1 Prolog

Aku ditempatkan di ruang Asoka

Saat masuk kondisiku memang tidak begitu baik , tidak bisa mengingat dengan jelas.

Dalam keadaan sakit seperti sekarang ini.

Aku bisa melihat jelas apa yang tidak semestinya terlihat.

Dan itu bisa berlangsung lama dari biasanya.

Bertahun-tahun mengalami sakit dengan masalah yang sama yaitu infeksi paru, terkapar menahan rasa sakit yang luar biasa. Ditambah dengan aura ruangan yang benar benar tidak nyaman buatku.

Melewati rasa sakit lalu sakit itu tiba-tiba hilang sesaat, saat Aku melihat kehadiran mereka diantara orang-orang yang bergantian menjengukku, meski tidak begitu jelas, samar-samar mereka berbaur dengan orang-orang yang ada di dekatku.

Sesekali menikmati, pelan tak terasakan, hingga pandanganku tertuju pada satu sosok perempuan bergaun putih dengan rambut terjuntai menutupi wajah duduk tepat di samping tempat tidurku.

Aku hanya diam memperhatikan.

Banyak tanya memenuhi pikiranku mengira tadinya itu salah satu teman yang menjengukku, karena saat dia muncul aku sedang dijenguk beberapa kawan, pikiran itu cepat ku tepis dengan melihat penampilan perempuan itu, yang jauh lebih mirip dengan sosok yang sering aku liat di film-film horor. Iya itu hantu bukan manusia. Masa iya manusia rambut dan pakaiannya begitu.

Dan emang benar namanya adalah Marliani, aku mengetahui namanya setelah beberapa hari aku keluar dari rumah sakit.

Ternyata perempuan itu mengikutiku hingga ke rumah.

Sekalipun dia hantu, dia memperkenalkan diri nya dengan cara yang baik. Tidak main nongol gitu aja kayak kebanyakan hantu lainnya.

Marliani hadir di antara pertemuanku dengan Anna si cewek bule misterius yang mati dibunuh oleh orang-orang pedalaman itu.

