50 BWW #49

💝💝💝

Pernikahan adalah hal terindah yang menjadi impian banyak gadis. Bersanding dengan pangeran impian, membangun mahligai rumah tangga yang bahagia, melimpahinya dengan cinta dan kasih sayang. Lalu memiliki anak-anak yang lucu, pintar dan shaleh shalehah.

Impian itu juga menjadi cita-cita Ayushita. Tapi bersanding dengan pangeran impian, Arjunanya, hal itu mungkin telah pupus dari harapannya. Sebentar lagi dia akan dipinang oleh seseorang yang dia tidak ketahui seperti apa wujudnya. Mungkin pria itu tinggi juga tampan, hidupnya mapan serta baik, tapi dia bukan Arjunanya.

Entah dimana Arjuna kini? Sudahkah kabar lamarannya sampai ke telinga sang kekasih? Mungkinkah sang Arjuna datang dengan baju zirah serta kuda putih untuk menyelamatkannya dari lamaran konyol ini.

Jika waktu bisa diputar ulang, maka Ayushita akan berpikir berulang kali untuk mengabulkan permintaan dengan nada paksaan dari kakaknya. Nama ayah dan ibunya membuat Ayushita luluh dan lemah sehingga dengan sukarela diseret pulang demi sebuah rencana tersembunyi. Bisa saja dia meminta Arjuna menemaninya pulang sekaligus memperkenalkan kepada kedua orang tuanya.

Akh, hal yang sangat disesalinya adalah belum pernah sekali pun dia memberikan isyarat kepada keluarganya jika dia telah memiliki hubungan istimewa dengan seseorang. Apalagi memperkenalkan kepada mereka. Jika Ayub, kakaknya tidak terlalu menyukai Arjuna, masih ada harapan ayah dan ibunya akan menyukai pilihan hatinya kali ini.

Ya, Arjuna bukanlah pilihan yang buruk untuk menjadi pendamping hidup. Pria itu malah terlihat sempurna dan memiliki nilai lebih di mata kaum hawa. Bukan berarti sang dokter tidak punya kekurangan. Tetapi bagi seorang gadis yang berpikiran sederhana seperti Ayushita, memiliki Arjuna sebagai kekasih tidak pernah ada dalam angannya sekali pun.

Danuar tampan dan baik, pria itu bisa membuatnya nyaman. Semua impiannya bertumpu padanya di masa lalu. Bahkan ada satu masa Ayushita berharap akan menemukan duplikat Danuar yang lain. Bukan sebab sebuah obsesi hanya saja rasa cintanya begitu besar pada cinta pertamanya tersebut. Sedangkan Arjuna juga tampan dan hangat. Sisi lain dari kesempurnaan seorang pria. Perhatian dan kasih sayangnya terasa berbeda. Arjuna mampu membuatnya berdebar dan gelisah sekaligus merindukannya di saat yang sama.

Duh, Gusti! Mengapa dia mengingat kedua pria itu di saat genting seperti ini? Namun, dari keduanya, Ayushita lebih berharap Arjuna ada di hadapannya saat ini.

Untuk kesekian kalinya Ayushita menghela napas gusar. Dia duduk di depan kaca rias sambil menatap pantulan dirinya yang telah selesai dirias. Tak dipungkiri dirinya terlihat cantik dalam balutan kebaya indah yang disiapkan ibunya. Lingkar hitam di sekitar matanya telah tertutup sempurna oleh riasan sederhana namun menonjolkan aura cantik dan lembut di wajahnya.

Suara ketukan di pintu kamar membuyarkan lamunannya. Wajah ibunya berhias senyum hangat muncul di ambang pintu.

"Sudah waktunya turun, Nak. Keluarga pria sudah datang," ucap nyonya Aliyah lembut. Ayushita menoleh dan mengangguk lemah.

'Hahh, akhirnya tiba waktunya,' batin Ayushita.

