1 BAB 0: PROLOG

Namaku adalah Ari Hoshizora, tapi teman-temanku lebih sering memanggilku dengan sebutan Hoshi atau Ari, yah aku tidak peduli mau apapun panggilannya.

Hobiku adalah bermain alat musik. Aku paling bisa bermain gitar sih, kadang aku juga suka baca, menulis, atau nonton. Kadang kalau aku merasa bosan, aku selalu mengcover lagu dari artis terkenal atau band terkenal, salah satunya adalah Goose House.

Aku bersekolah di salah satu sekolah swasta yang ada di Indonesia, meski sekolah ini tidak terlalu dikenal, tapi aku cukup menikmatinya karena menyenangkan. Aku sudah mulai menyukai yang namanya musik sejak sahabatku Addo yang membawaku ke sebuah konser Goose House pada saat aku bersekolah di sekolah menengah pertama. Semenjak itu aku mulai belajar bermain gitar, dan aku bilang ke Addo ingin membuat sebuah band. Tentu saja dia setuju dengan ideku. Dua bulan kemudian, setelah semua member telah di rekrut. Kami masih bingung memutuskan siapa vocalisnya.

Azfa memang bagus suaranya. Tapi, dia ingin menjadi pendukung saja. Kemudian Jasir memilihku untuk menjadi vokalis, dia bilang suaraku bagus dan bisa menyesesuaikan dengan suasana, aku hanya menerima saja, daripada tidak ada yang menjadi vokalis utama. Setelah berjalannya waktu, nama band kami mulai terkenal. Tentu saja keluarga kami dan pihak sekolah senang dengan kami. Pada akhirnya kami memasuki sekolah menengah akhir yang sama.

"Sepertinya aku masih ada waktu, aku ke ruangan musik saja." Kemudian aku pergi ke ruang eskul musik, meski gitar favoritku ada dirumah, tapi paling tidak mekanismenya tidak berbeda dengan gitarku yang ada dirumah.

Meski sudah waktunya pulang, tapi masih banyak murid yang berada di ruangan ini untuk bermain alat musik termasuk diriku ini. Aku mulai mengambil gitar yang ada dan sedikit mengatur stamp dan juga efek gitarnya biar tepat. Setelah semua cocok dan tepat, aku pun mulai memainkan sebuah lagu favoritku dari luar negeri.

*Sigh...

8 menit kemudian...

Setelah aku memainkan dua cover musik, banyak murid-murid yang bertepuk tangan kepadaku. Namaku sudah terkenal di seluruh sekolah karena aku merupakan vokalis dan gitaris di sebuah band yang sedang terkenal. Aku pun hanya bisa tersenyum saja kepada para murid. Kemudian aku mulai mengemasi barang bawaanku dan mulai berjalan pulang karena aku juga harus beli hadiah untuk adikku yang besok ulang tahunnya yang ke-15.

Selama di perjalanan aku mendapat pesan dari sahabatku, Addo, dia adalah salah satu sahabat terbaikku. Dan dia adalah bass di band kami.

Addo: Hei Hoshi, apakah kamu mau latihan sebentar?

Hoshi: Tentu saja. Tapi, aku beli hadiah dulu buat adikku.

Addo: Aku baru ingat kalau besok adik kamu ulang tahun. Apakah kita harus memainkan sebuah lagu untuknya?

Hoshi: Sepertinya itu ide yang bagus.

Addo: Baiklah, aku akan bilang kepada teman-teman tentang ini. Sampai jumpa.

Hoshi: Sampai jumpa lagi.

Setelah aku mengirim pesan terakhir kepada Addo, aku mulai bergegas pergi ke mal untuk mencari hadiah buat adikku. Di mal aku membeli kue bolu yang disukai oleh adikku, dan aku juga membeli sebuah aksesoris yang cukup mahal. Setelah dari mal, aku mulai pergi ke Live House FREEDOM untuk latihan dengan teman-temanku.

Live House FREEDOM...

"Maaf aku telat semuanya."

"Tidak apa-apa, lagian Addo sudah memberitahu bahwa kamu mau membelikan hadiah ulang tahun untuk adik kamu."

"Terima kasih Jasir."

"Tidak apa-apa."

