

"Aku pilih jurusan peneliti." Potong Raka. "Aku ingin menjadi ilmuwan."

2 hari kemudian Raka telah mempersiapkan dirinya beerta perlengkapan ketika mengunjungi Surabaya. Raka mengangkat koper, Sebelum itu Raka pamit ke Ibunya.

"Raka kamu beneran ingin mengambil kesempatan beasiswa?" tanya Ibu.

"Aku ingin menjadi seperti Ayah, Menjadi ilmuwan."

"Ayahmu menghilang karena jadi ilmuwan." kata Ibu.

Raka kaget mendengar kalimat barusan.

"Kumohon jangan jadi seorang ilmuwan." kata Ibu. "Carilah pekerjaan lain, Ibu takut kehilanganmu."

"Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir." Kata Raka. "Menjadi ilmuwan adalah cita-citaku. Bekerja sebagai ilmuwan tidak akan membuatku menderita malah akan memberiku kekuatan."

"ketika kamu berhasil mendapat beasiswa, kamu akan menginap di Jakarta. Kamu bakalan jauh dari Ibu dan Ibu bakalan sendirian disini."

"Ibu aku janji bakalan kembali lagi ketika bulan liburan."

"Kamu janii."

"Janji."

Raka memeluk Ibu untuk menenangkan hati-nya. Raka akan memegang janji itu, dia tetap kuliah jika ada bulan liburan maka dia akan pulang kampung. Bagi Raka itu janji yang mudah. Setelah pamit Ibu, Raka pamit ke beberapa kenalan lainnya. Seperti ketua pemandu pendaki dan Sapto.

"Kalo mbalik sini dari Surabaya, jangan lupa bawa oleh-oleh." Kata Sapto.

Mereka bertemu di sebuah Warung, lebih tepatnya secara kebetulan, tujuannya Raka ke Warung untuk bertemu Halilintar. Raka melihat ada dua pria keluar Warung, diantaranya adalah Halilintar.

"Raka perkenalkan ini Kakak saya namanya Badai."

Raka dan Badai berkenalan. Halilintar tidak bisa ikut mengantar Raka menuju Surabaya. Maka Halilintar mengutus Kakaknya bernama Badai untuk menemani Raka tes beasiswa di Surabaya.

"Kamu kenapa tidak bisa ikut?" tanya Raka ke Halilintar.

"Aku masih ada urusan yang belum tuntas disini."

Raka jadi curiga dengan jawaban barusan. Memangnya urusan apa yang didapat Halilintar di Gunung Arjuna. Lagipula Halilintar ke lokasi hanya untuk mendaki, kira-kira urusan apalagi yang didapat di Gunung Arjuna. Raka ingin tanya tentang urusan, tetapi terasa sungkan.

"Jadi kamu yang nama Raka?" tanya Badai.

"Iya benar."

"Aku kagum bisa bertemu anak Gunung yang nekat ke Surabaya demi beasiswa."

Raka diajak Badai untuk jalan menuruni sedangkan Halilintar berbeda arah. Raka diantar ke sebuah jeep. Jeep tersebut adalah sewaan bukan miliknya.

Ditengah perjalanan Badai sempat menjelaskan pendiri beasiswa berasal dari Perusahaan Sampoerna.

4.

di Surabaya Raka menginap di Kost tempat Badai menginap. Tentang tes beasiswa itu untuk semua lulusan SMA, lokasi berada di universitas Gajah Mada. Setelah tes Raka begitu beruntung karena diterima untuk mendapat beasiswa. Sekarang Raka belajar di Jakarta. Raka diberangkatkan ke Jakarta diakhir bulan menggunakan kereta api.

"Selamat kamu diterima kuliah di Jakarta secara gratis." Kata Badai, mereka berdua berada di Kost untuk makan malam. Mereka membeli nasi bungkus dari penjual jalanan, menurut Raka ide bagus untuk membeli nasi bungkus karena murah dan tidak mahal, sedangkan Badai memiliki beda pendapat.

"Aku beli nasi bungkus dari penjual jalanan karena merasa kasihan." Kata Badai. "Banyak orang kaya yang numpang makan di Café dengan bayaran yang sangat mahal, sedangkan penjual jalanan telah menawar dagangannya dengan harga paling murah tetapi tetap saja yang beli sedikit. Café itu mahal dan laku keras sedangkan penjual jalanan menjual dagangan dengan harga murah dan yang beli sedikit. Memangnya kita harus menyiksa mereka berapa lama."

5.

