10 WANITA ANEH

Cheery baru saja tiba di lobby kantor Heldana Corporations. Kebetulan sekali, mata Cherry langsung menangkap sosok Sania yang juga baru tiba dan turun dari mobilnya.

"Selamat pagi, Nona Sania!" sapa Cheery yang sudah berada di belakang Sania.

Sania berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Alisnya terangkat sebelah karena bingung dan heran.

'Siapa pria ini? Oh, tidak. Penampilannya saja yang seperti laki-laki. Tapi, kenapa aku merasa dia seorang wanita?' batin Sania bingung.

"Maaf, kau siapa, ya? Apa aku mengenalmu?" tanya Sania sopan.

Cheery yang ditanyai seperti itu malah bingung dan langsung memperhatikan penampilannya sendiri. Dan setelah itu Cheery tertawa tergelak.

"Apa kau tidak mengenaliku, San? Benarkah penampilanku sesempurna ini sampai kau tidak mengenaliku? Hahaha!" tawa Cheery lagi setelah mengejek saudarinya itu.

'Kenapa dia bicara denganku sesantai itu? Seakan kami akrab saja! Dan lagi, aku benar. Dari suaranya saja sudah jelas kalau dia wanita. Siapa dia?' Sania tidak menjawab, tapi batinnya terus bertanya.

Melihat Sania yang diam saja, Cheery lantas mengambil tangan Sania dan mengguncang tangannya sedikit, "Ini aku, San! Coba perhatikan benar-benar!" Cheery berusaha menjelaskan pada Sania tanpa mengungkap namanya lebih dulu.

Sania benar-benar mengikuti intruksi Cheery dan memperhatikan wajah Cheery dengan intens.

"C-Cherry? Kau Cheery?" tanya Sania terbata setelah hampir yakin kalau orang berpenampilan aneh itu adalah saudarinya sendiri.

Cheery mengangguk, "Hmm, ya! Kau benar!" jawab Cheery, "Bagaimana penampilanku, San? Sudah luar biasa, bukan? Kau saja sampai tidak mengenaliku!" lanjutnya berbangga diri karena berhasil mengelabui Sania.

"Dasar konyol! Kenapa penampilanmu seperti ini? Bukankah aku sudah memberitahumu kalau kau harus berpenampilan menarik? Dan lihat dirimu sekarang, Cheery!" omel Sania yang berakhir dengan menepuk dahinya sendiri.

"Ini penampilan terbaikku! Percayalah, aku pasti lolos penilaian hari ini! Doakan aku, ya!" ucap Cheery yakin pada dirinya sendiri.

"Ya, semoga saja!" jawab Sania ragu. Tidak, lebih tepatnya miris, "Ayo masuklah ke dalam! Aku akan menghubungi bagian yang harus kau datangi," lanjut Sania mengajak Cheery masuk.

Cheery mengikuti sepupunya itu masuk ke dalam kantor besar nan megah milik keluarga tersohor di penjuru negeri ini. Cheery sungguh kagum karena baru pertama kalinya ia memasuki bangunan kantor sebesar dan semewah itu.

Begitu kagumnya Cheery, sampai-sampai panggilan Sania tidak didengarnya.

Tepukan ringan dari Sania di pundaknya berhasil membuyarkan khayalan Cheery.

"Hei, kau melamun?" tanya Sania sambil tersenyum geli.

"Aku tidak menyangka ada kantor sebesar ini, San! Bangunan ini sudah seperti mall saja!" Cheery mengakui keterpesonaannya saat ini.

"Simpan kekagumanmu saat ini! Kau sudah ditunggu di ruangan Nona Mona di lantai 3-A. Cepatlah! Nona Mona adalah tipe orang yang tidak sabaran. Apalagi kalau berhubungan dengan Direktur," ujar Sania menyuruh Cheery agar segera bergegas naik ke lantai dua.

"Bukankah aku harus menemui Nona Annastasia? Wanita bernama Anna yang menghubungiku tadi malam. Kenapa aku harus ke ruangan wanita bernama Mona?" Cheery seakan enggan karena ia merasa sedikit janggal.

"Kenapa kau banyak bertanya? Anna dan Mona itu bersahabat. Memang Anna yang menelponmu tapi Mona-lah yang menyuruhnya! Nanti aku akan menjelaskannya padamu. Sekarang naiklah dulu atau kau akan dipecat bahkan sebelum memperkenalkan dirimu!" Sania menjelaskan secara garis besar dan langsung mendorong Cheery untuk memasuki lift.