Dia adalah Jasir, dia adalah sahabatku yang pandai dan sangat baik. Tetapi dia memiliki sebuah bakat terpendam, yaitu dia bisa bermain drum. Sebelum kami memulai band, aku dan Addo merasa bingung, karena tidak bisa menemukan seorang drummer, tapi ketika aku sedang membuka salah satu website. Aku melihat video Jasir memainkan sebuah cover lagu. Setelah aku memberitahu Addo, keesokan harinya kami merekrutnya sebagai drummer band kami.

"Jadi lagu apa yang kita nyanyikan buat adik kamu?" Tanya salah satu sahabatku.

"Mungkin 'menjadi cahaya' karena lagu itu cukup cocok buat situasi besok, Azfa"

"Betul juga ya..." Balas Azfa

Dia adalah Azfa, dia adalah sahabatku yang pandai dalam bidang atletis. Dia juga memiliki suara yang bagus dan dia bisa bermain keyboard. Dia juga yang membuat lirik lagu baru untuk band kita.

"Kalau begitu kita bisa latihan sekarang?" Tanya salah satu dari sahabatku.

"Tentu. James, mari kita latihan." Jawabku kepada James.

Dan yang terakhir adalah James, biasanya aku dan teman-temanku memanggil dia dengan sebutan James. Dia adalah temanku ketika sekolah dasar, dan dia juga bisa bermain gitar. Kami semua pun mulai latihan menyanyikan sebuah lagu untuk besok acara ulang tahun adikku.

Setelah latihan...

"Baiklah, kalau begitu aku pulang duluan." Ucapku sambil mengemas gitarku dan barang bawaanku.

"Hati-hati dijalan." Ucap Jasir.

Aku mulai melambaikan tangan kepada mereka dan aku pun bergegas pulang ke rumah, ketika aku tiba dirumah. Aku disambut oleh adikku.

"Selamat datang nii-san."

Dia adalah Tokio Hoshizora, dia adalah adik perempuanku dan satu-satunya adik kesayanganku. Padahal aku sudah menyuruh adik perempuanku untuk tidak memanggilku "nii-san" karena sekarang sudah tinggal di Indonesia. Tapi, karena dia ingin memanggilku dengan sebutan itu, aku tidak bisa menghalanginya lagi.

"Aku pulang Tokio. Ibu dan ayah ada dimana?" Tanyaku sambil melepas sepatuku.

"Mereka akan tiba dirumah pada malam hari. Mereka bilang kita disuruh makan malam saja duluan, dan sekarang aku lagi memasak sup miso."

"Baiklah, kalau begitu aku ke kamar dulu. Habis itu aku akan membantu kamu memasak"

"Baiklah, nii-san."

Aku mulai pergi ke kamarku untuk berganti pakaian. Ketika aku melihat cermin. Aku melihat bekas luka tebas dan luka lainnya yang berada di dadaku. Aku mulai mengingat kembali kejadian dua tahun yang lalu, itu adalah kejadian dimana aku membunuh orang di depan adikku. Tidak boleh, aku tidak boleh mengingat kembali kenangan itu. Kalau aku mengingat kembali kejadian itu, mungkin aku akan kembali ke yang dulu. Dan aku sudah berjanji kepada adikku, bahwa aku tidak akan melakukan hal tersebut lagi. Aku menepuk kedua pipiku dan mulai bergegas memakai pakaianku. Setelah itu aku mulai turun kebawah untuk membantu Tokio memasak makan malam.

Kami berdua pun makan malam bersama, ketika aku sedang makan. Tokio bertanya kepadaku.

"Nii-san, tadi pagi aku mendapat surat cinta dari kakak kelasku"

Aku menyembur teh yang aku minum setelah mendengar ucapan Tokio. Aku langsung tersedak karena kaget.

"Uhuk... uhuk"

"Nii-san! Apakah nii-san baik-baik saja?"

"T-tenang saja Tokio, aku baik-baik saja. Tapi, kamu bilang kamu dikasih surat cinta sama kakak kelas kamu?"

"Iya."

"Siapa namanya?"

"Fathan Omega. Apakah nii-san pernah mendengar tentang dia?"

*Sigh...

