19 bab 19 Hampir

"Risa ayo bertemu orangtuamu, dan menikah" bisik bos Glen ketika mencabut bibirnya dan menenggelamkan kepala di sebelah Risa.

Deg deg deg!!

Risa tak bisa berpikir lagi. Kalimat barusan, apakah bos Glen melamarnya? seketika tubuh Risa membatu, deru jantungnya berpacu cepat. Bos Glen dan Risa. Gadis itu tak pernah menyangka jika pria sempurna seperti bos Glen jatuh cinta padanya. Bukan hanya cinta main-main ala remaja, bos Glen bahkan ingin menikahinya. Perasaan bahagia macam apa ini! Risa tak bisa membendung perasaannya. Ketika tersadar dia sudah memeluk erat kekasihnya. Risa bisa merasakan tubuh panas bos Glen yang menimpa tubuhnya. Tubuh kekar itu semakin panas saja.

"Sayang kalau kamu terus memeluk saya seperti ini" bisik bos Glen menyadarkan Risa "Saya bisa lepas kendali!" Risa segera mendorong tubuh bos Glen, hingga keduanya telentang bersebelahan. Risa mendekap dadanya, bergetar hebat. Bos Glen menyeka wajahnya yang memerah.

"Saya sangat menyukai kamu Risa" bisik bos Glen menahan wajah meronanya.

Risa menoleh dan menatap wajah kekasihnya lekat-lekat. Bibir Risa mengembang bahagia. Gadis itu meneliti tiap jengkal wajah kekasihnya. Bos Glen sangat tampan.

"Bos, aku sangat menyukaimu" balas Risa membuat bos Glen balas menatapnya "Aku sangat mencintai mu" lanjut Risa.

Bos Glen mengelus lembut kulit wajah Risa. Dia mendekatkan lagi kepala mereka. Bos Glen terlalu terpesona akan wajah polos Risa. Pria itu kembali mendaratkan ciuman diatas bibir mungil kekasihnya, mengecap-ngecap dan menikmati tiap sentuhan indera perasa mereka.

"Jangan terus seperti ini, saya semakin lepas kendali" ujar bos Glen di sela ciuman mereka. Risa segera bangkit

"Aku mandi dulu ya sayang" ujar Risa sebelum masuk ke kamar mandi, gadis itu meninggalkan kecupan kecil di dahi kekasihnya.

"Risa, kamu mengujiku terus menerus!" kesal bos Glen hendak menyusul Risa menerobos ke kamar mandi. Sayang sekali Risa lebih sigap, gadis itu lebih dulu menutup pintu.

Tok tok tok!!

Seseorang mengetuk pintu kamar, bos Glen bingung sendiri. Pria itu segera masuk melihat lemari Risa tak tertutup sempurna.

"Ris, lu lagi ngapain?" tak ada jawaban. Bos Glen mengintip dari cela lemari.

Reza mengintip dari balik daun pintu, pria itu ragu untuk masuk ke dalam kamar Risa.

"Riss, lu lagi ngapain?" tanya Reza lagi, dia meneliti sekeliling, tak ada siapapun.

"Perasaan gue denger suara cowok deh!" ujar Reza bingung, suara Risa yang bernyanyi di kamar mandi menyadarkan Reza jika rekannya sedang mandi saat ini.

"Ris, lu lagi mandi ya!" teriak Reza, tak ada sahutan. Suara Reza kalah oleh suara keran dan shower.

"Nih bocah kebiasaan pintu ga dikunci!" kesal reza sebelum beranjak meninggalkan kamar Risa, tapi ada sesuatu yang mencuri perhatiannya di atas ranjang, Reza mendekati ranjang Risa.

"Gila, doi beli dua ponsel!" wajah Reza tak percaya, dua ponsel mahal dengan warna sama, Reza tak percaya dengan benda mewah yang dimiliki Risa.

"Gila sih ini!" gumam Reza sambil menggelengkan kepala.

"Risa parah banget, doi banyak duit juga!" masih sulit percaya akhirnya Reza meninggalkan kamar Risa dengan wajah melongo.

"Tapi masa dua ponsel mahal yang sama!" Reza tak mengerti sendiri. "Pelsong kali yak!" ujar Reza menghibur diri sendiri, pria itu kembali merapatkan pintu kamar Risa.

***

Risa keluar dari kamar mandi. Wajahnya sedikit bingung tak mendapati bos Glen di kamarnya. "Apa bos Glen menunggu di luar?" tanya Risa pada diri sendiri.