Badai mengajak Raka menuju Warnet. Itu adalah tempat bagi Orang yang ingin menggunakan internet. Tujuan mereka kesana bukan untuk cari informasi dari internet melainkan minta bantuan. Pemilik Warnet tersebut adalah sahabat Badai. Namanya adalah Agus dan Darma.

"Apakah boleh dia jualan disini?" tanya Badai.

Raka dan Badai sedang berhadapan dengan Agus dan Darma. Mereka berada dipaling belakang ruangan yaitu meja kasir. Raka bakalan kuliah di Jakarta dengan beasiswa, menurut Badai tentang Raka dia harus mandiri dan lebih dewasa.

"Memangnya dia mau jualan apa?" tanya Agus.

"Belum tau." Kata Badai.

Terlintas sesuatu dipikiran Raka tentang suatu pengalaman. "Menurutku aku tidak butuh jualan untuk melatih mandiri. Karena sebenarnya aku sudah mandiri sejak hidup di Desa."

Raka mengaku sering berjualan setelah lulus SMA di Desa. Bekerja sebagai petani dan peternak. Sering sosialisasi dengan menjadi pemandu pendaki Gunung. Menurut Badai rencana itu tetap dijalankan sebagai untuk mengembangkan sifat mandirinya.

Di hari selanjutnya Badai jualan minuman. Seperti es teh, es jeruk, es susu, dll. Modalnya berasal dari Badai sebagai ganti Raka bakalan menanggung semua modal. Untuk jam pulang Raka menyesuaikannya jika dagangan laku habis atau jika waktu menunjukkan pukul 10 malam.

Kadang-kadang Raka pulang tidak sesuai waktu karena sering diajak ngobrol oleh dua penjaga Warnet.

"Kamu tinggal di Gunung Arjuna." Kata Agus. "Aku kagum bisa ketemu orang yang datang jauh-jauh dari Desa ke Surabaya cuma karena nekat mengambil kesempatan beasiswa."

Raka hanya tersenyum mendengar komentar barusan.

"Kamu mengambil jurusan apa sih?" tanya Darma.

Raka menjelaskan bahwa dia memilih jurusan peneliti untuk menjadi Ilmuwan, dia mengikuti langkah Ayahnya, program beasiswa yang diikuti berasal dari perusahaan Sampoerna.

"Aslinya aku amat senang bisa bertemu orang yang fisiknya tangguh di Ruangan ini." Kata Agus.

"Memangnya ada apa dengan adanya orang dengan fisik tangguh?" tanya Raka.

"cobalah lihat orang didaerah sekelilingmu." Kata Agus. Disekeliling Raka banyak pengunjung Warnet yang tubuh terlihat kaku dan tidak sehat. Diantaranya ada yg kurus, berjerawat, memakai kacamata, rambut berantakan, punggung tidak terlalu tegap, dll. Pokoknya jika dilihat, orang tersebut kelihatan tidak sehat.

"disini pengunjung berupa orang yang jarang beraktifitas." Kata Raka. "Jangan mengira pengunjung disini sekedar untuk mencari informasi di internet buat tugas kuliah. banyak pengunjung disini yang membuang waktu mereka untuk main game online."

"jadi ini pertama kalinya kamu melihat orang dengan fisik tangguh."

"bukan, aku hanya ingin mencari suasana baru."

6. akhir bulan tiba

ketika akhir bulan telah tiba. Raka menuju stasiun kereta api, sebelum pergi terlebih dahulu Raka pamit kepada tiga sahabatnya yaitu Badai, Agus, dan Darma. Mungkin ini pertama kalinya mereka berpisah, Raka janji jika ada waktu liburan dia bakalan reuni ke Surabaya.

"Menurut tidak perlu, kami semua yang bakalan ke Jakarta." Kata Badai

Raka berpikir jika Badai hanya bergurau, dari wajahnya terlihat serius. Raka melambai ke temannya yang menungguinya sedari tadi untuk berangkat. Hingga duduk didalam dan dekat jendela Raka masih melambaikan tangannya ke tiga sahabatnya.

Hanya saat kereta api telah melaju, Raka mulai menikmati kenyamanan di perjalanan. Karena anak Desa dari Gunung Arjuna, ini pertama kalinya dia naik kereta api. Di Gunung Arjuna kendaraan yang ditumpangi hanya mobil, sepeda motor, mobil pickup, dan kuda. karena tidak bisa menahan ngantuk Raka tidur terlelap pulas pada sandaran kursi.

