webnovel

kekesalan yang tak kunjung redam

Reni telah menemukan identitas kelima anak buah Ardi yang menjadi bawahannya Alex salah satu anak buah dari Charles. Lalu dia berdiri untuk menuliskannya di papan tulis yang berada di pojokkan.

"1. Asep 30 tahun dia perantau dari Jawa ke Jakarta, lalu dia bertemu dengan Ardi yang memiliki identitas satu kampung dengannya di Jawa. Sekarang dia memegang di bagian Jakarta timur.

"2. Juwita perempuan yang memiliki profesi sebagai penyanyi karaoke di salah satu bar yang ada di Jakarta, itu kalau malam, kalau siang tugasnya mengantar pesanan haram itu ke para pelanggan yang memesannya. Sekarang dia ada di bagian Jakarta Selatan.

"3. Bayu dia pegawai serabutan biasa, yang membutuhkan uang untuk gaya hidupnya yang suka bermain wanita. Dia ditempatkan di Jakarta Utara.

"4.Nino dia salah satu anak remaja yang duduk di sekolah menengah atas, dan dia memegang kendali bersama dengan Bayu sebagai atasannya yang bertugas di wilayah Jakarta Utara.

"5. Bambang dia berjaga di Jakarta barat, sering menyamar sebagai ojek online yang lengkap dengan perlengkapan atributnya.

Selesai menulis Reni kembali duduk, lalu Viktor berdiri untuk membagi tugasnya dalam mencari kelima anak buah Alex.

"Sekarang saya akan bagi tugas Reni dan Andrew kalian mencari Bayu dan Nino di Jakarta Utara, Ramon dan Adit kalian mencari Bambang yang ada di Jakarta barat. Sedangkan saya dan Saya dan Haris pergi mencari Asep dan Juwita," perintah Viktor dalam membagi tugasnya.

"Siap Komandan..." jawab keempat anak buahnya kecuali Andrew yang jalan lebih dulu keluar dari ruangannya.

Reni dengan cepat memakai jaketnya lalu pamit kepada Viktor. "Komandan saya pamit dulu ya," pamit Reni memberi salam dan pergi keluar menyusul Andrew.

Setelah itu giliran Ramon dan Adit yang pamit kepada Viktor. "Kalau begitu kita juga pamit komandan," pamit Adit bersama dengan Ramon.

"Ya pergilah, laksanakan tugas dengan benar," jawab Viktor sambil mengambil ponselnya di atas meja lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.

Setelah sepi Viktor mengajak Haris untuk segera berangkat mencari pelaku.

"Ayo Haris kita berangkat," perintah Viktor jalan lebih dulu diikuti Haris di belakangnya.

Di perjalanan patroli Darwis yang sekarang menjadi partner dari Malik yang sedang mengendarai mobilnya. Merasa sangat tidak nyaman dan ingin kembali kepada pekerjaannya sebagai polisi administrasi.

"Aku ingin kembali ke tugasku yang kemarin," keluh Darwis kepada Malik yang sedang mengendarai mobilnya.

Malik tertawa kecil mendengar keluhan Darwis yang tak ingin menjadi polantas. "Jalani saja dulu, nanti juga kau akan terbiasa. Lebih enak juga tugas seperti ini, tidak bosan di kantor terus," jawab Malik sambil tersenyum menyemangati Darwis.

"Apa enaknya! Aku justru tidak senang berada di jalan seperti ini," ucap Darwis dengan wajah kesal melihat Malik yang seakan meledeknya.

"Taruhan denganku! Mau tidak?" tanya Malik membuat perhitungan dengan Darwis yang sedang melihatnya.

"Taruhan bagaimana?" tanya Darwis penasaran sambil melihat Malik.

Saat melihat ke depan Malik melihat ada tiga anak remaja wanita yang sedang masuk ke dalam Mal.

"Sebentar ini jam berapa?" tanya Malik sambil melihat jam tangannya.

"Masih jam setengah sembilan," jawab Darwis sambil melihat Malik yang gugup.

"Aku akan menepikan mobilnya untuk masuk ke dalam Mal," ucap Malik sambil memarkirkan mobilnya.