"Naiklah ke atas dan tanyakan pada siapa saja ruangan Nona Mona! Semua orang mengenalnya! Aku harus buru-buru dan tidak punya waktu mengantarmu ke atas, ya! Semoga berhasil, Cheery!" Sania memberikan semangat sebelum pandangan mereka terhalang pintu lift yang tertutup.

Tujuan Cheery ada di lantai tiga, tapi lift berhenti dan pintunya terbuka di lantai dua.

Seorang pria tampan nan gagah dengan tubuh proposional masuk ke dalam lift bersama dengan Cheery dan berdiri di depannya.

Parfum beraroma mint segar yang menyerbak saat pria itu masuk, membuat Cheery dapat menghirupnya dengan leluasa.

'Gagah dan juga harum. Sangat cocok dengan wajah tampannya,' Cheery memujinya dalam hati.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" tanya pria di depan Cheery tanpa membalikkan tubuh ataupun pandangannya.

"Tidak. Aku tidak mengatakan apapun," jawab Cheery canggung.

Pria itu berbalik singkat ke Cheery ketika mendengar suaranya. Hanya sekilas saja ia melirik dan langsung berbalik lagi.

'Suaranya wanita, tapi berpenampilan pria? Aneh! Tapi, mungkin saja dia dari management artis,' batin pria itu tak acuh. Seakan hal tersebut sudah biasa dan sering dilihatnya.

Pria di depannya tidak lagi bertanya dan terlihat menekan tombol ke angka 4.

'Oh, orang ini ingin ke lantai 4. Mungkin saja dia ingin bertemu Direktur,' pikir Cheery asal menebak.

Cheery ingat pada penjelasan Sania, kalau bangunan kantornya memiliki 4 lantai dan lantai teratas adalah kantor direktur utama ada juga beberapa ruangan tempat menyimpan berkas-berkas penting perusahaan.

Lift sudah hampir ke lantai 3. Tapi, tiba-tiba lift berguncang sebelum berhenti dan penerangannya padam.

"Akh!" pekik Cheery yang ketakutan dan langsung memeluk pria di depannya.

Pria itu kaget saat tubuhnya dipeluk erat oleh Cheery yang bergetar hebat dari belakang. Ia menyadari kalau yang memeluknya adalah seorang wanita, jadi tidak masalah sama sekali. Ditambah dengan dua buah gundukan lembut yang menempel di punggungnya, membuat pria itu tersenyum simpul tanpa penolakan.

Pria yang dipeluk Cheery bergerak melonggarkan dekapan tangan Cheery dan merekatkan tangannya lagi saat pria itu sudah berbalik dan membalas pelukan Cheery.

'Tubuhnya harum, dadanya juga besar dan kenyal. Untuk apa wanita ini menyamar menjadi pria?' batin pria tersebut sambil menyengirkan bibirnya.

"Hei, Nona? Jangan mencoba menggodaku di saat seperti ini! Apa kau tidak takut aku berbuat macam-macam padamu saat kau memelukku erat seperti ini?" tanya pria itu sambil tersenyum geli.

Cheery menggelengkan kepalanya, "Aku takut gelap, tolong pegangi aku!" jawab Cheery dengan suara bergetar.

Cheery masih belum sadar situasi, saat tubuhnya direngkuh dengan erat oleh pria itu. Dan saat penerangan menyala, lift kembali berfugsi dan terasa bergerak, barulah Cheery berani membuka matanya.

Cheery baru sadar kalau ia sedang berpelukan dengan pria tadi. Ia terkesiap dan langsung menjauhkan tubuhnya dari pria tersebut sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Kau! Kenapa kau berani menyentuhku? Aku akan melaporkanmu pada keamanan kantor ini!" Cheery berucap marah pada pria di depannya yang terus tersenyum menatap Cheery.

"Bukan aku yang memelukmu, tapi kau duluan yang membuatku sesak napas, Nona! Apa kau tidak sadar telah mengatakan takut gelap tadi?" balas pria di depan Cheery.

'Sial, dia benar! Aku pasti tidak sadar tadi!' rutuk Cheery pada dirinya sendiri dalam hati.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 3. Cheery dengan cepat keluar dari sana dan langsung membungkukkan setengah tubuhnya pada pria di dalam lift.

"Maaf, aku tidak sengaja. Tolong lupakan saja perkataanku tadi dan jangan ikuti aku!" ucap Cheery seraya meminta maaf dan bayangannya menghilang terhalang pintu lift yang sudah tertutup.

"Dasar wanita aneh!" decak pria itu sambil tersenyum saar pintu lift tertutup kembali.

avataravatar
Next chapter