2 Amara Penasaran

Bella terus menatap Bryan yang sedang sibuk belajar. Ia tidak tahu, kenapa pemuda ini jarang sekali mengajaknya bicara. Padahal, selama puluhan tahun tinggal di rumah itu, Bella tidak pernah bisa berbicara. Karena, kebanyakan orang tidak bisa melihat dirinya. Kalaupun bisa, sudah pasti orang itu lari terbirit-birit. Tapi, begitu bertemu dengan Bryan yang tidak takut ketika melihatnya, Bella justru seringkali diabaikan.

"Serius sekali belajarnya? Sampai-sampai kamu tidak mau mengobrol denganku. Aku kan jadi kesepian," ucap Bella. Namun, laki-laki itu justru menatap Bella dengan tatapan yang menyebalkan.

"Bisa nggak jangan ngajak ngomong pas gue lagi konsentrasi belajar?" tanya Bryan dengan tatapan dingin.

Bella cemberut, ia pun menjawab,"Aku kan cuma butuh temen mengobrol, tidak lebih." Bryan pun menarik nafas panjang, sampai kapan dirinya harus menjalani takdir seperti ini? Ia pun menatap Bella dengan malas.

"Gue tuh pelajar, tugasnya ya harus belajar, bukannya main," ujar Bryan.

Ia pun berkata kepada Bella,"Udah, jangan ganggu gue dulu. Keluar dari kamar gue!" usir Bryan dengan tatapannya yang tajam. Bella pun terpaksa menuruti permintaan Bryan. Bella tidak pernah bisa menolak jika Bryan mengusirnya. Itu karena Bryan selalu menggunakan tatapan menyebalkan itu untuk mengusir dirinya.

***

Bryan terlihat sedang berangkat sekolah sendirian. Ia terpaksa berangkat sendiri dengan motor bebeknya karena Dennis tak menjemputnya pagi ini.

Ketika di tengah jalan, ia melihat ada sebuah kecelakaan mobil dengan mobil lain. Di tengah banyak orang yang mengerumuni, di sana juga ada Amara. Namun, Bryan tak terlalu mempedulikan keberadaan Amara. Ia lebih memilih untuk tetap menghampiri korban kecelakaan itu.

Bryan melihat bahwa semua korban itu telah meninggal. Semua orang tak ada yang berani menghampiri korban. Amara sangat terkejut melihat kedatangan Bryan yang tak ia sangka-sangka.

"Itu kan cowok yang kemarin?" gumam Amara pelan.

"Kok dia ada di sini?"

Itulah yang dikatakan Amara dalam hati. Bryan menyentuh mobil yang sudah rusak parah itu. Mobil yang posisinya terbalik itu terlihat sangat memprihatinkan. Bryan memejamkan matanya untuk melihat 'sesuatu' yang terjadi sebenarnya di balik kecelakaan itu.

Amara pun menghampiri Bryan. Gadis itu sangat penasaran melihat apa yang sedang dilakukan laki-laki itu. Baginya, Bryan adalah sosok yang begitu misterius.

Beberapa saat kemudian, Bryan terlihat begitu emosional. Laki-laki itu nafasnya tersengal-sengal. Ia melihat, kecelakaan itu bukanlah sesuatu yang tidak disengaja, kecelakaan itu merupakan suatu kesengajaan.

Namun, ia lebih memilih untuk tak terlibat lebih jauh lagi. Ia meraih ponselnya dan segera menelepon polisi.

"Pak polisi, saya ingin melaporkan sesuatu. Ada kecelakaan mobil di Jalan Kepiting," ucap Bryan. Amara terus memperhatikan laki-laki itu dengan seksama. Laki-laki itu tampan, tapi sangat misterius.

Selesai melaporkan kecelakaan itu, Bryan menjadi lega. Setidaknya, ia sudah berbuat sesuatu untuk kedua korban itu. Tidak seperti orang lain yang hanya bisa diam, dan tidak berbuat apa-apa. Amara terus memperhatikan Bryan tanpa henti, hingga Bryan menghindari kerumunan itu. Laki-laki itu terlihat memiliki hidung yang sangat mancung, serta bentuk mata yang menarik, dan warna rambutnya yang mencolok. Selain penampilan Bryan yang tampan namun amburadul itu, anting Bryan juga membuat penampilan Bryan menjadi semakin cetar.

"Cowok kok pakai anting sih?" ucap Amara dalam hatinya.

