3 Part 3/END

     "Hyung, kau masih ingat gambar kalung yang ada didalam kameraku?" kata Sehun dengan wajah sendu. Leeteuk mengangguk. "ini kalungnya." Sehun memperlihatkan kalungnya. Ternyata ia tidak berniat untuk mengembalikan kalung tersebut kepada Yoona.

     "Bukankah kau bilang bahwa kalung ini sudah berada pada pemiliknya?" Tanya Leeteuk belum mengerti.

     "Ya, aku baru saja mendapatkannya kembali."

     "Sehun-a, aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan." katanya. Sehun diam sejenak, lalu terlihat mantap untuk mulai menceritakan semuanya.

     "Aku dan Yoona adalah sepasang kekasih. Tepatnya 10 tahun yang lalu. Namun aku pergi meninggalkannya untuk berkuliah dan tidak kembali hingga saat ini. Aku melakukan itu bukan karena aku tidak menginginkannya, melainkan karena aku tidak mampu berada disampingnya setelah aku mengetahui keberadaan penyakit ini." jelasnya.

     "Jadi selama ini kau menyembunyikan semua ini dariku?"

"Maafkan aku hyung.."

     "Penyakitmu masih bisa disembuhkan. Karena itu, jalani operasi itu dan kembali padanya." bujuk Leeteuk mencoba meyakinkannya.

     "Aku tidak yakin akan itu hyung. Kemungkinan untuk sembuh hanya 30%."

     "Sehun-a.."

     "Aku mohon padamu hyung, tolong rahasiakan semua ini. Kumohon.."

°

°°

°

     Banyak hal yang Sehun lakukan dibalik ketidaksadaran Yoona. Seperti memotret gadis itu secara diam-diam. Membelikan gadis itu roti berselai stroberi dan menyuruh seorang bocah untuk memberikan roti tersebut kepada Yoona. Seperti ketika mereka sedang berada di air terjun. Sebenarnya pada saat itu Sehun tidak pernah melepaskan pandangannya dari gadis itu. Maka itu, ketika Yoona hendak terjatuh, Sehun seperti kilat sudah langsung menangkapnya.

°

     Merasa sedih juga ketika harus berpura-pura ikut mencari kalung yang hilang. Walau jelas sekali bahwa kalung tersebut telah bersamanya di jauh hari. Ia juga harus rela mendengar ocehan amarah Leeteuk kepadanya karena tega menyakiti Yoona.

°

     Pagi itu dilihatnya Yoona terlihat santai. Sehun pun merasa lebih tenang. Mereka sedang bersiap-siap menuju tempat pacuan kuda. Yoona sedang memanaskan mesin mobil, sedangkan Sehun duduk tidak jauh dari gadis itu.

     "Kau paham kan mengapa aku memilih pergi ke pacuan kuda?" bisik Leeteuk yang sedikit mengagetkannya.

     "Kenapa?" ia tidak mengerti.

     "Aish, kau itu kan ahli berkuda, sedangkan aku tidak, apalagi gadis itu."

     "Lalu?" masih belum mengerti.

     "Kau ajak ia berkuda bersama!" kata Leeteuk lebih menekankan perkataannya.

     "Hyung, angan begitu."

     "Jika kau ingin aku menjaga rahasiamu, lakukanlah." ancam Leeteuk yang berakhir dengan senyuman kemenangannya.

°

°°

°

     Saat ini Sehun sangat gugup. Ia terus diusik dengan permintaan Leeteuk yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi sebenarnya, kegugupan itu berasal dari pemilihan kata disaat ia hendak mengajak Yoona. Ia sulit memilih kata. Karena desakan yang Leeteuk lakukan terhadapnya, akhirnya tanpa takut, kata-kata itu terucap begitu saja olehnya.