"Mau ke mana kau ini?" tanya Darwis yang tidak tahu apa pun soal menjadi polantas.

"Kau tunggu di sini saja, biar aku yang akan bicara pada mereka," perintah Malik sambil melepas sabuk pengamannya lalu keluar dari mobilnya.

Malik masuk ke dalam Mal, seluruh security begitu tunduk melihatnya memakai seragam coklatnya. Malik menjadikan ini sebagai salah satu kesempatan untuk membiarkan mereka yang mencari ketiga remaja sekolah itu.

"Komandan selamat pagi," sapa kedua security kepada Malik yang baru masuk ke dalam lobi.

"Kalian lihat anak sekolah yang masih memakai seragam masuk kesini?" tanya Malik kepada kedua security itu.

"Iya lihat Komandan," jawab salah satu security itu.

"Cari dan bawa mereka kesini, siapa saja yang memakai baju sekolah untuk keluar dari dalam Mal," perintah Malik kepada kedua security.

"Baik Komandan kalau begitu saya yang akan pergi," pamit salah satu security kepada Malik lalu berjalan mencari anak remaja itu.

Setelah security pergi, dia menasihati salah satu rekannya yang sedang bersamanya.

"Lain kali jangan biarkan anak sekolah yang masih memakai seragam sekolah dan di jam sekolah berkeliaran di Mal seperti ini," ucap Malik sambil melihat security yang ada di depannya.

"Baik Pak lain kali saya akan lebih teliti," jawab security dengan wajah yang tegang dikomentari langsung oleh Polisi.

Di perjalanan Reni yang duduk di samping Andrew, melihatnya menyetir mobilnya membuat jantungnya terasa berdegup kencang. Merasa aneh dia langsung mengajak berbincang kepada Andrew untuk menghilangkan rada gugupnya.

"Kamu dari divisi polantas ya?" tanya iseng Reni sambil melihat Andrew yang sedang menyetir.

"Hm..." dehem Andrew sambil fokus mengendarai mobilnya.

"Kamu kenapa cuek dan datar seperti itu? Apa kamu memiliki masalah?" tanya Reni dengan jujur kepada Andrew.

"Aku berperilaku seperti itu hanya dengan orang yang baru aku kenal atau bahkan aku tidak mengenalnya," jawab Andrew datar tanpa melihat Reni yang sedang melihatnya.

"Tapi jangan seperti itu kita ini kan tim, jadi harus kompak," ucap Reni menasihati Andrew yang datar dan cuek sekali dengannya.

Sesampainya dari mengerjakan polisi, dan menyerahkan ketiga remaja yang ada di dalam Mal kepada Malik yang sudah tidak sabar menghukum. Ketiga remaja itu tidak terima dengan perilaku yang di lakukan terhadapnya.

"Apa-apaan sih! Kok kita di serahkan ke polisi. Memangnya apa salah kita?" protes remaja yang posisinya di tengah kedua temannya.

"Kalian masih tidak sadar, mengenai apa kesalahan kalian?" tegas Malik sambil bertanya kepada mereka. "Ini jam berapa? Kenapa kalian keluar dari jam sekolah?" lanjut Malik sambil melihat kepada mereka.

Mereka mulai meminta ampun kepada Malik yang bertindak tegas dalam menghukum mereka. Lalu membujuknya agar tidak jadi menangkapnya.

"Pak jangan seperti ini, kita hanya sedang bosan saja. Kita janji tidak akan mengulanginya lagi," pinta ketiga remaja itu sambil menatapnya lirih.

"Tidak bisa, kalian tetap harus ikut saya. Ayo jalan keluar dari Mal," perintah Malik kepada mereka bertiga yang berusaha membujuknya.

Dengan terpaksa ketiga remaja itu berhasil ditangkap oleh Malik dan membawanya masuk ke dalam mobil patroli. Darwis yang melihatnya seketika hanya tercengang lalu melihat Malik duduk di sampingnya.

"Ini apa-apaan? Kenapa ada tiga anak remaja masuk ke dalam mobil?" tanya Darwis sambil menengok ke belakang kursi penumpang melihat ketiga anak remaja dengan wajah melasnya.

 

 

 

 

 

 

 

Next chapter