Nyonya Aliyah membimbing putri semata wayangnya keluar dari kamar dan menuruni tangga perlahan hingga ke ruang acara. Keluarga inti telah berkumpul di ruangan itu. Ayahnya, sang kakak yang masih menatapnya tanpa ekspresi, dua saudara ayahnya, sepasang wanita dan pria yang tidak dikenalnya. Juga seorang wanita paruh baya seusia ibunya. Mungkin mereka dari pihak keluarga pria. Lalu, kemana pria yang akan melamarnya?

"Suami dan anak saya masih dalam perjalanan," ujar wanita paruh baya itu seakan tahu isi pikiran Ayushita.

"Tidak apa-apa. Kita masih bisa menunggu," timpal Pak Ruslan.

Nyonya Aliyah menuntun Ayushita duduk di kursi di samping suaminya. Kemudian dia pun duduk mengapit putrinya tersebut.

Suasana hening meningkahi ketegangan semua orang yang berada dalam ruangan tersebut. Mereka masih menanti kedatangan calon mempelai pria yang konon katanya masih dalam perjalanan. Sesekali wanita paruh baya yang akan menjadi calon ibu mertua Ayushita itu melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya.

Ayushita menunduk dan merapalkan doa dalam hati. Berharap ada keajaiban yang terjadi. Hatinya belum rela untuk melepaskan dirinya pada pria yang tidak dikenal.

Tak lama suara mobil terdengar berhenti di halaman depan. Semua orang langsung bersiap di tempat duduk menyambut sang pria. Kecuali Ayushita yang tetap setia menunduk memejamkan matanya.

Sang calon mertua berdiri ke arah pintu utama dan membuka pintu. Dia keluar menyambut siapa pun yang baru tiba itu. Tak lama, yang ditunggu-tunggu masuk ke dalam ruang acara.

"Nah, yang ditunggu sudah datang," ujar calon mertua.

Ayushita mengangkat wajahnya seketika. Hal pertama yang tertangkap oleh pandangannya adalah seorang pria asing memakai kemeja semi formal sedang berdiri di samping seorang pria tua yang telah di kenalnya. Itu pak Salam.

"MA, APA-APAAN INI?" Sebuah suara menggelagar di rongga pendengarannya. Seketika netranya beralih ke pria yang berdiri di samping wanita paruh baya tadi. Pria itu luput dari fokusnya sebelumnya. Ayushita langsung membelalak lebar. Pria itu tak kalah terkejut.

"ARJUNA?"

"AYUSHITA!?"

Secara bersamaan keduanya memekik kaget.

Arjuna yang namanya disebut Ayushita mengedarkan pandangannya sekeliling. Benar. Ini rumah kekasihnya. Ada Ayub kakak Ayushita di sana. Dan kekasihnya saat ini sedang mengenakan kebaya pink dengan riasan yang sangat cantik.

"Jadi, gadis yang Mama bilang akan dijodohkan denganku adalah Ayushita?" pekik Arjuna sambil menunjuk Ayushita yang mematung di depan sana.

"Iya. Tapi kamu menolaknya, kan?" sahut Nyonya Indi.

"Apa?? Aku menolaknya? Lalu, Mama akan melamarnya untuk Charly?" Nada suara Arjuna makin meninggi.

"Apa yang salah? Kamu menolaknya dan Charly mau menerima perjodohan ini untuk menggantikanmu," balas nyonya Indi tanpa rasa bersalah.

"Ma! Ayushita itu kekasihku. Calon istriku. Kenapa Mama tega melamarnya untuk Charly?" Arjuna kian gusar. Dengan kasar dia menggusar rambutnya sembari sebelah tangannya berkacak pinggang.

Semua orang menatap tegang ke arah Arjuna dan ibunya yang sibuk berdebat. Tak terkecuali Ayushita yang masih terlihat syok. Matanya berkaca-kaca. Hatinya terluka ketika mendengar kalau Arjuna telah menolak perjodohan ini.

