1 Wanita Tanpa Bra

Nesya melihat jam yang ada di dinding pabrik tempatnya bekerja. Sudah pukul sepuluh malam, dan dia tidak menyangka jika dirinya akan lembur hingga semalam ini.

"Arrrghh!"

"Kenapa sih?" Seorang pria muda bernama Dudi, yang menjabat sebagai leader wanita itu pun terkejut ketika mendengar teriakan ultrasonik dari Nesya.

"Aku harus cepat pulang Dud!"

Dudi melirik Nesya dengan tatapan malas. Wanita itu selalu tak sopan padanya. Meskipun mereka bertetangga di rumah, dan Dudi lebih muda satu tahun dari Nesya, namun tak seharusnya Nesya memanggilnya seakrab itu apalagi di tempat kerja, yang notabene Dudi adalah atasannya.

"Lima menit lagi," sahut Dudi kemudian berpaling meninggalkan Nesya. Namun sebelum dia pergi, Dudi sempat menarik topi Nesya sampai ke depan wajah wanita itu. Hingga membuat Nesya terkejut.

"Apa-apaan sih?!"

"Pakai topi yang bener. Ponimu keluar semua," jawab Dudi tanpa menoleh ke arah Nesya. Dia hanya tersenyum tipis dan kembali meneruskan pekerjaannya mengecek pekerjaan seluruh timnya.

Setelah lima menit berlalu, Nesya langsung membereskan pekerjaanya. Dia menata kembali box-box yang berantakan di sekitarnya dan membersihkan meja kerjanya. Kemudian dia langsung berlari ke loker untuk mengganti baju kerjanya menjadi baju biasa.

Begitu keluar dari loker, Nesya melewati Dudi begitu saja. Dia langsung meluncur ke halte bus yang berada tak jauh dari pabrik kosmetik tempatnya bekerja.

"Kenapa wanita itu? Kayak orang kesetanan aja," gumam Dudi yang baru saja dilewati oleh Nesya yang berlari begitu cepat. Dan tak lama ia pun menyusul Nesya ke sana.

Mereka berdua saling diam ketika menunggu bus tujuan ke rumah mereka. Hanya Nesya yang terus tampak gelisah sambil sesekali melihat ke arah jam tangannya.

Hingga tak lama kemudian bus datang dan berhenti tepat di depan halte. Dudi berdiri dan menoleh ke arah Nesya yang bergeming. Dia menjadi urung untuk naik. Sampai akhirnya bus tadi mulai berjalan lagi meninggalkan keduanya.

"Kenapa gak naik busnya?" tanya Dudi.

Nesya menoleh dan terkejut karena melihat Dudi yang masih berada di sana.

"Kenapa kamu masih ada di sini? Kenapa nggak naik? Busnya baru aja lewat," sahut wanita itu tanpa menjawab pertanyaan dari laki-laki itu sebelumnya.

"Aku tanya, kenapa kamu malah balik nanya?"

"Oh, aku sih mau ke tempat Bobby. Ada urusan sebentar."

"Bobby? Pacar kamu yang nggak berguna itu?"

Mata Nesya membeliak ketika mendengar Dudi mengolok-olok pacarnya seperti itu.

"Kenapa? Emang dia nggak berguna kan." Dudi duduk kembali dan sama sekali tak merasa bersalah sudah mengatakan hal buruk tentang pacar Nesya tersebut.

Nesya sendiri yang malas untuk berdebat akhirnya memilih diam. Dan untungnya bus yang menuju ke kost Bobby datang dan berhenti. Nesya langsung naik bus tersebut, tanpa tahu jika Dudi juga ikut naik bersamanya.

Ketika Nesya sudah duduk, barulah ia melihat Dudi yang berdiri di sebelah tempat duduknya.

"Kenapa kamu berdiri di sini?" tanya Nesya heran.

"Kenapa? Apa ada peraturannya kalau aku nggak boleh berdiri di sini? Kamu pemilik bus ini? Atau kamu istrinya supir bus ini?"

Nesya memutar bola matanya. Laki-laki itu sangat menyebalkan, kadang ada kalanya dia tak banyak bicara dan hanya menjawab sepatah dua patah kata. Namun jika dia menjawab lebih dari tiga kata, ucapannya benar-benar sangat menyebalkan.