7.

secara mendadak Raka harus ke Yogyakarata karena ada penemuan aneh. Penemuan ini bukan benda melainkan penyelidikan. Raka sempat meminta beberapa bantuan, khususnya bantuan Agus dan Darma. Dia mendapat informasi di Yogyakarta ada orang yang mampu membantunya, masalahnya orang yang bakalan dia temui adalah pengguna ilmu hitam. Lebih tepatnya Raka bakalan bertemu dengan seorang dukun.

8. dibangunkan

Raka ketiduran di Kelas, dia ketiduran ketika jam pelajaran selesai, bab terakhir yang dipelajari tentang makhluk hidup. Kali ini Raka ketiduran sambil bermimpi. Mata terpejam sambil bersandar diatas kursi. Lalu matanya terbuka karena mendengar suara seseorang.

Ketika membuka mata sosok yang pertama kali dilihat adalah teman perempuan Trisha. Setelah menyadari jika dibelakang Trisha ada jendela yang menggambarkan langit-langit berwarna gelap, Raka menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam.

"Ayo Raka bangun sudah jam 7 malam." Kata Trisha.

"Tadi aku sempat bermimpi." Kata Raka. "Mimpi bahwa aku mengambil cuti ke Yogyakarta untuk bertemu seorang dukun."

Trisha tidak bereaksi, dia hanya mengatakan kalau dia berasal dari Yogyakarta, setelah membangunkan Raka, Trisha keluar kelas. Raka mencoba merentangkan tubuhnya, dia berdiri dari bangku untuk melihat semua perlengkapan. Setelah mengetahui semua perlengkapan, dia memasukkan semuanya kedalam tas ransel. Setelah semua perlengkapan masuk Raka berjalan keluar kelas.

Di Jakarta Raka menginap di homestay. Rekan homestay-nya bernama Kirana, artinya Raka menginap di Rumah teman bernama Kirana. Perjalanan dari Rumah dan Kampus butuh waktu 10 menit. Sebelumnya Raka mendapat tugas kerja kelompok, tanpa disadari dirinya ketiduran.

Sampai didepan Rumah Raka mengetuk pintu. Terdengar suara kunci bergerak lalu pintu tersebut terbuka. Muncullah sosok Kirana.

"Lama banget." Kata Kirana.

"Maaf, tadi aku ketiduran." Kata Raka. "Aku tadi bermimpi bahwa suatu saat aku bakalan ke Yogyakarta untuk bertemu seorang Dukun."

Kirana hanya tertawa mendengar kalimat barusan, Raka mengabaikan tawaan tersebut dan masuk ke Rumah.

"Penasaran Trisha orang Yogya-kan?" tanya Raka.

"iya, Dia orang Yogya." Kata Kirana.

9. lulus S1

beberapa tahun kemudian Raka berhasil lulus S1. Sebelum menjelang ujian kelulusan Raka menyempatkan untuk memilih tempat kerja. Ada beberapa tempat untuk bekerja sebagai ilmuwan. setelah berdebat dengan otaknya sendiri, sebaiknya dia mengambil semua pilihan, dan mengambil pekerjaan yang mendapat nilai paling bagus. Pada akhirnya Raka bekerja sebagai ilmuwan yang meneliti makhluk hidup.

"Kamu jadi dokter hewan?" tanya Kirana.

"aku jadi ilmuwan bukan dokter hewan." Jawab Raka.

Raka telah tamat mengikuti S1 selanjutnya S2. Karena beasiswa hanya untuk S1 maka Raka mengambil pekerjaan dan sekarang mengemas barang untuk pindah hunian.

"Aneh banget, aku padahal juga ikut bekerja sebagai ilmuwan yang meneliti makhluk hidup."

Raka menghentikan aktifitasnya, ada sesuatu yang mencurigakan. "Kamu kerja dimana?"

"Aku kerja di Laboratorium Troposfer." Jawab Kirana.

Raka membuka tas ransel, dia mengeluarkan kertas berisi lamaran kerja. Raka memberikannya kepada Kirana untuk dibaca. Setelah dibaca, Kirana terkejut karena ternyata Raka bekerja ditempat yang sama.

"Kamu bekerja disitu juga, terus kamu mau menginap dimana?" tanya Kirana.

"Aku menginap disana. Di Laboratorium tersebut mereka menyediakan penginapan."

"Apakah menginap disana dikenakan pajak?"

"Tidak, tetapi kita menanggung sisanya. Seperti makan, minum, kebutuhan sehari-hari dan lain sebagainya." Kata Raka. "Kamu tidak pingin ikut menginap disana."

"tidak sebaiknya aku disini menemani Ibuku." Kata Kirana.

Terlintas suatu ingatan ketika mendengar kalimat barusan. Raka jadi ingat Ibu-nya masih tinggal di Gunung desa. Sudah beberapa tahun ini Raka tidak pulang kampung.

