webnovel

Club Malam

Malam telah tiba, tepat jam 7 malam aku sudah bersiap-siap hendak pergi ke club malam dengan Keysa. Namun, aku masih mondar-mandir di dalam kamar bak sebuah setrika untuk merapikan baju.

Ponselku bergetar, sebuah pesan singkat dari Keysa yang mengatakan bahwa dia sudah menungguku tak jauh dari halaman rumah nenek.

"Akh, bodo amat! Aku sudah terbiasa akan omelan dan cercaan orang-orang di rumah ini!" aku bergegas keluar kamar dan benar saja. Kulihat kakek dan nenek tengah duduk di ruang TV yang tepat berada di depan kamarku.

"Mau kemana?" tanya kakek lebih dulu yang kebetulan melihatku.

"Emh... Aku izin keluar sebentar, aku pergi bersama Keysa. Ada tugas di kampus yang harus kami selesaikan," jawabku ragu-ragu.

Sontak saja nenek menoleh ke belakang dan menatapku dengan tatapan tidak mengenakkan.

"Ada tugas atau kau mau keluyuran sama Keysa? Kau itu anak perempuan, Amelie. Mau jadi apa kamu, hah?" ujar sang nenek langsung saja mencercaku.

Rasanya sudah kebal tubuh ini mendengar cercaan nenek yang demikian padaku yang demikian.

"Nek, selama ini apa aku pernah mempermalukan nenek dan kakek di rumah ini? Aku sudah cukup selama ini menurut untuk menjadi anak rumahan dan di kenal sebagai gadis yang kurang pergaulan."

"Meski begitu kamu tidak juga menikah, bukan?" balas nenek menyentakkan hatiku.

Dadaku terasa sesak sekali mendengar beliau berkata demikian.

"Apakah nenek begitu ingin aku segera menikah dan pergi dari rumah ini? Begitu?" balasku dengan perasaan yang sudah tidak karuan di dalam sana.

"Kamu..."

"Istriku, sudah... Jangan lanjutkan lagi, Amelie. Pergilah, jangan pulang larut malam!" imbuh kakek menyela amarah nenek padaku.

Tanpa menunggu omelan nenek berlanjut, aku segera beranjak pergi dengan mendecak kesal. Aku melangkah setengah berlari menuju Keysa yang tengah menungguku.

Aku berlari dengan memakai height heels seolah aku sudah handal berlari menggunakannya. Beruntung aku menghapal betul jalanan di sekitar komplek perumahanku, meski entah kenapa lampu-lampu jalanan disini tiba-tiba mati.

"Mel..." panggil Keysa sambil keluar dari jendela mobilnya.

Dasar konyol, semua ini gara-gara dia!

"Hah... Sial!" umpatku begitu masuk ke dalam mobil Keysa.

"Pfffttt... Kenapa? Bertarung dulu nih sama nenek lu?"

"Gila gak sih, selalu saja mencercaku dengan alasan belum menikah dan tidak laku, memangnya aku barang? Dengan kata tidak laku itu menyakitiku, Key!" dengan bersungut-sungut aku menceritakan apa yang baru saja aku alami di rumah nenek.

"Hahaha... Sudahlah, jangan di ambil hati. Malam ini kita akan bersenang-senang, ngomong-ngomong gebetanku ikut nongkrong bareng kita nanti."

Aku menatap tajam Keysa di saat dia memutar balik arah mobilnya.

"Kenapa?" tanya Keysa setelah menyadari aku menatapnya begitu.

"Apa kau sengaja mau pamer di depanku?"

"Cih, pamer apaan? Kita hanya sebatas gebetan biasa, Mel. Tidak ada yang lebih, beberapa kali dia minta ciuman bibir denganku tapi selalu berhasil aku tolak!"

"Pffttt... Hahaha, serius?" aku bertanya seakan tidak percaya jika sahabatku ini belum berciuman bibir dengan gebetan barunya.

Yang aku tahu, gebetannya cukup tampan dan putih tinggi. Dan sepertinya sedikit nakal, tapi entah bagaimana dia bisa menahan itu semua.

Kami tidak saling berbicara lagi, sepanjang perjalanan menuju Club hanya asyik terbawa suasana dengan lagu-lagu yang mengalun yang baru sejak tadi Keysa putar.

"Ah, kenapa harus lagu ini?" ucapku memalingkan wajah ke arah jendela.