Aku dan Marliani adalah saksi hidup dan mati saat Anna di eksekusi dengan sangat kejam oleh mereka.

~~~~~~~~

"Kenapa?"

Tanya suamiku, saat mendadak aku meminta dia untuk memindahkan jaketnya yang ada di kursi.

Aku hanya diam sesaat, tidak langsung menanggapi. Setelah dipindahkan, baru aku menceritakan soal penampakan yang sedari tadi mengganggu pandanganku.

Ku pikir, tadinya ide dengan memindahkan jaket, bisa membuat perempuan misterius itu pergi dan menyingkir, tapi ternyata aku keliru.

Hingga tiga hari tiga malam, perempuan itu masih saja ada di situ, duduk di kursi, diam tanpa ada reaksi. Boro-Boro bicara, bergerak pun tidak, hanya tertunduk diam membisu.

[Dasar hantu!!] Pekikku dalam hati.

Aku sendiri tidak bertanya, karena aku juga tidak begitu suka membuka percakapan dengan sosok seperti mereka, terutama pada sosok yang baru saja ku temui, apalagi dengan kondisiku yang seperti sekarang ini.

Entah, sebenarnya apa yang diinginkan perempuan itu. Aku bahkan sempat berpikir, kalau perempuan itu mungkin menunggu kematianku. Atau hanya makhluk dari luar yang singgah sebentar lalu pergi.

Tapi kenapa bisa berhari-hari. Bahkan diusir secara halus pun dia gak juga pergi.

Apa iya dia mau menakut-nakuti ku.

Entah lah!

Aku tidak begitu peduli, apa lagi takut.

Seminggu berlalu..

Sejak aku keluar dari rumah sakit aku lebih fokus ke Anna, karena aku pikir Anna mengambil separuh ingatanku tentang kisahnya.

Iya tentang Anna si cewek bule misterius ..

Yang mempertemukan aku dengan Si M alias Marliani.

*******"

Jadi saat aku di tempatkan di ruang Asoka 13.

Ada tiga pasien termaksud aku di ruangan itu, tapi selang berapa hari mereka udah gak ada.

Tentu saja itu membuat aku merasa bertanya-tanya, kenapa?

"Kok pasien lain udah gak ada, pada kemana yah,apa sudah pulang?"

Tanyaku sambil mengamati sekelilingku.

"Nggak! Mereka semua minta pindah." Jawab suamiku pelan.

"Pindah, kenapa?!! apa karena aku.."

"Iya, mereka takut .."

Jawab Suamiku spontan, membuat aku sedikit, terlihat sedih.

"Ya bagus lah jadikan kita cuma berdua," ucap suamiku mulai menghibur agar aku tak menampakan wajah lesu itu.

Jika rasa sakit itu tiba-tiba datang, aku memang suka bicara ngawur, terlebih saat merasa sesak karena kesulitan bernafas. Wajar saja mereka minta pindah pasti mereka terganggu sekali dengan keadaanku waktu itu.

*****

Satu hari aku tidak begitu ingat entah karena rasa sakit yang luar biasa atau mungkin juga karena reaksi obat, aku merasakan suasana seperti yang sebelum-sebelumnya namun ini sedikit berbeda.

Merasa berada di dua tempat sekaligus namun dalam waktu yang bersamaan.

Aku melihat seorang perempuan sedang berlari ketakutan. Saat itu kami ada di hutan, hutan yang masih asri dengan pepohonan yang rimbun, rumput-rumput hijau dan kesejukannya.

Aku melihat Anna, entah bagaimana aku bisa tahu kalo perempuan itu bernama Anna. Aku juga melihat, orang-orang itu berusaha mengejarnya, orang-orang dengan look yang sedikit berbeda karena ditubuh mereka hanya melekat sepotong kain untuk menutupi dibagian kemaluan mereka, selebihnya tak ada.

Seperti menonton adegan film dan aku berada di antara mereka, di lokasi yang sama, hanya saja cuma Anna yang bisa melihatku. Sementara yang lain tidak.

"Run Anna, Run nn... Go .. Goo!! Ucapku ke Anna

" Cepat Anna lari! Cepat sembunyi! Cepat! Jangan sampai mereka menangkap mu.

Aku bersemangat meneriaki Anna seolah aku juga ikut dikejar oleh mereka.

Aku berada di dekat Anna, ikut berlari dan menyemangatinya, sesekali aku berbicara dalam bahasa inggris karena Anna tidak begitu fasih menggunakan bahasa indonesia meski dia memahami artinya.

Kami terus berlari, rasa takut dan was-was campur jadi satu, bagaimana jika mereka sampai menangkap kami, kami mulai menangis ketakutan, Orang-orang itu semakin dekat.

Entah bagaimana, saat kami trus berlari menghindar, tiba-tiba kami udah ada di dalam ruangan Asoka.

Segera aku meminta Anna bersembunyi.

"Ayo Anna cepat sembunyi di bawah tempat tidurku. Cepat!"

Aku terus berteriak histeris meminta Anna untuk sembunyi.