"dan juga Aku bakalan melanjutkan S2. Belum tentu kita saling ketemu." Tambah kirana.

10.

setelah beberapa bulan bekerja di Laboratorium, Raka telah mendapat berbagai macam penghargaan dan meninggikan reputasi. Sampai-sampai dia berhasil menciptakan beberapa obat untuk hewan, manusia, dan tumbuhan. Kepintarannya yang membuat dirinya berada di paling atas. Dengan ini Raka juga berhasil mendapat banyak uang untuk membeli Rumah di Jakarta.

"Kami beruntung bisa menemukan anggota sepertimu Raka." Hari ini Raka disuruh ke kantor Pak Direktur.

Raka sering mendapat pujian dari setiap ilmuwan dan direktur sendiri. Hari ini Raka diberi tantangan untuk melanjutkan suatu proyek yang belum terselesaikan. Raka disuruh memasuki kantor Direktur, sekarang mereka duduk saling berhadapan.

"Kami ada proyek belum terselesaikan, mungkin kamu bisa menyelesaikannya."

"proyeknya tentang apa?"

Direktur membuka laci kerjanya untuk mengambil sebuah berkas. Setelah ditemukan berkas yang dia cari, direktur memberikannya kepada Raka. Raka menerimanya dan diperbolehkan untuk dibuka langsung.

Sebuah dokumen yang menceritakan penelitian tentang bunga. Pada gambar terlihat bunga yang seluruhnya berwarna ungu. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari tau habitat dan manfaat. Untuk habitat, dipermasalahkan karena tidak sengaja ditemukan di sungai.

"Jika kamu sudah selesai membaca, beri tau aku jika kamu bersedia melanjutkan penelitian tersebut." Kata Direktur.

Dibagian paling atas berkas, pojok kanan atas terdapat sebuah nama Orang yang sebelumnya menjalani penelitian tersebut. Nama yang tertulis adalah "Estu Panghuntur."

"Aku akan mengambil kopi. Bacalah berkas itu dengan teliti." Kata Direktur. Dia pun berdir dari kursi dan berjalan keluar, tiba-tiba langkahnya berhenti dihentikan Raka.

"Pak, maaf saya perlu bicara tentang anda."

Direktur menoleh kebelakang, dia melihat sosok Raka berdiri sambil memegang pundaknya. Direktur kaget dengan ekspresi Raka yang tidak biasa.

"Nama ilmuwan disini adalah bapak saya."

11.

Raka sedang tidur siang di Rumahnya. Dia mencoba untuk menenangkan pikiran, sebelumnya dia telah diperlihatkan tentang bapaknya yang ternyata dulunya pernah bekerja di Laboratorium yang sama. Raka mencoba meminta bantuan beberapa orang seperti polisi, atau pekerja di Laboratorium. Pada akhirnya tidak ada yang membantunya, yang anehnya lagi para polisi mengaku mereka tidak memiliki kasus yang terkait pada Estu Panghuntur. Kecuali Direktur dia sempat menceritakan semua yang dia tau.

Raka kali ini bangun karena mendengar bel Rumah berbunyi, Raka bangkit dari tempat tidur dan melihat pemandangan di jendela. Raka terkejut dengan sosok para pengunjung, dia berlari menuju pintu untuk membuka jalan masuk.

"Astaga ternyata benar-benar kalian. Darimana kalian bisa mengetahui alamatku di Jakarta?"

"Aku tanya salah satu ilmuwan di Laboratorium Troposfer." Kata Badai. "Orang yang aku tanya nama Kirana."

Pengunjungnya tidak lain adalah Badai, Agus, dan Darma. Raka mempersilakan mereka semua masuk. Ketiga sahabatnya langsung duduk di Ruang Tamu. Mereka mengobrol beberapa hal, sebenarnya Raka berniat membuatkan mereka teh tetapi ketiga sahabatnya menolak.

"ngomong-ngomong kamu tau tempat kerja-ku darisiapa?"

"rahasia." Kata Badai. "cewek yang namanya Kirana. Dia bilang kamu sedang ada masalah."

Raka menceritakan semua yang dia alami. Kemarin Raka mendapat info tentang bapaknya sebelum menghilang. Estu Panghuntur adalah ilmuwan terkenal, dia tidak hanya meneliti Makhluk hidup, barang prasejarah juga diteliti olehnya. Terakhir sebelum menghilang Estu sedang meneliti Bunga yang dianggap spesies baru. Ciri-ciri bunga tersebut seluruhnya berwarna ungu dari ujung kepala hingga ujung tangkai.