"Terserah." Nesya memilih untuk mengalah dan bertahan hingga ia sampai di tujuannya. Namun yang lebih membuat Nesya kesal adalah ketika Dudi juga ikut turun saat Nesya turun dari bus.

"Kenapa kamu juga turun di sini?"

"Kenapa? Apa—"

"Stop!" Nesya tak mau lagi mendengar jawaban dari laki laki itu.

"Aku buru-buru dan nggak ada waktu buat meladeni kamu. Jadi jangan buat aku marah."

Dudi mengangguk dan mempersilahkan Nesya untuk berjalan menuju ke arah kost kekasihnya.

"Sebenarnya kenapa kamu ke sini malam-malam begini? Apa nggak bisa besok aja?" tanya Dudi serius ketika mereka sudah berjalan bersama.

"Nggak bisa besok. Aku harus menyerahkan uang buat Bobby bisa masuk bekerja besok."

"Kenapa dia butuh uang untuk mendapatkan uang."

"Udahlah, orang dengan kehidupan yang lurus dan lancar seperti kamu nggak akan pernah mengerti, betapa kejamnya dunia kerja ini."

Tempat kost Bobby sudah terlihat. Nesya bergegas ke sana dan mengetuk pintu kamar milik kekasihnya itu.

TOK TOK TOK!

"Bobby, ini aku udah datang. Maaf lama, karena tadi aku mesti lembur," kata Nesya sambil terus mengetuk pintu kost Bobby. Sementara Dudi hanya menunggu dan melihatnya dari kejauhan.

Namun sampai sekian menit Bobby tak juga membuka pintu, padahal Nesya yakin jika kekasihnya itu ada di dalam. Karena lampu kamar itu menyala dan semua sendal serta sepatu milik Bobby ada di rak yang berada di depan kost nya.

"Bobby!" seru Nesya lebih keras. Dia mencoba melihat dari kaca jendela yang tertutup tirai, dan akhirnya pintu terbuka.

"Nesya," panggil Bobby dari ambang pintu kost nya.

"Bob, aku bawa uangnya. Tadi siang aku izin ke bank buat ngajuin pinjaman." Nesya mengeluarkan amplop berisi uang senilai lima juta yang katanya untuk Bobby bisa masuk bekerja.

Nesya yang tidak punya uang sebesar itu di hari tua pun berusaha mendapatkannya agar Bobby bisa cepat bekerja. Kekasihnya itu sudah dua tahun ini menganggur, dan Nesya kasihan padanya.

"Oh, baguslah. Kamu emang bisa aku andalkan Nesya." Bobby mengusap kepala Nesya sebelum akhirnya mengambil amplop berisi uang itu.

"Kalau gitu—" Nesya yang berniat langsung pulang mengurungkan niatnya ketika melihat seorang wanita yang berada di dalam kamar kost Bobby.

"Siapa dia?" Nesya menunjuk wanita yang tampak lebih tua darinya tersebut sedang berdiri sambil tersenyum ke arahnya.

Bobby menoleh ke belakang, dan mengembuskan napasnya panjang.

"Ibu kost di sini. Dia menagih uang kost ku yang menunggak."

"Sampai masuk ke dalam kamar?" tanya Nesya heran.

"Aku kan harus membuat alasan supaya bisa dikasih waktu buat membayarnya."

Nesya mengerutkan keningnya. Sampai akhirnya dia menyadari ada sesuatu yang janggal pada kekasihnya itu.

"Kenapa kaosmu terbalik?"

Bobby sontak melihat ke arah kaosnya, dia tidak menyadari hal tersebut.

"Aku gak sadar. Ah, malunya berarti seharian ini aku memakai kaos terbalik," ucapnya tampak meyakinkan.

Namun Nesya masih merasa jika ada yang tidak beres dengan kekasihnya itu. Hingga akhirnya dia masuk ke dalam kamar kost Bobby dan menghampiri ibu kost itu.

"Nesya, ini udah malam. Jangan masuk ke kamar kost laki-laki dong."

"Aku cuma mau menyapa ibu kost kamu," jawab Nesya. Dia lalu memperhatikan wanita yang ada di depannya itu dari atas kemudian turun ke arah dadanya. Wanita tersebut terlihat seperti— tak mengenakan bra!

avataravatar
Next chapter