2 BAB 1

Lima Bulan Sebelumnya.

Rambut hitam panjang sebahu, kulit putih, mata bulat, bulu mata panjang dan lentik, kaki jenjang, tinggi semampai dengan proporsi tubuh seksi yang membuat mata selalu tertuju padanya, Annalia Saputri Wijaya, itu bukan aku tapi temen satu kampusku.

Namaku Bunga Mawar Lestari, Umur 18 tahun dan sedang menjalankan perkuliahan semester 3 di universitas XX yang terkenal susah masuknya dan susah keluarnya, dengan beasiswa Full Time. Aku akui emang aku Cerdas dengan IQ di atas rata-rata, umur 14 tahun aku loncat kelas dari SMP ke SMA, di SMA aku mengenyam pendidikan cuma 2 tahun dan masuk universitas di umur 16 tahun, bukan songong, emang faktanya begitulah kecerdasan otakku.

Aku anak ke 2, anak tengah dari kakak laki-laki dan adik laki-laki. Kakak laki-lakiku kerja di perusahaan asing di luar negeri, adikku yang masih SMA juga di luar negeri dengan kakakku, jadi cuma aku yang tinggal di Indonesia,,, sendiri.

Bokap sama Nyokap udah meninggal waktu aku kelas 1 SMP, mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di tumpangi 3 orang, aku, Mama dan Papa. Sayangnya cuma aku yang selamat dari kecelakaan itu. Semenjak kecelakaan tragis itu, aku di tinggal sendiri oleh ke dua saudaraku yang pergi ke luar negeri. Jangan tanya alasannya, yang jelas semenjak kematian orang tuaku, aku gx pernah komunikasi lagi sama kedua saudaraku itu. Harta yang di tinggalkan Papa lumayan banyak, dari perusahaan, aset bergerak maupun tidak bergerak, harta yang bisa buat hidupku nyaman meski tidak bekerja ampe cucuku kelak. Meskipun begitu, aku tidak pernah menggunakan uang warisan itu sepeserpun. Aku memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja sambilan jadi guru privat atau kerjaan lainnya, yang penting halal. Hanya satu warisan orang tuaku yang aku gunakan hingga kini, yaitu sebuah rumah yang dulu kami tinggali sewaktu kedua orang tuaku masih hidup.

"Hayoooo.... Ngapain lo Flo, ngelamun apa baca!? kesambet tau rasa lo." Kaget Tina yang menepuk punggungku dari belakang. Justina Ningrum, teman satu kampusku sekaligus mantan kakak kelas SMA ku dulu.

Dengan muka datar aku menoleh padanya "Gx papa kesambet, lumayan nambah koleksi temen."

"Gila lo, setan mo di jadi'in koleksi temen, kayak gx ada manusia laen aja." Balas Tina sambil bergidik ngeri.

"Punya temen manusia juga banyak kelakuan kayak setan." Ujarku cuek sambil mengedikkan kedua bahuku, dan melanjutkan membaca buku di tanganku yang tadi sempat aku anggurin karena ngelamun.

"Emang kebangetan lo Flo, sakit hati kakakmu ini dek dengernya." Ucap Tina dengan muka manyun yang dibuat-buat.

Di kampus banyak yang memberikan nama panggilan untukku, dari nama asliku, Flo dari Flower, Ungo sampai bunga bangke, aku gx peduli, toh cuma nama.

"Tuh muka beneran terbuat dari keramik yah, datar mulu." Kata sinis itu keluar dari temanku yang baru datang, Rian. Nah, yang ini teman masa kecilku yang usianya dua tahun di atasku, yang sekarang menjadi teman satu angkatan denganku, Riandi Nugroho.

"Mungkin pas pembagian wajah sama Tuhan, nih anak absen lagi masang keramik, hahaha..." Itu Adittia Panca Putra yang bicara, sahabat sehati Rian, ngakunya.

"Udah, jangan di katain terus, kasian Bunga ny." Ucap Anna, sang Bidadari kampus yang tadi kulihat, dia langsung duduk di sampingku. Anna merupakan teman yang aku kenal ketika Ospek di kampus kami.

Kami sedang duduk di kursi taman kampus, dengan banyak pohon rindang yang menyejukkan. Tempat biasa kami berkumpul, sebelum atau setelah jam kuliah selesai.