Penelitian berakhir ketika ilmuwan bernama Estu menghilang. Yang bikin menggemparkan lagi berkas tentang jejak penelitian hilang begitu saja.

"Sebaiknya kamu minta polisi untuk membantumu." Kata Badai menyarankan.

"Aku sudah mencoba meminta bantuan mereka. tetapi mereka tidak ada yang sukarelawan."

"Aneh banget." Badai menanggapi. "Bapakmu menghilang secara tidak masuk akal. Tambah lagi polisi-nya lagi tidak bersiaga."

"Raka kamu mengetahui semua cerita dari Bapak Direktur." Kata Darma. "Apakah itu saja yang dia ceritakan?"

"Ada suatu kalimat yang membuatku sakit hati." Raka menarik nafas sebelum melanjutkan. "Mereka bilang Bapakku kabur untuk kepentingan uang."

Ketiga sahabatnya serempak berpikir bahwa hal itu mustahi. Tidak mungkin Ayahnya Raka menghilang hanya karena kepentingan uang.

Karena berniat ingin membantu Raka terlintas suatu ingatan di kepala Agus. "Raka aku sempat berpikir ada orang yang paling cocok untuk membantumu."

Agus menceritakan kenalan yang dipastikan mampu membantu Raka, dan dia adalah seorang Dukun. Lokasinya di Yogyakarta. Raka berkomentar karena disuruh ke Yogyakarta hanya untuk bertemu seorang dukun.

"Ini cara paling bagus, kamu bisa langsung tanya latar belakang Bapakmu dan lokasinya saat ini." Kata Agus. Darma pun setuju mengenai ide barusan., Sedangkan Badai hanya diam tidak berkomentar

12.

gara-gara ide dari Agus. Raka mengambil cuti dari tempat kerjanya untuk berlibur ke Yogyakarta. Sebenarnya bukan liburan melainkan bertemu seorang dukun. Raka didampingi Agus dan Darma, sedangkan Badai pulang ke Surabaya. Sebelum Yogyakarata terlebih dahulu mereka transit di Surabaya, disitulah mereka berpisah dengan Badai.

Sambil menunggu pesawat berikutnya Raka beserta dua sahabatnya makan di Restoran diluar bandara. Saat Raka hendak ke Toilet tiba-tiba ada orang yang menyolong dompetnya. Raka mencoba mengejarnya tetapi tidak berhasil, bahkan orang sekitar yang membantunya tidak berhasil.

Syukurlah tiket pesawat masih berada di kantong celana. Hidangannya Raka akhirnya dibayar oleh Agus.

"Negara ini agak lucu." Kata Agus.

"apa yang lucu?" tanya Raka.

"Indonesia itu Negara korupsi, justru itulah yang meningkatkan angka kriminalitas." Kata Agus. "Yang bikin lucu orang yang masuk penjara adalah mereka yang mencoba bertahan hidup, lagipula penjahat sebenarnya adalah para pemerintah yang telah melakukan tindakan korupsi."

13.

rencananya Raka, Agus, dan Darma menginap di Hotel hanya 3 hari. Mereka ke Yogyakarta cuma untuk bertemu seorang Dukun. di hari kedua mereka disuruh ke klinik yang berada di dekat Pantai Selatan.

Sampai pada lokasi mereka memasuki Klinik tersebut. "Permisi kami ingin bertemu dengan….." Raka tidak bisa mendengar nama orang yang dibicarakan tetapi dia tidak peduli selain bisa menyelesaikan misinya.

Ketika diantar ke suatu Ruangan, Raka terkejut ketika bertemu seorang dokter yang sekarang lagi duduk didepan meja kerja-nya. Dokter tersebut seorang perempuan, di meja terdapat segelas air mineral.

"Hai Trishna, perkenalkan teman kami…."

"Tidak perlu Agus, aku sudah mengenalinya." Potong Trishna. "Namanya Raka."

Agus dan Darma kaget sambil saling berpandangan. Trishna mengaku pernah belajar di Kampus yang sama bersama Raka, menurutnya ini hanya kebetulan. Raka sendiri baru menyadari jika Trisha ternyata seorang dukun.

"Raka silakan duduk, beritahu permasalahan yang telah menimpamu."

Raka mematuhi perintah Trihsna, dia mengambil kursi dan duduk didepannya. "Sejak kapan Kamu bekerja sebagai Dukun."

"Langsung ke inti permasalahan." Kata Trishna.

