14 PERASAAN YANG MENYIKSA

Setelah berbincang-bincang dengan Rafka dan menceritakan aktifitasnya seharian Hanin mengakhiri panggilan Rafka.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan diriku terutama hatiku? kenapa aku tidak berhenti memikirkan Tuan Hasta, kenapa aku sangat merindukan suaranya dan semua perhatiannya? dan Rafka... seharusnya aku bahagia saat Rafka menelponku tapi kenapa hatiku masih saja sedih? apa yang harus aku lakukan Ya Tuhan? aku ingin tahu keadaan Tuan Hasta, apa dia baik-baik saja?" tanya Hanin dalam hati dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.

Hingga malam mulai larut Hanin masih menunggu dan berharap Hasta menghubunginya namun tidak ada satupun pesan atau telepon dari Hasta.

Dengan hati yang semakin gelisah Hanin berusaha menghubungi Hasta namun masih saja ponselnya tidak bisa di hubungi.

"Apa yang terjadi padamu Tuan Hasta? kenapa sampai saat ini anda tidak menghubungiku? ada apa sebenarnya?" tanya Hanin mulai menitikkan airmata.

Dengan rasa putus asa akhirnya Hanin menghubungi Rahmat yang selalu menemani Hasta selama di luar kota.

"Hallo Pak Rahmat, Tuan Hasta ada di mana? kenapa Tuan Hasta belum juga meneleponku?" tanya Hanin dengan Isak tangisnya.

"Non Hanin, ini sudah malam? kenapa belum tidur?" tanya Rahmat merasa kasihan dengan Hanin.

"Aku menunggu Tuan Hasta menghubungiku Pak Rahmat, tapi sampai sekarang Tuan Hasta belum memberiku kabar," jawab Hanin menangis pilu.

"Sabar ya Non, Den Hasta tadi sudah datang, mungkin karena kecapekan akhirnya ketiduran Non," ucap Rahmat berusaha menenangkan hati Hanin.

****

Sudah hampir satu minggu Hasta belum juga menghubungi Hanin, tubuh Hasta terlihat kurus dan sama sekali tidak terurus, di sekitar rahangnya sudah tumbuh bulu-bulu halus yang tidak terawat.

Tiap hari dari pagi sampai malam waktu Hasta di habiskan dengan bekerja, tanpa memperhatikan pola hidup dan pola makannya lagi, bahkan untuk meminum obatnya pun terkadang terlewati.

Rahmat yang mengetahui itu sungguh sangat bersedih, tapi Rahmat tidak bisa berbuat apa-apa karena sifat keras Hasta yang kadang tidak bisa di bujuk lagi.

Hingga sampai hari ini, walau sudah merasa tidak enak badan, Hasta tetap bersikeras bekerja mendatangi area perumahan yang sedang ia kerjakan.

"Den, baiknya Den Hasta istirahat barang sehari saja. Kesehatan den Hasta lebih penting di banding semuanya," ucap Rahmat benar-benar merasa kasihan pada Hasta dan Hanin yang saling memendam rindu.

"Aku tidak apa-apa Rahmat, ini hanya batuk biasa saja," sahut Hasta sambil memakai jaketnya.

"Hari ini Hanin tidak ada menelepon kan?" tanya Hasta sudah merasakan kerinduan yang sangat.

"Ada den, tadi pagi Non Hanin telepon mengingatkan obat Den Hasta jangan sampai terlewatkan. Non Hanin saat ini lagi sakit Den," ucap Rahmat merasa heran dan tidak mengerti, bagaimana bisa Hasta dan Hanin mempunyai ikatan batin yang sangat kuat. Di saat Hasta sakit, Hanin pun dalam keadaan sakit.

"Bilang sama Hanin, untuk segera ke Dokter jangan sampai di tunda lagi," ucap Hasta dengan wajah terlihat cemas saat mendengar Hanin sakit.

"Ya Den Hasta, nanti akan saya beritahu Non Hanin untuk pergi ke Dokter," ucap Rahmat berniat setelah mengantar Hasta kerja baru akan memberitahu Hanin.

"Kenapa menunggu nanti Rahmat? bilang pada Hanin sekarang juga untuk pergi ke Dokter. Aku tidak ingin Hanin kenapa-kenapa," ucap Hasta benar-benar merasa cemas dengan keadaan Hanin.

