webnovel

Tertipu

SEBELUMNYA

Di sebuah kota kecil di pinggiran kota

Vira sudah merapikan kopernya, dia menarik bawaanya dan bersiap menuruni tangga rumah keluarga Darsono

"sis lu mau kemana?"

Lisa berusaha menghentikan langkah Vira.

"gue mau ke Ibu kota, bentar lagi udah tes masuk kampus" jawab Vira

"Congrats ya sis, lu bisa kuliah di ibukota, btw gue punya hadiah buat lu, nih!"

Vira menatap tiket pesawat terbang, dan akses kamar hotel di telapak tangannya.

"itu hadiah buat kelulusan lu sis" senyum Lisa

Vira segera meraih bahu gadis semampai di hadapannya, dia terharu, baru kali ini gadis itu perhatian padanya.

"Ini serius Lis, beneran!" Mata Vira membesar

"iyalah, masa gue boong, eh ada satu lagi"

Lisa mengerahkan paperbag berukuran besar dengan merk ternama, mata Vira sontak semakin membesar.

"Ini apa?" Sehelai gaun?

"buat lu, pakailah!" Pinta Lisa "sono ganti dulu, lagian penerbangannya sore kok" Lisa melirik jam tangan.

Lisa mendorong badan Vira kembali memasuki kamar kamar yang sempit, Vira yang amat kegirangan menurut saja. Dia sudah lama menumpang di rumah keluarga Darsono 

"ah kepentok ilham dimana Lisa bisa jadi begini sama gue, bagus deh akhirnya dia sadar juga punya sodara yatim" pikir Vira.

Selang berapa saat, Vira keluar dengan dress berwarna gold dengan panjang sebetis.

"woaaaa cantik, cantik!" ujar Lisa

"Iyaa, bajunya bagus banget, mau gue simpen aja, sayang kalo dipake!"

"eh jangaaaan..."

Lisa menghentikan langkah Vira, dia berusaha meyakinkan sepupunya untuk terus memakai gaun itu.

"Nih ya, gue udah telpon temen gue, pas di bandara lu nanti dijemput, diajak dinner di hotel mewah, dikasih yang enak-enak, masa mau pake baju gembel, gue yang tengsin"

Vira berpikir sesaat, bener juga ya.

"btw temen lu siapa? Ko dia baik banget sih"

"ada deh tar juga lu tau"

Vira sedikit ragu dengan ucapan Lisa, setau dia Ucup, Tukiyem, Minah adalah teman akrab Lisa, sejak kapan gadis itu punya teman di kota.

"masa lu ga percaya sama sodara sendiri sih" alis Lisa naik sebelah

Vira mengguk cepat, anggap aja percaya dah, batin Vira tidak mau panjang urusannya dengan Lisa.

Dalam hati Vira dia merasa sangat senang, untuk pertama kalinya Lisa memberikannya banyak hadiah, tidak tanggung-tanggung lagi.

Perjalanan dengan bisnya berganti dengan pesawat, uang sewa kosan sementara sebelum masuk asrama bisa disimpan. Dan lagi Vira bisa menikmati tidur di hotel mewah gratis. Ya, Lisa memberikan fasilitas itu secara cuma cuma. Ah mimpi apa dia semalam, Lisa benar-benar jadi malaikat hari ini.

"Lisaaaaa!"

Suara bibi Tina membuat kedua gadis itu sedikit terkejut.

"eh dicariin malah ngegosip disini, buruan bantuin mamak angkutin karung kopi ama lada! eh, lu rapih amat, mau kemana?"

Bibi Tina heran melihat gaun yang Vira pakai.

"Loh, itu baju bagus banget. Ngambil dimana?" Lisa mencubit pinggang Lina.

"Udah deh vir, lebih baik lu buruan deh pergi!" Lisa menarik turun tangan Vira. Membuat kepala gadis itu bingung harus menoleh kemana.

"Vira, lu mau kemana? Siapa yang masak, nyuci, ngepel!"

"mau ke kota bi, Vira kan mau kuliah disana!" Balas Vira mempercepat langkah

"oooh..."

jawaban singkat Bibi Tina mengecewakan Vira. tapi memang begitulah keadaanya.

"Apa! Kekota?" BI Tina membesarkan mata. Dia berlari menyusul dua gadis di depan sana. Karena badannya yang besar dia cukup kesulitan menuruni anak tangga dengan cepat.

"Nah, itu travel nya!" Lisa menunjuk mobil yang kian mendekat. Tina muncul dibalik punggung mereka.