Dengan segera Risa membuka pintu lemari. Gadis itu langsung melongo terkejut mendapati bos Glen memasang senyum di balik pintu.

"Kamu terkejut ya" goda bos Glen mesem-mesem. Risa memukul kepala bos Glen gemas. Pria itu segera keluar dan mengelus kepalanya.

"Kenapa bos masuk ke dalam lemari sih!" omel Risa. Bos Glen kembali duduk di sisi ranjang.

"Rekan kerja lelaki kamu tadi masuk-"

"Reza?" sambar Risa, bos Glen mengangguk. Risa meraih pakaiannya, blus baby pink dan celana jeans.

"Bos jangan ngintip ya, aku mau ganti baju!" ancam Risa membelakangi posisi bos Glen. Pria itu tersenyum menahan tawa. Risa merasa curiga.

"Bos?" tanya Risa meyakinkan diri. "Bos jangan ngintip ya!" sekali lagi pinta Risa tegas.

"Iya, saya tidak akan mengintip" ujar bos Glen dengan suara meyakinkan.

Risa segera menyambar handuk kecil dan mengeringkan rambutnya. Gadis itu menoleh sekali lagi dan mendapati punggung bos Glen, merasa sudah yakin Risa membuka kimono handuknya.

"Seperti dejavu" bisik bos Glen dengan wajah memerah. Dia memang membelakangi Risa, tapi tanpa gadis itu sadari bos Glen menghadap kaca besar yang tertempel di dinding. Jelas sekali semua terlihat disana. Bos Glen memperhatikan tiap detail figure Risa. Rambutnya yang basah tergerai, menutupi sebagian punggungnya. Kulit yang putih bersih dan lembab semakin terlihat jelas saat kimono handuk dijatuhkan ke ujung kakinya. Bos Glen menelan ludah. Ah, sampai kapan dia harus bersabar, semua sudah bergejolak dan mendesak ingin keluar. Bos Glen menarik nafas dalam, bersabarlah. Berkali-kali batin bos Glen mencoba menenangkan diri, senjatanya bahkan sudah mulai ambil ancang-ancang. Dengan sekuat tenaga bos Glen meredamnya. Pria itu menggigit bibirnya gemas, berharap senjatanya bisa kembali tenang dan bobo lagi.

Risa meraih hair dryer dan mengeringkan rambutnya. Mendengar suara deru mesin hair dryer membuat mata bos Glen terbuka. Dia sengaja menutup matanya, bos Glen takut lepas kendali dan tiba-tiba menerkam Risa. Dia tak ingin memaksa gadisnya. Bos Glen masih setia menanti kesiapan Risa.

"Apa kamu sudah pakai baju?" Risa mengangguk, bos Glen bisa melihat gerakan itu di pantulan cermin. Pria itu segera menoleh.

"Biar saya bantu?" Risa mengangguk lagi menerima tawaran bos Glen. Pria itu segera membantu Risa mengeringkan rambut, sementara Risa memakai pelembab dan beberapa polesan kosmetik bernuansa natural.

Wangi khas wanita menyergap hidung bos Glen. Beberapa saat bos Glen terhipnotis akan semerbak wangi segar dari tubuh kekasihnya.

"Saya suka wangimu" gumam bos Glen disadari Risa, gadis itu baru saja memoles kan lip balm di bibir tipisnya. "Ini wangi pisang!" Risa menunjukkan lip balm yang baru dia oleskan. Mungkin wangi dari lipbalm ini yang disukai bos Glen, pikir Risa.

"apa itu wangi?" tanya bos Glen penasaran. Risa membalikkan badan dan menyodorkan lipbalmnya dekat ke bibir bos Glen. Pria itu sontak memundurkan kepalanya, dia tak memakai kosmetik. Bos Glen bukan pria metroseksual pencinta skincare. Kulitnya yang sehat karena dia rajin bekerja dan berolahraga, bos Glen tak menyukai memakai kosmetik.

"Bos Glen ingin mencoba?" tawar Risa, bos Glen menggeleng. Penolakan itu membuat Risa cemberut manja.

"Bukankah pria korea selalu memakai lip balm!" gerutu Risa.

"Apa saya harus pakai?" Risa menoleh lagi dengan senyum sumringah. "Biar aku pakaikan!" seru Risa senang.

"Cups!"

Dengan cepat bos Glen menyambar bibir Risa. Gadis itu melongo lagi. Serangan tiba-tiba ini mengejutkan Risa.

"Aku akan memakai lip balm dari bibir mu"

avataravatar
Next chapter