"Den Hasta sendiri bagaimana? Non Hanin juga meminta saya untuk mengantar Aden ke Dokter hari ini," ucap Rahmat semakin sedih dengan hubungan Hasta dan Hanin yang saling tersiksa karena kerinduan.

"Aku tidak akan apa-apa Rahmat, kalaupun aku ke Dokter hidupku juga tidak akan lama lagi, jadi sekarang kamu segera telepon Hanin untuk segera ke Dokter. Jika bertanya soal aku, bilang saja aku sudah ke Dokter dan keadaanku baik-baik saja," ucap Hasta di sela batuknya yang akhir-akhir ini sering kambuh.

"Baik Den," ucap Rahmat segera menghubungi Hanin.

Setelah selesai menelepon Hanin sesuai dengan perintah Hasta, Rahmat mengikuti Hasta yang sudah berjalan lebih dulu menuju ke mobilnya.

Tiba di perumahan, Hasta keluar dari mobilnya dalam keadaan tubuh yang sudah lemas dengan dadanya yang terasa sangat sesak.

"Den Hasta apa perlu saya temani ke sana?" tanya Rahmat saat tahu wajah Hasta yang semakin pucat.

"Tidak usah Rahmat, kamu tunggu di sini saja. Aku hanya sebentar di sini, setelah itu kita ke kantor pusat," jawab Hasta kemudian berjalan ke kantor perumahan yang tidak terlalu jauh.

Sambil menunggu Hasta kembali, Rahmat duduk termenung di dalam mobil sampai pada saat matanya melihat beberapa orang pekerja sedang mengangkat seseorang. Dan lebih terkejut lagi Manager perumahan yang sudah di kenalnya berlari-lari datang menghampirinya.

"Pak Rahmat! tolong cepat buka mobilnya Pak! Pak Hasta pingsan di kantor!!" teriak Manager tersebut sambil mengetuk jendela mobilnya.

Dengan cepat Rahmat membuka pintu mobil dan melihat Hasta yang di angkat beberapa orang kemudian di baringkan ke dalam mobil.

"Pak Rahmat, tolong Pak Hasta di bawa ke rumah sakit saja Pak, karena sebelum pingsan, Pak Hasta mengalami batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya," jelas manager perumahan itu dengan wajahnya yang panik.

"Baik, terima kasih telah membawa Den Hasta kemari," ucap Rahmat kemudian dengan cepat melarikan Hasta ke rumah sakit terdekat.

Setelah sampai di rumah sakit, Rahmat menyerahkan Hasta pada tim medis emergency rumah sakit.

Sambil menunggu Hasta keluar dari ruang emergency, Rahmat menghubungi Hanin yang juga menunggu kabar dari Rahmat tentang Hasta.

"Non Hanin, maaf baru bisa telepon sekarang. Den Hasta sekarang ada di rumah sakit Non. Bisakah Non Hanin ke sini dengan naik mobil?" ucap Rahmat berharap Hanin bisa datang untuk menjaga Hasta agar Hasta bahagia.

"Tentu Pak, Pak Rahmat membawa Tuan Hasta ke rumah sakit mana Pak?" tanya Hanin dengan jantungnya yang terasa berhenti saat mendengar Hasta berada di rumah sakit.

"Di rumah sakit Budi Mulia Non. Cepat ke sini ya Non," jawab Rahmat dengan hati lega karena Hanin bersedia untuk datang walau harus mengambil resiko mengendarai mobil sendiri.

"Ya Pak, sekarang juga aku akan kesana," ucap Hanin dengan perasaan sedih ingin bertemu Hasta secepatnya.

Setelah bicara dengan Hanin, Rahmat menghampiri Dokter yang baru keluar dari ruang emergency.

"Selamat siang Dokter, bagaimana keadaan Tuan saya Dokter?" tanya Rahmat dengan wajah cemas dan serius.

"Keadaan pasien saat ini harus beristirahat total, karena kantung pada paru-parunya sudah melebar. Jika dibiarkan terus kemungkinan besar nyawa pasien tidak bisa tertolong lagi," jelas dokter tersebut dengan serius.

"Tapi sekarang keadaannya masih tertolong kan Dokter?" tanya Rahmat lagi.

"Untuk saat ini masih bisa tertolong, dan sebentar lagi bisa di pindahkan ke kamar inap," ucap Dokter tersebut kemudian masuk kembali ke dalam untuk memeriksa keadaan Hasta yang terakhir untuk bisa di pindahkan ke kamar inap.

avataravatar
Next chapter