Raka mulai menceritakan tentang bapaknya hilang. Tentang penemuan kisah tersembunyi mengenai bapaknya yaitu Estu Panghuntur. Tentang penelitian yang belum selesaikan, tanpa sebab dia langsugng menghilang.

"silakan berbaring di kasur." kata Trishna. Raka menuruti perintahnya, dia beranjak dari kursi untuk mendekati kasur khusus pasien. Setelah berbaring di kasur, Raka melihat Trishna mencampurkan sesuatu kedalam gelas air putih. Trishna mendekati Raka sambil membawa gelas tersebut.

"minumlah, dalam jangka waktu pendek kamu akan tertidur."

Setelah minum air yang diberikan barusan, Raka benar-benar mengantuk dan mulai tertidur. Terakhirnya Raka sempat mendengar Trishna mengucapkan beberapa kalimat, mungkin sebuah mantra.

14. dibangunkan

Raka mengunjungi suatu tempat, ketika tiba di lokasi banyak orang yang memusuhi Raka, hingga Raka mengetahui ada salah satu keluarganya meninggal.

Raka dibangunkan dari tidur, mimpi-nya pun berganti menjadi kenyataan.

15.

setelah melakukan ritual astral, Raka disuruh menaiki pesawat menuju Surabaya. Tambah lagi yang mendampinginya ada Agus, Darma, dan Trishna. Didalam pesawat Trishna menjelaskan jika dia akan mengundang tiga orang lagi. Orang pertama adalah seorang paranormal, orang kedua merupakan kenalan Agus dan Darma sedangkan orang ketiga adalah seorang detektif.

"Trihsna semua yang kamu ceritakan itu nyata?" tanya Raka.

"Beneran itulah terjadi pada Bapakmu."

Di Yogyakarta Trishna menceritakan, Estu Panghuntur melakukan penelitian terhadap bunga yang sebenarnya memiliki penghuni. Bunga tersebut tidak memiliki nama tetapi ciri-cirinya seluruh tubuh berwarna ungu dari ujung tangkai hingga kepala. Bunga itu memiliki kutukan yaitu menghipnotis daya nafsu. Siapapun yang memiliki bunga ini akan sukses dalam bisnis dan hasrat keserakahan akan semakin bertambah. Bunga itu tidak diberi nama, entah ketika para ilmuwan menemukannya, diberi nama apa kira-kira.

Raka dan para rombingannya telah menginjakkan kaki ke Surabaya. Trishna menyuruh Agus dan Darma mengantar Raka ke sebuah mobil, pemiliknya merupakan kenalan mereka berdua. Raka mengikuti mereka berdua hingga sampai menemukan mobil bewarna hitam. Raka terkejut dengan pengemudi didepan setir, terlihat jelas wajah pengemudi dibalik kaca.

Raka mendekati pintu kanan mobil, pengemudi itu membuka kaca mobil dan menyapa Raka.

"Hai Raka." Sapa Badai.

"Kamu ngapain disini?" tanya Raka.

"Aku disuruh mereka." Badai menunjuk dua orang dibelakang Raka.

Raka menoleh kebelakang. "Dia orang kenalan yang kalian maksud."

Kali ini muncul Trishna dengan orang yang disebut bekerja sebagai paranormal. Raka tambah terkejut dengan sosoknya.

"Kamu ingat Raka, dialah pasien-ku."

Sosok yang disebelah Trishna tampak kaget.

"haduh aku bingung, tampaknya semua kenalanku punya rahasia masing-masing." Raka telah mengungkapkan pikirannya yang tidak masuk akal. "pertama Trishna bekerja sebagai dukun, sekarang Kirana bekerja sebagai paranormal."

"Ini semua karena faktor ekonomi." Kata Kirana.

"Berhentilah komentar, langsung tujuan utamanya" Trishna menegaskan, lalu dia berjalan mendekati mobil. "Badai antarkan kami ke desa di Gunung Arjuna."

"Itu saja, aku jadi seorang supir." Kata Badai.

"Tenanglah sebagai imbalan, aku akan mengajakmu mendaki gunung bersama kami." Kata Trishna.

"Kami itu Kalian?" Tanya Badai, Trishna mengangguk.

Kirana kaget karena baru menyadari rombongannya bakalan mendaki Gunung. "Lho kita nanti akan mendaki Gunung?"

Raka baru ingat sesuatu. "Kamu bilang ada orang ketiga, dia seorang detektif. Memangnya siapa?"

"Itu rahasia." Kata Trishna.

16.

perlu beberapa jam untuk Badai untuk mengemudi sampai ke Gunung Arjuna. Ketika sudah sampai didekat desa Gunung Arjuna, Trishna menyuruh Badai untuk menepi. Trishna sedang menelepon orang yang dianggap detektif.