"Emang kenapa kalau cowok pakai anting? Emang cuma cewek gitu yang boleh pakai?" tanya Bryan sembari menatap Amara dengan tajam.

"Eh?" tentu saja gadis itu sangat kaget, bagaimana mungkin Bryan bisa mengetahui jalan pikirannya? Gadis itu terus mengekor pada Bryan hingga sampai di tempat Bryan memarkirkan motor. Bryan menjadi sangat risih, pasti gadis itu akan menanyai macam-macam.

"Ngapain sih ngikutin terus?" tanya Bryan dengan menunjukkan raut wajahnya yang terlihat kesal. Tatapan mata Bryan seolah-olah mengintimidasi dirinya. Hal itu membuat Amara menjadi gugup.

"E-eh? Gue cuma ... gue mau ngucapin makasih kok," Amara jadi tergagap karena tatapan mematikan itu.

"Okay," sahut Bryan dengan singkat. Ia pun mengenakan helm teropongnya.

"Eh, nama lo siapa?" tanya Amara. Bryan menghembuskan nafas panjang. Baginya, gadis ini terlalu banyak bertanya.

"Bryan," sahut Bryan singkat. Ia pun menatap gadis itu, sepertinya gadis itu masih ingin bertanya sesuatu padanya.

"Lo mau tanya apaan lagi?" tanya Bryan dengan tatapan datar.

"Hah? Oh, sebagai ucapan terima kasih, gue mau traktir lo. Mau nggak?" tanya Amara. Gadis itu ingin mengetahui banyak hal lagi tentang Bryan. Sedangkan Bryan terlihat sedang berpikir dan segera menjawab,"Ok, gue mau. Asalkan..." ucapan Bryan terhenti karena gadis aneh di hadapannya itu tak henti-hentinya menatap dirinya.

"Asal apa?" tanya Amara.

Bryan pun menjawab,"Asalkan lo nggak kebanyakan tanya kayak sekarang," sahut Bryan. Ia pun segera menyalakan motornya, dan meninggalkan Amara di tempat itu. Gadis itu jadi sedikit jengkel. Karena ia sangat ingin bertanya berbagai macam hal. Namun karena ia sudah terlanjur mengajak Bryan, mau tidak mau ia harus menuruti permintaan Bryan.

Dengan rasa penasaran terhadap Bryan, Amara masih menyimpan berbagai pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Bagi Amara, Bryan sangatlah berbeda dengan laki-laki lain, sikapnya yang dingin dan sulit ditebak itu membuat Amara semakin menyimpan rasa ingin tahu yang begitu dalam tentang Bryan.

Sesampainya Amara di sekolah, ia mendapati Bryan sudah sampai di sana lebih dulu dan sedang mengobrol dengan sahabatnya, Dennis.

Mereka sedang berjalan menuju ke arah kantin. Tanpa berpikir panjang lagi, Amara segera membuntuti langkah mereka menuju ke kantin.

"Lo ngikutin gue?" tanya Bryan tiba-tiba menoleh ke belakang dan memergoki Amara yang tengah berjalan di belakangnya.

"E... Nggak lah, gue juga mau ke kantin kok," jawab Amara mempercepat langkahnya dan mendahului Bryan dan Dennis.

***

Kring kring kring

Bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. Semua siswa berhamburan ke kelas masing-masing untuk memulai pelajaran.

Amara kembali harus duduk di samping Bryan dengan sikap dingin Bryan dan tatapan yang sangat misterius membuat Amara ingin sekali bertanya banyak hal padanya.

"Kenapa ngelihatin gue?" tanya Bryan yang tahu bahwa Amara sedang memperhatikannya tanpa harus ia menoleh ke samping.

'Kok dia tahu gue lagi ngelihatin dia?' gumam Amara semakin merasa bingung.

"Gue bilang stop ngelihatin gue begitu," cetus Bryan dengan sikap dinginnya.

Amara pun segera memalingkan pandangannya ke arah depan, mencoba membuang wajahnya dari hadapan Bryan.

Tanpa sepengetahuan Amara, Bryan bisa mendengar semua ucapan yang ada di dalam hati semua orang termasuk Amara. Jadi apapun yang dikatakan Amara di dalam hatinya, Bryan akan bisa mendengarnya.

Jam pelajaran pertama pun hampir selesai, dan kini jam istirahat mereka selalu gunakan untuk makan di kantin sekolah.

avataravatar
Next chapter