Yupphh.... Ini gank gw "masih kurang satu sih", kami ber-6, terdiri dari Aku, Tina, Anna, Rian, Adit dan Topan yang belum nongol. Diantara mereka, cuma aku yang jadi pusat perhatian anak-anak kampus kalo kami lewat atau berkumpul kayak sekarang. Alasannya simple, ibarat kebun yang penuh banga cantik, ada nyelip satu bunga bangke yaitu aku.

Semua temenku ini cantik dan cakep kayak artis-artis korea yang tinggi, langsing, ganteng, tajir dan modis "gx perlu di jelasin satu-satu, yang jelas muka mereka di atas rata-rata". Jangan salah, biarpun pada cakep, neh orang otak ny pinter semua, ampe ada yang bilang mereka pasti nyogok malaikat pas pembagian nasib.

Dibanding mereka, badanku pendek dengan tinggi 150 cm, gemuk, rambut always kepang kuncir kuda dan baju kemeja longgar dengan paduan rok model jadul, so... aku emang bunga bangke di dalam kebun bunga.

Alasan mereka berteman denganku katanya cuma 1, aku Asik kayak musik katanya. Aku gx tau alasan sebenernya. Aku gx pernah tanya dan gx pernah mau nanya juga. Kami mulai berteman setalah Ospek di kampus dulu, hanya Aku, Tina dan Rian yang saling kenal duluan. Sisanya kenal pas Ospek.

"Flo, pinjem catatan MatKul (Mata Kuliah) Pak Zaf donk, gw lupa nyatet kemaren." Pinta Tina dengan nada merayu.

"Imbalannya!?" Balasku sambil terus membaca.

"Gw traktir makan 3 hari!"

"Pinjam noh sama Pak Zafrullah langsung." Ujarku langsung.

"5 hari!!"

"Pinjam sama Anna aja." Jawabku, yang masih tetap fokus pada buku di depanku.

"7 hari!?

"Deal." Balasku langsung menatapnya sambil mengulurkan tangan dan dibalas Tina dengan menjabat tanganku tanda kesepakatan.

"Nih anak otaknya gx jauh dari makanan, pantesan badan gx kurus-kurus." Dengus Rian sambil bersedekap melihatku.

"Mending otak gw yang gx jauh dari makanan, dari pada otak lo betiga yang mesum mulu." Balasku cuek.

Tidak terima dengan ucapanku, Adit langsung membalas "Itu tandanya kita masih normal, yah gx Yan?" yang di tanya hanya mengedikan bahunya dengan cuek.

"Ada anak kecil, jangan ngomongin hal yang fulgar." Kata Anna menunjuk dirinya yang langsung membuat kami ber 4 menoleh padanya, dengan tatapan menilai dari atas sampai bawah sambil mendengus.

"Lo belom minum obat yah An?" Ucap Adit.

"Kayaknya cermin di rumah Anna pecah lagi deh." Ujar Tina menambahkan.

"Otaknya konslet lagi nih anak." Kata Rian menimpali.

"Kali ini giliran siapa yang di bully!? Ikutan donk." Ucap suara di belakangku yang ternyata adalah Topan Saputra Wijaya, makhluk Tuhan yang paling Seksehh menurut cewe" kampus, tapi biasa aja di mataku.

"Kalian kok tega banget ngatain aku." Rajuk Anna sambil memanyunkan bibir seksinya "Bungaaaa.... mereka jahattt..." rengeknya sambil menggelayut di lenganku.

Setelah melihat ke arahnya, ku liat muka yang laen bergantian sambil bilang "Temen loh nih!? kelakuan sama omongan ibarat aer sama minyak." Kataku.

"Gak, kita gx kenal" Jawab mereka bersamaan yang di iringi ledakkan tawa riang kemudian.

"Lagian yang paling muda di sini kan cuma gw sendiri." Ucapku lagi sambil melanjutkan bacaanku. Aku memang yang paling muda di antara mereka, mereka lebih tua dua tahun di atasku.

Alasan kenapa gx singkron, ngakunya anak kecil tapi kelakuan kayak wanita penggoda. Baju Dres di atas lutut pas badan, dengan belahan dada rendah yang menampakkan dua gunung kembar yang berisi, hels 10 cm dan make up full muka "yang menurut gw menor". Sekali liat juga gx bakal ada yang bilang dia anak kecil.