Raka merasa senang bisa kembali ke Kampung halamannya. Dia merasa ingin turun dari mobil dengan cepat.

"Aku ingin turun sebentar." Kata Raka.

"Kamu turun sebentar atau mengunjungi Kampung halamanmu?" tanya Trishna.

"Baiklah kurasa agak lama karena aku ingin mengunjungi Kampung halamanku." Kata Raka.

"Jika mau cari aman maka menetaplah disini." Trishna menyarankan.

"Aku pasti aman disana." Kata Trishna.

"tidak kali ini." Kata Raka.

Menurut Raka itu ungkapan yang tidak berguna. Raka mengabaikannya dan keluar dari mobil. Raka memasuki desa tanpa sambutan hangat, banyak kenalan Raka yang dilewati, tidak diberi sambutan hangat tetapi diberi tatapan yang amat tidak bersahabat. Entah mengapa, Raka jalan menuju Rumah Ibunya. Pintu Rumah diketuk beberapa kali, dan tidak ada jawaban.

"Hei anak kota."

Raka menoleh kearah suara. Didepan Rumah ada berdirilah segelintir orang, termasuk Sapto ada diantara mereka. tatapan mereka tampak tidak bersahabat.

"bagaimana kabarmu?" tanya Sapto.

"Baik." Jawab Raka. Dia menjawabnya sambil mendekati Sapto.

"hei berhenti disitu." Kata Sapto dan Raka pun diam ditempat. "Mulai sekarang kamu harus keluar dari Desa ini."

"Lho kalian kenapa?" tanya Raka, perasaannya mulai tidak enak.

"Biar kami jelaskan."

Setelah Raka pertama kali meninggalkan Desa demi kuliah dengan beasiswa di Jakarta untuk menjadi Ilmuwan. Ibunya telah ditinggal sendirian di Rumah. Raka telah berjanji untuk pulang Kampung diakhir bulan. Tetapi janji tersebut tidak kunjung datang. Hingga Ibunya meninggal, Raka belum juga pulang.

Raka tampak sedih dengan cerita yang barusan dia dengar. "Kapan Ibuku meninggal?"

"4 tahun lalu." Kata Sapto.

4 tahun lalu adalah waktu yang amat lama, itu saat Raka telah bekerja sebagai ilmuwan sukses dan mendapat banyak uang. Dia bukan Raka yang bekerja sebagai petani, peternak, atau pendamping pendaki gunung untuk mendapatkan upah yang sedikit. Raka yang sekarang kaya, punya rumah hunian di Jakarta, saat kuliah dia bahkan mendapat teman yang lebih banyak. Ternyata janji-nya adalah janji palsu.

Gara-gara terlalu nafsu mengejar impian, Raka telah melupakan sesuatu yang masih dia miliki. Dengan berat hati Raka akhirnya meninggalkan Rumah dan melewati beberapa warga, meninggalkan Desa-nya.

Dengan Raka jalan aspal, tiba-tiba ada klakson kendaraan. Raka merasa ada orang yang memanggilnya, maka dia menoleh kebelakang, dan menemukan sepeda motor mendekatinya.

"Hei Raka." Sapa Halilintar.

"Lho, kamu masih disini?" tanya Raka.

"Aku disini karena tugas." Kata Halilintar.

17.

Raka dan rombongan mulai mendaki Gunung. Awalnya Raka sempat kaget karena menyadari yang dimaksud detektif adalah Halilintar polisi.

"Jadi kamu seorang polisi?" tanya Raka.

"Iya." Jawab Halilintar.

Trishna memerintah rombongannya untuk berkemah di pos tiga. Perlu 2 hari untuk sampai tujuan. Ketika sampai tujuan, mereka mulai memasang tenda. Kecuali Kirana, dia disuruh untuk memasang beberapa kamera disekitar perkemahan mereka.

Ketika semua tertidur, semua rombonga terlelap kecuali Raka sendiri. Dia mulai kebelet kencing. Keluar dari tenda dia menemukan bayang-bayang seseorang. Raka curiga sosok tersebut seperti Ibu-nya. Tetapi para warga bilang ibu-nya meninggal, langsung tanpa didekati bayang-bayang itu menjauh. Karena rasa curiga Raka mengejarnya.

Dia mengejarnya hingga pusat Pasar Dieng. Disitulah bayang-bayang tersebut murni menghilang. Raka memandang seluruh sekitarnya, tiba-tiba di kepala-nya terdengar suatu bisikan.