"Kenapa diantara semua laki-laki, kenapa harus dia." Ucapku sambil menghela nafas. "Tentu saja aku mengenalnya, dia adalah seorang pria yang luar biasa. Nilai akademiknya selalu di ranking 2, dan dia juga pandai olahraga. Tapi sebagian murid perempuan disana, mereka ada klub yang bernama 'my Fathan'. Jadi berhati-hatilah Tokio, aku sebenarnya tidak mau kamu pacaran dengannya. Tapi itu terserah kamu."

Aku menjelaskan itu ke adikku. Tapi aku cukup terkejut kalau lelaki seperti Fathan menembak adikku ini. Apa dia merencanakan sesuatu dibaliknya? Sepertinya kalau adikku menerimanya, aku harus pantau dia selalu.

"Hei nii-san, kenapa nii-san juga tidak mencari pacar?"

"K-kenapa kamu be...bertanya seperti itu?" Tanyaku sambil memalingkan wajahku karena malu. Kenapa dia bertanya seperti itu kepadaku?

"Karena aku penasaran. Padahal nii-san adalah seorang vokalis di band nii-san yang sedang terkenal. Pasti nii-san dan teman-teman nii-san juga jadi terkenal." Ucap Tokio. "Dan aku yakin bahwa banyak perempuan yang mecintai kalian, jadi menurutku, nii-san tinggal pilih saja."

"..."

Kenapa adikku berbicara seperti itu kepadaku. Padahal aku lebih mementingkan karir dan mimpiku dulu, daripada perempuan. Dan juga aku tidak terlalu tertarik sama perempuan yang di sekolah. Terlebih lagi, aku tidak bisa jatuh cinta karena alasan tertentu. Kami berdua pun mulai melanjutkan makan malam kami.

Keesokan harinya...

"Jadi, tempat acaranya dimana?"

"Ayahku memesan tempat di sebuah restoran elit. Dan ayahku juga menyewa panggung secara diam-diam."

"Eeeeeh, beruntung sekali adik kamu." Ucap Addo sambil memakan makanannya.

"Berati kita harus bawa barang-barang kita?" Tanya Jasir.

"Menurutku sih tidak usah." Jawabku. "Lagipula disana sudah disediakan alat-alat musik"

Memang benar sih, ketika ayahku menyewa restoran tersebut. Aku mengikuti bersama ayahku, disana aku juga meminta untuk menyewa panggung supaya kami bisa tampil. Pemilik restoran tersebut terkejut karena mendengar permintaanku. Dia bilang bahwa dia dan keluarganya adalah fans berat kami, jadi dia memberi potongan harga buat menyewa panggung dan restorannya.

"Hari ini, jam siang tidak ada karena ada rapat guru, apa kita izin ke guru buat menggunakan ruang musik buat latihan?" Usul James.

"Itu ide yang bagus" jawab Addo sambil memukul pelan punggunya. "Kalau begitu ayo kita ngumpulin stamina dulu, buat nanti latihan!"

"Yeah!!" Jawab kami.

Setelah makan siang, kami semua mulai ke ruang guru untuk meminta izin untuk latihan di ruang musik. Untungnya bu Risa mengizinkan kami untuk latihan sampai jam sekolah berakhir. Kami semua pun mulai pergi ke ruang musik untuk latihan.

Sepulang sekolah...

"Baiklah. Kalau begitu kita harus siap-siap berganti pakaian." Ucap Azfa.

"Kalau begitu, kami pulang dulu buat berganti pakaian." Sambung Jasir.

"Baiklah. Sampai bertemu lagi di lokasi tujuan."

Setelah aku mengucapkan salam kepada teman-teman, aku segera pergi ke rumah buat siap-siap. Saat aku tiba dirumah, ibuku menyambutku dengan pakaian pesta.

"Selamat datang kembali, Putraku. Kamu segera pergi ke kamar, ibu sudah siapin baju buat kamu."

"Baik, bu."

Segera aku pergi ke atas dan ke kamarku buat berganti pakaian. Setelah selesai beganti pakaian, aku menyimpan kado buat adikku di tasku. Kemudian aku turun ke dapur untuk mengambil bolu yang aku beli kemarin. Ketika aku ke ruangan kaluarga, aku melihat semuanya sudah mengenakan baju pesta, terutama Tokio yang memakai gaun berwarna pink.

"Ayo kita berangkat. Mungkin sudah ada banyak orang yang menunggu." Ajak ayahku.