"Lalu kenapa kalau dia kekasihmu? Mama mencoba memberikan yang terbaik untuk kamu tapi kamu selalu menolak dengan alasan ini dan itu. Mau kamu apa sebenarnya Juna?" berang nyonya Indi. Matanya menatap garang ke arah putranya yang juga mendelik ganas.

"Ma, malu nih di rumah calon besan," tegur pak Salam kepada istrinya.

"Ma, pokoknya tidak dan tidak. Aku tidak rela kalau Ayushita dinikahkan dengan Charly si playboy itu. Ayushita harus menikah denganku, titik!" tuntut Arjuna. Charly memutar bola matanya mendengar tuntutan kakak tirinya itu. Arjuna sudah menghancurkan reputasinya dengan mengatai dia playboy di depan banyak orang. Meskipun sebenarnya hal itu tak sepenuhnya salah.

Ayushita tiba-tiba terisak. Dengan wajah memerah karena marah dia melangkah pergi dari tempat itu. Acara lamaran ini benar-benar konyol seperti drama India.

Arjuna segera mengejar Ayushita yang berlari ke arah teras belakang dekat kolam renang. Dia mendapati Ayushita duduk di salah satu bangku dan menumpahkan segunung emosi yang menekan dadanya.

"My Honey love. Maafkan aku yang datang terlambat. Aku mencintaimu dan tak akan melepasmu," bujuk Arjuna sembari berlutut di depan Ayushita yang berusaha menahan tangisnya.

"Tapi- tapi kamu menolak perjodohan kita," lirih Ayushita di antara isak kecilnya.

"Tidak. Aku tidak menolakmu. Ini salah paham. Aku tidak pernah tahu kalau gadis yang dijodohkan denganku itu kamu. Mama juga tidak pernah mengatakan dengan jelas padaku. Kumohon Honey love berikan aku kesempatan untuk memperjuangkanmu di depan orang tuamu. Aku benar-benar tidak rela kalau kamu menikah dengan Charly brengsek itu," tegas Arjuna. Dia menggenggam tangan Ayushita erat. Hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini. Tapi kali ini dia melanggar batas untuk meyakinkan kekasih hatinya.

Manik lembut Ayushita bertemu dengan manik pekat penuh tekad milik Arjuna. Tangan mereka bertaut saling menguatkan keyakinan. Waktu seolah hanya berputar di sekitar mereka, menenggelamkan keduanya dalam pusaran emosi dan perasaan yang membucah untuk diungkapkan.

Masih berlutut di depan Ayushita, dan tanpa melepas tatapan mata dari netra sang pujaan hati, Arjuna mengeluarkan sebuah kotak beludru persegi berwarna merah muda. Tangan kanan Arjuna mengeluarkan sebentuk cincin bertahta berlian kecil nan elegan dari dalamnya kemudian mengangkat benda mungil berkilau itu di depan Ayushita.

Dengan satu helaan napas yang dalam, Arjuna meminta pada Ayushita, "Will you marry me?"

Ayushita terpaku tak mampu bersuara. Bola mata beningnya berhias titik kristal yang berkumpul di rongga matanya. Perlahan tatapannya turun ke arah cincin yang berkilau cerah menyilaukan mata, secerah masa depan yang dijanjikan sang Arjuna.

Tatapan matanya kembali lurus beradu dengan mata Arjuna. Perlahan bening kristal yang berkumpul sejak tadi luruh di permukaan wajah halus Ayushita.

Kebisuan yang membentang di antara mereka membuat Arjuna cemas. Dia khawatir Ayushita akan benar-benar menolaknya.

"Sayang ...," bisik Arjuna di depan wajah Ayushita yang masih terpaku menatapnya.

Seulas senyum manis terbit di permukaan kedua bilah merah muda Ayushita.