"Lisaa, lu buruan abis ini ke salon yaa, ntar calon laki lu biar tersepona liat kecantikan lu!"

"Bentar lagi kita kan juga mau ke kota, ya kan!" Vira menoleh sejenak, sebelum masuk ke mobil

"Ntar ketemu di kota ya, Lisa kan mau nikah sama orang kota!" Ujar bi Tina dengan wajah sumringah

Vira menarik nafas dalam, di sini saat usia mulai menginjak 20 tahun hal wajar jika orangtua menuntut untuk menikahkan anak gadisnya, kesian Lisa, batin Vira.

Vira masuk ke mobil dan menghela nafas panjang. Meninggalkan rumah Darsono

"Eh Lis, kapan sih kita orang ke Jakarta, mamak lupa?"

"minggu depan mak!"

Lisa menjawab asal.

"yang bener Lis, perasaan Mamak dari kemaren minggu depan terus jawabanmu.."

Lisa ngeloyor pergi, tidak peduli dengan wajah heran Ibunya.

"Lis, kau dah terima duit sama kado ya? Mana mamak mau liat!"

Lisa mempercepat langkah, kabur dari ibunya. Dia melirik layar ponsel dan membaca dimana dia akan bertemu dengan kekasihnya.

"Enak aja main ngelamar anak orang! Emangnya gue jomblo!" Gerutu Lisa kesal

Sebulan terakhir keluarga Darsono mendapatkan paket dan surat misterius. Surat itu berisi perihal lamaran dan perjodohan. Tapi tak tertulis jelas siapa yang mengirim hanya ada nama kota pada amplopnya.

Tina tentu saja sangat senang menerima berbagai paket mahal dan hadiah, pastilah Lisa putrinya yang akan mendapatkan perjodohan ini, tapi sayang Lisa sudah melangkah lebih dulu. Dia tak mungkin mau dijodohkan dengan pria asing yang misterius.

"Pastilah aku aki yang udah bau tanah dan alot!" gerutu Lisa mengadu pada kekasihnya, dia sudah berpacaran kurang lebih satu tahun. Putra seorang pejabat desa.

"terus gimana?"

"ya, ga gimana gimana lah. Pokoknya semua beres!" Lisa bangga

"Beres gimana? Jangan bilang kamu terima lamaran aki aki itu!" Will merajuk

"Ih ogah banget!" sergah Lisa kesal

"Gue udah atur semuanya!" Mata Lisa berputar penuh makna, Will memasang perhatian.

"Gue uda kirim Vira kesana!" bisik Lisa bangga.

"WHAT!!"

"Ko lu kaget gitu?" Will mengatur ekspresinya

"Engga, bukannya gitu. Kalo Vira nikah sama tu aki aki, gimana sama bang Dion?" Lisa mengangkat bahu.

"Ngapain mikirin. Lagian bang Dion juga belum tentu ingat sama Vira!"

"Ko kamu tega sih beb!"

"Ko kamu belain dia sih! Kamu mau aku yang nikah hah!" ketus Lisa jengkel

"Ya enggaklah sayang" Will membujuk "Maksud aku tuh, kenapa ga tolak aja sih lamarannya?" Lisa menaikkan kedua alis

"Terus kamu mau aku pake hape jadul lagi? kamu mau baju baju ini dibalikin lagi!" Lisa menggamit ujung dress yang dia kenakan.

"Kamu bisa beliin ga? Kalo bisa baru aku balikin!" Will menghela nafas berat.

"Terserah kamu aja deh beb" pasrah Will

"Makanya ga usah pake protes!" , "Lagian bagus kan buat Vira, ngapain dia susah susah kuliah kalau bisa nikah sama aki aki kaya!" Lanjut Lisa.

"Doain aja itu aki aki cepat met-tong! jadi janda kaya deh!" Will tertawa mendengar kalimat sarkas Lisa yang cocok dengan ekspresi wajahnya yang lucu.

"Kamu tega loh!"

"Bodo!"

***

Vira di perjalanan.

"Kenapa kak?" tanya penumpang di sebelah Vira. Gadis itu melempar senyum dan menarik sweater rajut yang dia kenakan.

"Ko dingin ya, aku rasanya merinding!" Semua penumpang lain kompak menatap Vira kesal. Dingin darimana! ga liat semua orang pada kipasan. Bayangin minibus bermuatan enam orang di isi sampai sepuluh orang, AC nya aja udah ga kerasa!

ka bantu power stone ya ka...

bantu dukung cerita lainnya juga ya...

ketik aja di pencarian

ayun_8947

ada banyak cerita di sana

Ayun_8947creators' thoughts
Next chapter