Kami semua segera memasuki mobil kami, dan kami semua segera pergi ke lokasi. Sesampai disana aku melihat teman-teman Tokio yang sudah datang, Tokio pun segera bergabung dengan mereka dan mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Ketika aku sedang cuci tangan, aku melihat pemilik restoran ini dan seorang anak berumur sekitar 10 tahun datang mendekatiku. Aku yakin itu anak dari pemilik toko.

"Ayo, cepat bicara dengannya" Ucap pelan pemilik restoran kepada anaknya. Anak tersebut mulai mendekatiku dengan malu.

"A-ano... Bo-bolehkah aku..... min-minta tanda tangan dan berfoto dengan anda!?"

"Tentu saja" jawabku sambil tersenyum kepada bocah itu. "Kemarilah"

Bocah tersebut dengan gugup mendekatiku, kemudian aku berdiri dibelakangnya sambil memegang kedua pundaknya. Sang pemilik restoran tersebut mulai mengambil foto kami, kemudian aku berikan tanda tanganku kepada bocah tersebut.

"Siapa nama kamu, nak?"

"Namaku adalah Rava."

"Nama yang bagus." Puji aku. "Kamu kalau sudah dewasa mau jadi apa?"

"A-aku mau ja...jadi seorang vokalis seperti anda." Jawab Rava.

"Kalau begitu kamu harus latihan dengan suara kamu."

Aku memberi dia jawaban sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Sebelum mereka pergi. Mereka bilang akan melihat band kami tampil.

(Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang indah.) Pikirku sambil berjalan menuju keluargaku.

Pesta ulang tahun adikku akhirnya dimulai. Acara pertama adalah pemberian nasihat dari ayahku dan dilanjutkan dengan potong kue, aku juga mengeluarkan bolu yang aku beli keamarin di mal. Kemudian acara selanjutnya dalah pemberian hadiah. Aku bersyukur adikku menyukai hadiah yang aku berikan kepadanya. Setelah itu aku naik ke panggung dan mulai berbicara.

"Terima kasih kepada hadirin yang telah datang ke acara ini. Saya sebagai kakaknya sangat berterima kasih kepada kalian semua. Maka dari itu, kami akan memberikan hiburan terakhir"

Tirai panggung pun akhirnya terbuka, adikku dan yang lainnya terlihat terkejut melihat band kami. Aku mengambil gitarku dan mulai berbicara di depan semuanya. "Kami adalah The Heavens, kami akan menyanyikan lagu 'menjadi cahaya'. Mohon dengarkanlah"

[Menjadi cahaya]

Setelah hujan reda, aku melihat pelangi di langit dan bunga memancarkan cahaya yang indah

Saat itu aku melihatmu sedang memandangi langit sore, aku sadar telah jatuh cinta padamu

Bahkan sekilas bingkai dari film dramatis ini takkan memudar

Karena ku 'kan lekatkan semuanya ke dalam hatiku

Dirimu, dirimulah! Orang yang 'buatku menyadari

Andai kita bisa menyinari kegelapan, langit akan menjadi berbintang

Kesedihan 'kan berubah jadi senyuman, jadi jangan disembunyikan lagi

Setiap bintang-bintang yang berkelap-kelip ini 'kan menyinarimu

Cahaya pagi yang aku sambut, setelah lupa untuk terlelap, amat terik cerahnya

Saat melihatmu, ketegangan di kepalaku bahkan mereda

Keromantisan yang membisu, bak gula yang meleleh ke dalam teh hitam

Seraya suaramu berputar-putar di sekujur tubuhku

Dirimu, dirimulah! Orang yang beriku senyum ini

Jika kita bisa membuat air mata yang bersinar, itu 'kan 'jadi bintang jatuh

Tanganmu telah terluka, tapi jangan pernah lepaskannya lagi

Dari langit yang terpenuhi keinginan, hari esok 'kan segera datang

Cahaya yang membimbingku adalah dirimu

Dan aku pun ditarik karenanya

Sebelum kusadarin kita mulai sebrangi jalan itu

Sekaranglah saatnya! Jikalau kita hanya bisa bersinar di sini

Dirimu, dirimulah! Orang yang 'buatku menyadari

Andai kita bisa menyinari kegelapan, langit akan menjadi berbintang

Kesedihan 'kan berubah jadi senyuman, jadi jangan disembunyikan lagi

Setiap bintang-bintang yang berkelap-kelip ini 'kan menyinarimu

Apakah jawaban selalu datang kebetulan? Kebutuhan?