"Haaahh.... Gue heran, punya sodara kok kelakuan minus gini. Gx dingin lo dek, pake baju kurang bahan gini?" Tunjuk Topan pada pakaian yang di kenakan Anna. Anna adalah saudara kembar Topan, dengan tingkat kemiripan 90%. Bermodalkan gen Ibunya yang keturunan Inggris-Spanyol yang menyebabkan mereka menjadi idola dari semua gadis dan pemuda di kampus. Mereka kembar 3, tapi yang satu lagi katanya kuliah di luar negeri.

"Berisik lo A'" Balas Anna bersungut, yang kemudian di balas topan dengan mencubit pipinya.

Aku yang melihat keakraban yang terjadi di depanku, hanya bisa merasakan sakit dalam dadaku. Iri... mungkin itulah yang aku rasakan sekarang, perasaan yang membelenggu relung hatiku yang terdalam. Akankah tiba waktunya, dimana bisa kurasakan kasih sayang keluarga seperti itu lagi!? Tapi itu tidak akan mungkin terjadi, mengingat kata terakhir yang di ucapkan kakakku sebelum mereka berangkat keluar negeri. Takut mereka menyadari apa yang aku fikirkan, aku memalingkan wajahku kearah buku yang kubaca tadi.

"Nih permen!?" Aku melihah Rian yang menyodorkan permen lolipop ke arahku. Terdiam sejenak, aku melihat matanya yang seakan berkata, 'Lo gx papa?'

"Trims." Ucapku sambil mengambil permen itu dan melanjutkan membaca. Rian sangat mengenalku, faktor teman semasa kecil, jadi dia tau hampir semua kehidupanku, termasuk kebiasaanku yang makan coklat atau permen jika sedih.

"Entar lo jadi nemuin Pak Yuda Ngoo?" tanya Topan langsung padaku.

"Hmmm, Abis jam ke 3 gw di suruh ke ruangan Dosen." Balasku sambil terus membaca buku di depanku.

"Orang lagi ngomong tuh di liatin Ungoo, jangan ngomong sambil baca, kebiasaan." Gerutu Topan padaku "Permennya gw sita, tar makin melar tuh badan." Sambungnya sambil merebut permen dari mulutku, dan langsung memasukkan permen itu kemulutnya. Melihat hal itu aku langsung mengerutkan alis tanda kesalku padanya, yang dilihat cuek aja sambil berbicara dengan Adit.

"Lo...." Ujar Rian menatap Topan yang terputus oleh ucapan Tina.

"Flo... Tar weekend lo mau gx nemenin gw ke toko buku!? tanya Tina padaku.

"Gx mau, gw udah ada janji kencan." Jawabku datar, sambil melanjutkan membaca buku.

"Sama siapa!?" Tanya mereka semua bersamaan. Aku mengernyitkan alisku, mengalihkan tatapan dari buku pada mereka bergantian.

"Sama Kasur, Bantal dan Guling gw. Napa!?" Tanyaku heran. Setelah mendengar jawabanku, mereka seperti bernafas lega.

"Datar amat idup lo Nga, sama kayak tuh muka." kata Adit mengejekku.

"Mending idup gw datar, dari pada idup lo yang stay di tempat cuma karena putus cinta." Balasku, yang menyinggung kisah cintanya yang kandas di tengah jalan bersama Tiara, Mantan pujaan hati Adit.

Mendengar ucapanku, Adit menatapku kesal sambil bersedekap "Nih anak emang gx bisa yaah manggil kita dengan cara sopan!? maen gue elo'an aja perasaan dari awal ketemu." Ucapnya "Lagian Bungaku sayaangg.... Masa lalu tuh emang harus di ingat, buat jadi alaram masa depan kita, Ngerti?"

"Udah-udah, jangan maen tarik urat... bell bunyi noh, masuk kelas yuk Bunga, Tina." Ajak Anna yang langsung menyeretku dan Tina pergi. Aku, Anna, Tina dan Adit berada di Jurusan yang sama, yaitu Jurusan Manajemen. Sementara Rian dan Topan berada di satu Jurusan, Jurusan Arsitektur.

"Topan, gw bisa minta waktu lo!? Ikut gw, ada yang mo gw omongin sama lo." Tanya Rian pada Topan begitu melihat kepergian teman-teman wanitanya.

Dengan alis yang terangkat Topan menjawab "Oke." Setelah itu Rian langsung melangkah pergi dari tempat itu, yang di ikuti Topan di belakangnya, tanpa menghiraukan keberadaan Adit.