"Yes ... yes, I will ... and I want ...," bisik Ayushita yakin.

Arjuna memejamkan matanya sejenak. Ketika dia membuka matanya, ada binar cinta bercampur haru yang mendalam di sana.

Arjuna menyematkan cincin mungil di jari manis kiri Ayushita dengan hikmad. Perlahan kedua tangannya mengangkat kedua tangan halus Ayushita lalu mengecup satu persatu dengan penuh perasaan.

"Terima kasih sudah menerima pria yang jauh dari sempurna ini. I love you so much," bisik Arjuna dengan senyum tampannya.

"Terima kasih juga sudah memilih wanita yang penuh dengan kekurangan ini, I love you more," balas Ayushita hangat. Tangan mereka kian bertaut erat seakan menyalurkan perasaan cinta mereka satu sama lain lewat genggaman tangan tersebut.

"Ekhm!" Suara deheman keras mengusik suasana romantis yang tercipta di antara mereka. Charly bersandar di ambang pintu sambil bersedekap di dada menatap lamat-lamat ke arah pasangan yang baru saja mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.

"Kalian pergi begitu lama. Aku khawatir kamu sudah membawa lari calon pengantinku," cetus Charly dengan senyum mengejek.

Arjuna berdiri dari posisi berlutut, menuntun Ayushita untuk berdiri lalu menautkan tangan kiri Ayushita ke tangan kanannya.

"Jangan mimpi di siang bolong, Charly," sentak Arjuna dengan nada dingin. Dia melangkah ke ruang acara diikuti Ayushita di sampingnya.

Sesampainya di ruang acara mereka menemukan para orang tua dan semua yang hadir sedang bercakap-cakap akrab, tertawa terbahak-bahak sambil minum teh dan makan kue. Arjuna dan Ayushita terheran-heran melihat suasana santai seperti tak ada terjadi apa-apa.

Ketika perhatian mereka teralihkan kepada pasangan itu, serempak mereka memandang tautan tangan keduanya.

"Ma, Ayah, saya tidak rela memberikan Ayushita pada siapa pun. Saya sangat mencintainya begitu pula dengan Ayushita." Arjuna lalu mengalihkan pandangannya pada pak Ruslan dan nyonya Aliyah yang duduk berdampingan. "Om, Tante, saya mohon izinkan saya menikahi Ayushita. Saya akan membahagiakannya dengan seluruh hidup saya. Mohon restui kami," ucap Arjuna dengan yakin.

"Apakah kamu bersedia menerima konsekuensi jika kamu menyakiti badan dan hati putri kami?" tanya pak Ruslan tajam.

"Saya akan terima apapun konsekuensinya," jawab Arjuna tegas.

Pak Ruslan dan pak Salam saling berpandangan satu sama lain dan tersenyum. Tiba-tiba mereka saling berpelukan.

"Hahahaha ... akhirnya kita benar-benar jadi besan," seru pak Ruslan dengan tawa bahagianya.

"Tidak sia-sia kita mempersiapkan semuanya. Bahkan tadi saya khawatir Arjuna tidak mau ikut dengan saya. Saya dan Charly sudah berencana menggunakan paksaan. Untung dia bersedia," timpal pak Salam terkekeh. Nyonya Aliyah dan nyonya Indi pun saling berpelukan dengan haru.

"Apa maksudnya ini?" tanya Ayushita dan Arjuna bersamaan. Mereka makin heran melihat tingkah aneh para orang tua itu.

"Sayang, sebenarnya sejak awal kami merencanakan lamaran ini untukmu. Mama gemas kamu terus menunda menikah. Untung saja Ayub memberitahukan tante Aliyah kalau sebenarnya kalian punya hubungan istimewa. Ayahmu juga setuju untuk mempercepat lamaran karena ayah sangat menginginkan Ayushita jadi menantu," ungkap nyonya Indi.