"Aku suka lagu ini, sangat tepat mewakili hatiku saat ini." Keysa ikut bernyanyi menirukan lirik lagu sebuah band ternama Hijau Daun yang berjudul 'Suara'.

Sesaat kemudian, kami sudah tiba memasuki sebuah halaman parkir di bawah tanah. Aku sedikit tererangah, ini pertama kalinya aku datang ke Club malam.

"Ayo, Mel!" ajak Keysa setelah hendak membuka pintu mobil.

Aku hanya mengangguk menanggapinya seraya ikut membuka pintu mobil untuk menyusulnya keluar.

Kau berjalan mengikuti langkah Keysa menuju ke dalam Club. Tiba di dalam ruangan seketika terasa sangat bising dengan suara musik DJ di dalam ruangan.

"Huhuuuy..." Keysa mulai menari-nari sambil menjentikkan jemarinya ke atas, dia tampak sangat menikmati musik yang terasa menggebrak seluruh ruangan.

"Amelie, kita duduk disana!" ajak Keysa sambil menarik lenganku lalu melangkah melewati kerumunan di tengah ruangan Club yang cukup luas ini.

"Mas, seperti biasa ya!" ujar Keysa kemudian pada seorang pelayan di Club ini.

Pelayan itu hanya tersenyum sambil mengangguk tanda mengerti apa yang Keysa inginkan.

Aku melihat sekeliling ruangan, aku mulai menikmati kebisingan di dalam ruangan ini. Jelang lima menit berlalu, gebetan Keysa muncul dari arah pintu. Kebetulan aku yang lebih dulu melihatnya datang.

"Key..." panggilku memberikan isyarat.

Setelah melihat kedatangan gebetannya, Keysa tampak sumringah dan langsung menyambutnya dengan manja.

Huh, dia memang paling pintar bersikap manis begitu.

"Hai, Amelie..." sapa Yash, gebetan Keysa padaku.

"Hai, Yash. Apa kabarmu?" jawabku menimpali.

"Seperti yang kau lihat, Amelie." Yash menjawab seraya mengangkat setengah kedua bahunya ke atas.

Aku tersenyum tipis menanggapinya lagi. Sejujurnya aku mulai malas bertemu dengan Yash, gebetan Keysa. Terkadang dia terlihat sedikit nakal dan liar menatapku yang jelas-jelas sahabat dekat wanitanya.

"Sayang, dimana Ryan? Kau bilang mau memperkenalkannya pada Amelie." tiba-tiba saja Keysa berkata demikian dan menyentakkan hatiku.

"Key..." panggilku memelototinya. Ini kali pertama aku di kenalkan dengan seorang laki-laki, membuatku merasa malu di makcomblangi begitu.

Yash mengeringai sambil mengerlingkan mata dengan nakal pada Keysa sambil mengunjuk dagunya ke arah pintu.

Terlihat seorang laki-laki berjalan memasuki ruangan, tubuhnya yang tegap dan tinggi sekitar 170cm, rambut tebal hitam gaya clasic serta tampak gigi gingsung dan putih bersih saat dia mengulas senyum melambaikan tangan pada Yash.

Aku mendelikkan kedua alis melihat wajah tampan nan senyum manisnya. Sesaat Keysa membuyarkan lamunanku memandanganya, menyikut lenganku dan menggodaku.

Saat Ryan tiba di depan kami, lagi dan lagi Keysa menggodaku dengan isyarat.

"Hai, Ryan." Keysa menyapa lebih dulu.

Oh, jadi namanya Ryan, gumamku dalam hati.

"Hai, Key. Wah, lama tidak bertemu ya?"

"Hem, kau sok sibuk. Hihihi, oh iya. Kenalin nih, sahabat plus sepupuku, Amelie."

Keysa memperkenalkanku pada Ryan, dia tersenyum manis padaku, sangat manis. Kami saling berpandangan sejenak dan berjabat tangan, kedua telapak tangan kami masih berjabatan seolah enggan saling melepaskan, bagaikan tertempel sebuah magnet.

"Ehhem, duh... Aku mencium aroma jatuh hati pada pandangan pertama," ujar Keysa menggoda kami dan seketika kami saling melepaskan jabatan tangan.

Tak ingin terlihat kikuk di depan Ryan, aku memilih untuk pergi ke toilet. "Key, aku ke toilet dulu, ya!" sambil beranjak melangkah pergi.

"Cepatlah kembali," sahut Keysa meledekku.

Next chapter