"Lhaa.... Kok gw di tinggal, kalian jahatt... Anna, Tina, Bunga tungguin gw." Teriak Adit mengejar para wanita yang sudah melangkah jauh pergi.

♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢

"Apa alesan lo sebenernya?" Tanya Rian to the poin pada Topan, setelah mereka sampai di pekarangan belakang Kantin. Rian sengaja memilih tempat ini, agar tidak ada yang bisa mendengarkan pembicaraan mereka.

'Ne cowo emang gx bisa basa basi, maen serang langsung kalo ada yang gx dia suka.' pikir Topan sambil tersenyum kecut di dalam hati.

"Maksud lo?" Sambil pura-pura bingung Topan balik bertanya.

Rian mendengus kesal melihat reaksi Topan "Gw tau lo paham apa yang gw maksud." Jawab Rian sarkas.

"Kalo gw bilang, gw masih gx paham apa maksud lo, gimana!?" Sambil memasukkan satu tangan ke kantong celana Levisnya Topan bertanya santai.

Mendengar hal ini Rian mulai kesal dan mencengkram kerah baju Topan "Yang gw maksud sikap lo tadi sama Bunga, apa lo gx bisa lihat?! Tatapan anak-anak cewe yang menatap Bunga kayak musuh bebuyutan. Apa lo gx mikir konsekuensinya buat Bunga!? Tingkah lo yang maen embat permen tadi udah buat Bunga jadi D.P.O anak-anak cewe sekarang." Ucap Rian frustasi.

"Yakin cuma itu!? Bukanya karena lo yang gx senang!? Atau mungkin sebenernya lo cuma cemburu sama gw!?" Tanya Topan langsung di depan muka Rian.

Setelah terpaku sejenak, Rian melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju Topan. Rian tidak ingin membantah ataupun mengiyakan pertanyaan Topan, karena perasaanya terlalu rumit untuk di mengerti oleh orang lain. Perasaan yang dia pendam semenjak pertama kali bertemu Bunga, atau dulu sering dia panggil dengan nama Mawar. Nama yang selalu dia gunakan untuk gadis ceria yang dulu dia kenal, gadis berisik yang telah menghangatkan hatinya, gadis kecil yang telah mengikat hatinya hingga kini. Namun setelah kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya, bukan saja kehilangan orang tuanya, gadis itu juga telah kehilangan keceriaannya, yang di gantikan oleh gadis pendiam dengan muka datar tanpa Ekspresi, dan tidak ingin lagi di panggil dengan nama Mawar, dia hanya ingin di panggil dengan nama ,Bunga.

"Gw cuma mo ngasih tau lo, kalo lo emang peduli sama Bunga, tolong jaga sikap lo di depan yang lain." Setelah mengatakan hal itu, Rian melangkah pergi.

Baru tiga langkah kaki, Rian mendengar Topan menjawab "Perasaan gw sama Bunga memang tidak selama perasaan lo ke dia, tapi gw berani bersumpah, bahwa perasaan sayang gw ke Bunga sama besarnya sama perasaan lo ke dia Yan. Jadi maaf,,, gw gx bisa nurutin permintaan lo."

Mendengar jawaban itu Rian berbalik dengan mata penuh emosi "Perasaan gw jangan pernah lo samain dengan perasaan lo, karena lo gx bakal bisa nyamainnya." Setelah mengucapkan itu, Rian berlalu pergi meninggalkan Topan terpaku sendiri.

"Gue memang belom kenal Bunga selama lo Yan, tapi yang lo gx tau, perasaan gw ke Bunga bahkan melebihi bayangan gw sendiri. Gw gx bakal mundur, meskipun lo teman baek gw, karena Bunga adalah wanita yang bakalan gw jadiin Ibu dari anak-anak gw nanti." Gumam Topan setelah melihat kepergian Rian.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Haii.... Haiii...

Pa kabar semuaaaa....

Ini cerita tentang Keluarga, Persahabatan dan Cinta (Klise banget yaakk), cerita hidup dari Bunga Mawar Lestari.

Mudah-mudahan kalian suka, kalo ada yang kurang berkenen mohon di maafkan 😅✌

Bab selanjutnya baru akan aku terbitkan kalo udah ada respon bagus dari pembaca sekalian 😆 Hahaha.... Maksa nih Ceritanya.

Ocreee dech....

Salam kenal semuaaaaa.....

avataravatar