6 MENGAKHIRI HUBUNGAN

"Apa aku mengandung? Mama, tolong jawab aku! Pinta Cherry pada sang mama.

"Cheery?" balas mamanya yang hanya bisa memanggil namanya dengan lirih.

Bukan hanya nyonya Lisa yang menjawab, tapi juga mamanya Vano yang berjalan mendekati Cheery.

"Karena kau sudah bangun, jadi, mari kita bahas statusmu saat ini!" ucap mama Vano, "Sekarang pilihlah, kau akan tetap mempertahankan Vano - putera kami dengan menggugurkan bayi haram yang ada di kandunganmu itu? Atau pelihara anak harammu dan pergilah menjauh dari kehidupan Vano?!"

Mama Vano langsung mengeluarkan kemarahannya tanpa ingin menunggu lebih lama lagi.

"Tentu saja aku akan memberimu banyak uang untuk melahirkan anak haram di kandunganmu itu, asalkan janga lagi kau tunjukkan wajah hinamu di depan Vano ataupun keluarga kami!" sambung mama Vano tanpa menghilangkan penghinaannya pada Cheery.

"Nyonya, apa sekarang waktu yang tepat bertanya seperti itu? Bahkan Cheery saja belum tahu dengan jelas apa yang sedang terjadi padanya!" ucap nyonya Lisa menginterupsi.

"Tentu saja! Aku harus memperjelas kesalahan puterimu yang telah bermain gila di belakang anakku!" tegas mama Vano yang membuat nyonya Lisa terdiam.

Sementara itu, Cheery sendiri tidak bisa menyangkal apapun saat ini. Meski kenyataannya sudah jelas, kalau ia tengah mengandung bayi hasil hubungan satu malamnya dengan pria yang tidak ia tahu.

Cheery mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk bicara.

"Apa aku harus memilih, Nyonya? Apa aku tidak bisa melahirkan anakku dan membesarkannya bersama Vano?" tanya Cheery dengan wajah tertunduk.

Plak!

"Wanita serakah! Kau sungguh kurang ajar dan tidak tahu malu! Bagaimana mungkin kamu berani bertanya seperti itu padaku, hah?! Apa nyalimu sudah begitu besar atau kamu sudah merasa derajatmu tinggi, hah?!" bentak mama Vano setelah menampar Cheery.

"Mama?!" bentak Vano yang baru saja datang dan melihat mamanya menampar Cheery sambil menghina kekasihnya.

"Sebaiknya Mama pulang! Aku dan Cheery harus membicarakan hal ini berdua saja!" ucap Vano tegas.

Mama Vano langsung pergi dengan membawa kekesalan karena Vano terlihat lebih memilih Cheery, meski Cheery sudah melakukan kesalahan yang amat fatal padanya.

Mama Lisa juga ikut keluar dari kamar rawat Cheery untuk memberikan waktu berdua pada Cheery dan Vano guna menyelesaikan masalah mereka saat ini.

Vano mendekati Cheery yang menangis sambil memegangi pipinya yang terasa sakit.

Vano memegangi tangan Cheery agar membuka wajahnya yang menutupi pipinya yang jelas terlihat memar.

"Apa sangat sakit?" tanya Vano lembut sambil tersenyum, meski senyuman itu begitu menyiksanya, "Aku akan kembali dan membawa alat kompres untuk pipimu!" lanjut Vano sebelum berbalik dan hendak bangkit.

Namun dengan cepat langkah Vano terhenti saat tangannya ditarik Cheery dari belakang.

"Vano, mari kita akhiri hubungan ini!" ucap Cheery dengan nada tenang sambil menatap Vano.

Bak disambar petir, Vano kaget dan memaksa matanya untuk terbuka lebar.

"Apa maksudmu, Sayang? Bagaimana kau bisa mengucapkan permintaan bodoh seperti ini?" tanya Vano dengan nada bicara yang terdengar tenang dan terlihat masih mencoba menguatkan hati dan dirinya yang nyaris hancur.

"Seperti yang dikatakan mamamu tadi. Kita harus berpisah dan mengakhiri hubungan ini. Aku tidak ingin serakah karena terus ingin bersamamu dan tetap memelihara anakku," ucap Cheery lagi.