Anna mengikuti ucapanku, ia segera merunduk dan bersembunyi dibawah,

Bersamaan itu Anggi datang mencarinya.

Anggi adalah pria yang suka sama Anna, bagaimana dia bisa muncul tiba-tiba tanpa merasa khawatir dengan keadaan Anna.

Apa dia tidak tau Anna dalam bahaya.

Aku tidak tau bagaimana aku bisa mengetahui semuanya, seakan-akan sudah mengenal mereka semuanya dengan baik.

"Anggi, kamu pergi dulu sana! Nanti kamu kesini lagi, plisss, tiga atau lima menit lagi jangan sekarang" Isak ku memohon supaya pria itu pergi

Aku takut orang-orang itu akan datang kemari ..

Aku mendorong tubuh Anggi beberapa kali, mengusirnya supaya dia pergi dari ruangan ini.

Bagaimana kalau Anna sampai ketahuan bersembunyi di sini gara-gara dia.

"Pergi Anggi! Pergi! Aku mohon pergilah ... jangan kesini lagi!" Teriakku sambil menangis ketika Anggi tidak mau mengindahkan ucapanku.

"Bu!! Ini aku ... sadarlah! Istighfar, ini ayah"

[ucap Anggi]

Suara suamiku mengagetkanku hingga secepat itu aku kembali keruanganku.

Ternyata dia bukan Anggi tapi suamiku. Entahlah padahal lelaki itu tadi nyata-nyata aku lihat adalah Anggi.

Aku hanya terdiam tanpa mampu lagi berkata, di situ aku sempat sadar lalu menangis ...

"Pergilah, Yah. Biarkan aku sendiri" ucapku seolah dikontrol perintah tak kasat mata, walau di suruh pergi suamiku tidak bergeming. Aku tau, suamiku tidak akan mungkin meninggalkanku sendirian.

Tapi aku berharap jika suamiku pergi maka Anggi pun pergi.

"Bu ... istirahatlah aku akan menjagamu, aku tidak akan pergi karena kita hanya berdua." Ucap suami ku dengan lembut sambil berusaha merebahkan tubuhku agar berbaring.

Tetapi saat itu aku tau kami tidak berdua, ada orang lain bersama kami.

Ahh!!... sebentar saja aku ingat kalau aku bersama suamiku. Tak lama berselang aku sudah merasa kembali lagi bersama Anggi.

"Kau hanya di jadikan umpan Anggi, percayalah!" Aku melihat Anggi kebingungan. Aku merasa dia tidak paham dengan apa yang ku maksud.

"Anggi, pergilah!" Aku mulai putus asa, lelah berusaha mengusir Anggi. Tapi pria itu tetap ada di sampingku dan tidak mau pergi , dia tetap berusaha mencari Anna.

Pikiranku semakin kalut, dan terus menangis histeris.

Sedangkan Anggi, dia tidak tahu kalau dia diperalat oleh orang-orang itu. Yang ternyata benar mereka memang sudah mengetahui soal Anggi, hingga mereka sengaja membiarkan Anggi mencari dan menemui Anna. Sehingga mereka tidak susah-susah untuk menemukan perempuan itu.

Berapa saat ..

Akhirnya yang aku takutkan akhirnya terjadi.

Karena Anggi, akhirnya Anna ditemukan.

Mereka menangkap Anna dan aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya, berusaha mencegah mereka, meneriaki mereka, tapi tak ada satupun dari mereka yang mendengarkanku.

Aku menatap mata Anna dia begitu sangat ketakutan dengan wajah pucat dan penuh air mata, tanpa belas kasihan mereka menangkap dan menyeretnya lalu menyayat leher perempuan itu hingga putus dengan sebilah belati.

Aku hanya bisa menyaksikan sambil menangis pilu.

"Linn .. kamu lihat meja itu! Benda yang melukaiku ada dibawah sana." ucap Anna sambil menunjuk meja yang berada persis tepat di samping tempat tidurku.

Bersamaan itu kesadaran ku tiba-tiba kembali dengan posisi duduk dan masih dalam keadaan menangis sambil menyebut nama Anna.

Sesaat setelah tangisku reda, aku meminta suamiku mencari sesuatu yang dimaksud oleh Anna.

Dengan menceritakan soal Anna. Suamiku mendengarkan sambil mencari benda yang ku maksud. Tetapi tidak ada yang dia temukan, dan perasaanku mengatakan bukan hanya belati yang ada dibawah meja itu . Akan tetapi ada sesuatu yang yang menjadikan sebab kenapa Anna dikejar dan dibunuh oleh mereka.

Tetapi aku tidak mempersoalkan itu dan membiarkannya tetap menjadi rahasia.

Disaat mereka mengeksekusi Anna saat itu lah ada sosok lain yang juga menyaksikan kematian Anna selain aku, dia adalah Marliani, sosok perempuan yang duduk menyendiri jaket suamiku.

Setelah beberapa saat kejadian Anna berlalu, aku baru menyadari keberadaan Marliani saat itu.

Itulah awal kisah dimana aku bisa bertemu dengan Marliani alias si M.

avataravatar