Tiba-tiba dia menemukan bunga yang sama seperti waktu di Jakarta. Bunga itu tanpa nama, seluruh tubuhnya berwarna ungu dari ujung batang sampai atas. Bunga itu berbisik kepadanya.

"mendekatlah." Kalimat itu berulang kali dikatakan. Raka mendekat, suara semaki keras.

"bawalah aku dalam kehidupanmu, dan kamu bakalan menemukan surga."

Entah mengapa Raka mulai tergoda, dia mencabut bunga tersebut. Tanpa disadari seseorang memukulnya dari belakang dengan keras hingga pinsan.

18.

Raka bangun dipangkuan Trishna, lalu melihat sekelilingnya, seluruh rombongannya berada disana.

"Dimana aku?" kata Raka, dia masih ngelindur dan mencoba berdiri.

"Kamu masih di Gunung Arjuna." Kata Trishna. "Kamu sempat kena godaan setan. Dan untung masih ada Kirana, karena dia kita masih bisa melacakmu." Kata Trishna.

Raka menoleh kearah Kirana. Dia menjelaskan sebelumnya Kirana dibangunkan oleh Badai karena merasa curiga Raka menghilang. Dengan bantuan kamera yang telah dipasang diseluruh perkemahan. Jejak Raka terekam dan terlihat ada aktifitas paranormal didalam rekaman. Semua kamera dibuat sinar x.

Di jarak berbeda Agus dan Darma menemukan 2 mayat yang tertumpuk dedaunan.

"Itu tugas Halilintar." Kata Trihsna. "salah satu mayat itu adalah bapaknya Raka, lakukan tes DNA di Rumah sakit terdekat. Aku akan menyimpan bunga ini."

Raka membelalak melihat bunga ditangan Trishna. "Jangan sentuh bunga itu, ada yang tidak beres."

"Aku adalah dukun, aku sama sekali tidak akan terpengaruh oleh hipnotis." Kata Trishna.

Keesokannya rombongannya turun dari Gunung Arjuna bersama dua mayat.

19.

di Rumah Sakit terdekat, Raka melakukan tes DNA kepada dua mayat. Herannya dua-duanya DNA sama seperti Raka. Artinya bukan cuma bapaknya, pasti mayat selanjutnya adalah Ibunya.

Sekarang mereka sedang makan siang di Kantin. Di meja baru ada Raka, Halilintar, dan Kirana

"aku jadi bingung." Kata Raka. "Trishna bilang bapakku terpengaruh dengan bunga berwarna ungu di Gunung Arjuna, sekaligus meninggal disana. Kenapa ada mayat ibuku? Ini tidak masuk akal."

"Tenang aku bersedia membantumu." Kata Halilintar. "Aku cari info dengan memulainya menanyakan warga sekitar."

"kenapa mulai dari situ?" tanya Raka.

"kamu bilang mereka memberitahu Ibumu meninggal, pasti mereka mengetahui sesuatu." Jawab Halilintar.

"kamu tau darimana Trisha itu dukun?" tanya Kirana.

"dari dua penjaga warnet yaitu Agus dan Darma." Kata Raka. "sekarang tiga orang yang kita bicarakan tidak ada disini."

Tampak dari jauh Badai mendekat dengan terburu-buru. Badai bukan membawa makanan tetapi mencari kunci mobil yang hilang.

"Apakah kamu lihat Trishna?" tanya Raka.

"tidak, aku sedang mencari kunci mobilku." Badai mulai mengelilingi meja yang berisi tiga orang.

"aku hanya curiga Trishna sepertinya dia telah mengetahui setiap langkah, sampai membuat rencana sendiri." Kata Raka.

"curiga nanti, bantu aku cari kunci mobil." kata Badai.

Tanpa berpikir Raka berlari ke parkiran mobil, temannya mengikutinya dari belakang karena rasa ingin tau. Sampai di parkiran, mobil Badai tidak tampak.

"sebaiknya kita cari Agus, atau Darma, atau Trishna." Kata Raka.

"Lho, terus mobilku." Kata Badai.

"sebaiknya kita memencar cari mereka dulu." Kata Raka mengulangi.

5 menit untuk keempat sahabat mencari sisa rombongannya. pada akhirnya sisa rombongan tidak berhasil ditemukan.

"Dimana mereka?" tanya Kirana.

"aku yakin mobilnya Badai dibajak Trishna." Kata Raka

"Trishna tidak bisa mengemudi." Kata Kirana.

"Antara Agus atau Darma, merekalah orang yang mengantarku ke dukun ini." Kata Raka.

avataravatar