"Tidak! Aku tidak setuju! Jangan bicara tentang kalimat bodoh seperti itu, Sayang!" pinta Vano, "Meski jujur, aku sangat kecewa padamu, karena kau menghianatiku dan mengandung bayi pria lain di belakangku. Tapi aku masih dapat menerimamu karena aku sangat mencintaimu. Aku tidak dapat hidup tanpamu, Cheery. Semuanya masih belum terlambat. Kita akan mengulangi hubungan kita dari awal lagi seperti dulu," lanjut Vano membujuk Cheery dengan lembut.

"Tapi, kenyataan yang kita hadapi tidak semudah dan seringan yang kau bayangkan, Vano! Aku mengandung dan anak ini bukan milikmu!" Cheery menjelaskan, "Maaf. Maafkan aku , Vano!" lanjutnya meminta maaf.

"Cheery?" sebut Vano lirih.

"Sekalipun bukan dari desakan keluargamu atau dirimu sendiri, aku tetap tidak dapat bersamamu, Vano. Aku wanita yang telah rusak yang tidak pantas kau cintai. Lepaskan aku, dan mari kita akhiri hubungan ini. Dan dirimu bisa meraih kebahagiaan bersama wanita lain yang lebih baik!" pinta Cheery.

"Tidak bisakah kau mengubah pendirianmu dan tetap di sisiku? Aku tidak bisa hidup tanpamu, aku sangat mencintaimu, Cheery!" Vano kembali membujuknya.

"Aku juga sangat mencintaimu. Tapi, diriku terlalu kotor untuk bersamamu! Dan lagi, aku tidak akan mengorbankan bayiku untuk kebahagiaanku sendiri. Bayi ini suci, yang kotor adalah perbuatan orang tuanya. Jadi, kumohon, Vano. Tinggalkan aku dan turuti keinginan orang tuamu, maka kau akan bahagia!" Cheery menjelaskan agar Vano menyetujui keinginannya.

"Apa karena kau begitu mencintai ayah dari bayimu?" tanya Vano dengan nada datar.

'Seandainya aku tahu siapa ayah dari bayiku, Vano. Maka aku tidak perlu membohongimu saat ini,' batin Cherry lirih.

"Ya, anggap saja begitu bila itu membuatmu mudah untuk meninggalkanku!" jawab Cheery dengan kebohongan yang tegas.

Vano terdiam dan tidak lama kemudian Vano tertawa bak orang kerasukan. Terlihat jelas dari tawa paksanya yang mengandung kesakitan, kebencian, serta kekecewaan yang besar dan diiringi dengan air mata yang meleleh di wajahnya.

"Jadi, begini akhirnya? Aku yang mencintaimu selama lima tahun perjalanan kita, harus tersisih dan kalah oleh pria bajingan yang menghamilimu, huh? Baik. Aku akan pergi seperti keinginanmu!"

Vano mulai berjalan menjauh meninggalkan Cheery sembari mengusap air mata di wajahnya.

Namun, tepat di depan pintu, Vano berbalik menoleh pada Cheery lagi.

"Selamat tinggal, Cheery. Kuharap, saat aku melihatmu lagi suatu hari nanti, hidupmu akan lebih baik bersama pilihanmu. Walau sebenarnya aku sangat mengharapkan penyesalanmu yang meninggalkanku dan mengusirku pergi dari hatimu sekarang! Selamat tinggal. Aku membencimu. Aku benar-benar membencimu, Cheery! Semoga kau hidup dalam penyesalan karena udah membuatku seperti ini!" ucap Vano untuk terakhir kalinya sebelum ia menghilang dan pergi.

Air mata Cheery lolos bersamaan dengan menghilangnya bayangan Vano dari pandangannya.

'Kalau saja kau tahu, Vano. Aku tidak pernah berubah sedikit pun. Aku tidak pernah menghianati cinta kita. Aku selalu mencintaimu sepenuh hatiku. Tapi, apa dayaku melawan nasib yang digariskan Tuhan pada kita saat ini?'

'Marahlah, bencilah, dan kutuklah aku, jika semua sumpah serapahmu dapat membuatmu melepaskanku dengan mudah. Aku tidak menyesal jika kau meninggalkanku dengan semua itu,'

Ucap Cheery dalam hati sambil menangis dan meratapi perpisahannya dengan Vano, pria yang selama ini menjadi tujuan hidup dan senyumnya.

Lengkap sudah penderitaan Cheery mulai hari ini. Ia telah ditakdirkan menjadi seorang anak tanpa ayah, dan seperti karma yang menurun, kini anaknya juga akan lahir tanpa seorang ayah beserta pengakuan miring di mata masyarakat.

avataravatar
Next chapter