Jalan yang kita pilih akan menjadi takdir kita

Itulah harapan dan kecemasan yang kita pikul

Menjadi cahaya yang membimbing kita lebih jauh lagi

Semua orang termasuk Tokio bertepuk tangan dengan meriah setelah kami tampil. Teman-teman Tokio mulai mendekati kami semua, tapi hal itu di hentikan oleh para penjaga restoran ini. Karena kami tidak mau menyebabkan keributan. Setelah pesta besar berakhir, aku dan teman band mulai makan bersama.

"O iya, Putraku. Ayah ada kabar baik buat kamu."

"Kabar baik?"

Ayahku mulai memberikan sebuah amplop kepadaku, aku memasang wajah bingung kepada ayahku. Addo dan lainnya menatap amplop yang aku pegang, dan sepertinya mereka semua bingung.

"Kamu masih ingat dengan paman Takeshi yang tinggal di Jepang kan?"

"Aku masih ingat." Balasku.

"Temannya pernah sering melihat video kamu tampil bersama band kamu, jadi teman paman kamu yang merupakan kepala sekolah mengirim sebuah undangan buat kamu. Jadi kamu bisa sekolah di sana yang di pegang oleh teman paman kamu."

"EEEEEEEEEEHHHHHHHH!!!!" Kami semua terkejut mendengar ucapan ayahku.

Apa maksudnya, aku mendapat undangan untuk sekolah disana. Apakah aku akan sekolah disana, aku merasa senang. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan bandku.

"Syukurlah Ari, kamu akhirnya mendapat undangan sekolah disana. Itu salah satu mimpimu kan bersekolah disana." Ucap Addo dengan bangga.

"Aku senang. Tapi, bagaimana dengan kalian..." Aku berkata begitu dengan sedih.

"Tenang saja, Hoshi. Kami akan selalu mendukung kamu dari sini."

"Itu benar, jangan khawatir."

"Tenang saja. Vokalisnya masih ada aku kok."

"Raihlah mimpimu Ari. Kami akan selalu mendoakan kamu."

Aku merasa tersentuh mendengar kata-kata dari teman-teman aku, keluargaku juga berkata mereka mendukungku juga. Kalau mereka tidak keberatan, mungkin aku bisa melakukannya.

"Baiklah, aku terima tawaran ini ayah."

"Itu pilihan yang bagus putraku. Baiklah ayah akan bilang kepada paman kamu." Balas ayahku.

"Semangat nii-san!" Sambung adikku.

Setelah itu, kami semua mulai melakukan pesta kecil kami. Keesokan harinya ayahku berbicara dengan paman Takeshi mengenai apartement yang akan aku tinggali. Paman Takeshi bilang untuk biaya apartementnya di bayarin, dan dia juga akan memberi uang saku seminggu sekali. Aku awalnya menolak tawaran mengenai biaya tersebut. Tapi, karena aku menghormati pamanku ini. Jadi aku dengan pasrah menerimanya.

2 minggu kemudian...

Setelah berpamitan dengan teman-teman sekolahku dan tetanggaku, aku mulai memasukkan semua koper dan tasku kedalam bagasi mobil. Sebelum aku pergi, aku berpamitan dengan teman bandku.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu ya."

"Hati-hati dijalan." Jawab jasir.

"Kalau sudah sampai, kasih tahu kami." Ucap Azfa.

"Raihlah mimpimu sahabat." sambung James.

"Jangan lupa untuk cari pacar, aku tahu kalau kamu tidak bisa jatuh cinta lagi. Tapi, berusahalah untuk meraih cinta lagi." Sambung Addo.

Aku hanya bisa tersenyum saja mendengar setiap kata dari teman-temanku. Aku mulai menaiki mobilku dan mulai pergi ke bandara, aku tidak tahu nanti apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi, aku akan berusaha untuk melewatinya. Untuk meraih mimpiku, tampil di Budokan, Jepang bersama teman-temanku.

avataravatar
Next chapter