"Jadi, kalian bersekongkol untuk menjebak kami berdua?" tanya Arjuna.

Serempak mereka menganggukkan kepala. Ayushita dan Arjuna terpana dengan raut tidak percaya. Selama tiga hari mereka panik dan cemas untuk lamaran yang sebenarnya untuk mereka.

"Jangan harap kamu bisa menyakiti adikku ya. Kamu akan merasakan akibatnya," ancam Ayub datar.

"Kakak!" Ayushita mendelik kesal pada kakaknya.

"Selamat ya, Bro," celutuk Charly menepuk bahu Arjuna. Sekilas dia mengedipkan sebelah mata kepada Ayushita. Arjuna melotot dengan tatapan membunuh ke arahnya. Charly hanya terkekeh sembari bergabung dengan para orang tua.

"Sayang, ayo duduk di sini," tukas nyonya Aliyah menunjuk dua kursi kosong di dekatnya. Arjuna dan Ayushita hanya menurut.

"Pak Ruslan dan Nyonya Aliyah, kami sekeluarga secara resmi melamar Ayushita Ramadhani untuk anak kami Arjuna Prawira," ucap pak Salam.

"Melihat cincin telah tersemat di jari Ayushita, maka saya yakin putri kami juga menerima lamaran Arjuna. Terima kasih sudah mau menjalin hubungan kekeluargaan dengan kami. Semoga kelak pernikahan anak-anak kita berjalan lancar dan langgeng," timpal pak Ruslan mewakili keluarganya. Semua mengaminkan ucapannya.

"Pasang cincinnya, Nak!" Nyonya Indi menyerahkan kotak beludru berwarna biru tua berisi sepasang cincin tunangan yang sangat mewah.

Dengan sigap Arjuna mengambil sebuah cincin ukuran kecil dengan permata ruby lalu menyematkan di jari manis kanan Ayushita. Kemudian cincin lain yang lebih besar dan polos disematkan di jari manis kiri Arjuna oleh Ayushita. Semua yang hadir di ruangan itu mengucapkan hamdalah dan bertepuk tangan. Wajah Ayushita merona merah. Rona itu semakin terang saat Arjuna secara tiba-tiba mengecup keningnya mesra. Charly bersiul sangat kencang yang langsung diomeli oleh nyonya Indi.

Acara berlanjut dengan makan siang bersama yang telah disiapkan oleh nyonya Aliyah. Mereka melingkari meja besar dengan berbagai makanan khas kesukaan kedua keluarga. Dua hari sebelumnya nyonya Indi telah membagi informasi tentang makanan kesukaan keluarganya. Dan tentu saja nyonya Aliyah dengan senang hati menyiapkan segalanya.

Suasana meja makan begitu hangat dan akrab. Mereka membahas rencana pernikahan dengan santai dan terbuka. Charly tak berhenti meledek pasangan Arjuna dan Ayushita. Sementara Elvira dan suaminya hanya tersenyum kecil diliputi rasa bahagia.

Ayushita dan Arjuna sesekali menatap mesra. Senyum bahagia tak pernah luntur dari wajah mereka. Perasaan terluka menyatukan mereka. Keyakinan pula mengikat mereka. Keyakinan akan jodoh yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Jodoh memang ketetapan Allah yang sudah digariskan saat manusia melahirkan ke dunia. Dan Allah menjanjikan bahwa hamba yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik. Saat seorang hamba memperbaiki diri menjadi lebih baik, maka Allah akan menggerakkan jodohnya untuk memperbaiki diri pula. Tak ada yang mustahil bagi Allah. Kita, hamba-Nya hanya perlu yakin pada-Nya dan berusaha menjadi manusia yang senantiasa memperbaiki diri.

Bersambung ....

💝💝💝

Chapter berikutnya adalah persiapan pernikahan Arjuna ❤ Ayushita.

See you next chapter 😘

avataravatar
Next chapter