°

     Ia juga memberanikan diri untuk mengobrol dengan Yoona. Mulanya semuanya berjalan lancar, namun ketika Yoona menanyakan kebenaran namanya, ia kembali gugup. Dan seiring dengan itu, penyakitnya kembali kambuh. Ia pusing bukan main. Namun ia berusaha menahannya, tentu ia tidak ingin Yoona mengetahuinya. Setelah mereka selesai berkuda, dengan cepat ia berlari menuju toilet. Karena rasa sakit yang tidak mampu ia bendung, ia pun pingsan dan tidak sadarkan diri.

°

°°

°

     Dua hari sudah pria itu tidak sadarkan diri. Tubuh lemahnya hanya terbaring diatas tempat tidur rumah sakit. Leeteuk dan Yoona terus setia menunggunya. Kini Yoona sudah mengetahui semuanya. Secara perlahan Leeteuk menceritakan semuanya kepadanya. Dengan berlinang air mata Yoona mencoba memahami pria itu.

°

     Malam hari yang semakin dingin. Yoona merasa harus mencari makanan dan minuman hangat untuk menjaga kesehatan mereka. Ia pun memilih keluar untuk membeli sesuatu. Sedangkan Leeteuk tetap setia disamping Sehun. Tidak disangka, ketika itu kelopak mata Sehun bergerak dan perlahan terbuka. Leeteuk mencoba bersabar untuk menunggu Sehun memberikan reaksi.

     "Hyung.." mendengar Sehun mengatakan itu, tentu Leeteuk langsung memeluknya erat.

     "Syukurlah, akhirnya kau sadar juga."

     "Apa aku dirumah sakit? lagi?" jawabnya ketus dengan nada lemah.

     "Jangan begitu. Yang penting kau sudah sadar, dengan begitu kau bisa menjalani operasi beberapa hari lagi."

     "Apa maksudmu hyung?"

     "Sehun-a, kau harus menjalani operasi itu.."

     "Aku tidak mau!" tolaknya keras.

     "Sehun-a.."

     "Hyung, kau sendiri juga tahu, resiko untuk operasi ini sangat besar, dan kemungkinan untuk diriku selamat sangatlah kecil. Jika gagal, aku akan hidup dengan cacat dan tanpa ingatan, aku lebih memilih mati dari pada itu hyung, satu-satunya yang aku takuti adalah melupakannya."

     "Jangan berkata seperti itu.."

     "Aku takut, aku takut bahwa aku tidak bisa mengingatnya. Hyung, mengertilah."

     "Tidak masalah. Aku tidak masalah." kata seseorang dari balik pintu. Sedetik kemudian tampaklah Yoona datang menghampiri mereka. "jika memang nantinya kau tidak mengingatku, aku akan membantumu untuk kembali mengingatku. Yang terpenting kau tetap menjalani operasi itu." ujarnya sembari menatapnya hangat. Sehun diam sejenak, ia mencoba memahami gadis itu. Menoleh kepada Leeteuk, tetapi Leeteuk malah pergi meninggalkan mereka berdua disana. Yoona langsung duduk disampingnya dan terus menatapnya. Aneh, Sehun tidak bisa mengatakan sepatah katapun. Hanya membalas tatapan Yoona. Mereka saling tatap menatap.

°

     Air mata kerinduan mulai mengintip dari ujung mata, yang perlahan memberontak dan terjatuh menyentuh pipi dengan lembut. Melihat pipi Yoona yang dibasahi air mata, tangan Sehun dengan reflek menyeka air mata itu dengan jemarinya. Perlahan, penuh kerinduan. Merasakan sentuhan itu, air mata Yoona semakin deras. Ia sangat merindukan sentuhan itu. Kehangatan yang pria itu berikan padanya, membuatnya merasakan kenyamanan yang selama ini sangat ia rindukan.

     "Aku sangat merindukanku.." Ungkap Sehun pelan. Tidak mampu menahannya lagi, Yoona langsung memeluk pria itu, sangat erat. Tangan Sehun juga ikut melingkar ditubuh Yoona, perlahan mengelus rambut gadis itu dengan lembut. "saranghae(aku mencintaimu)." ungkapnya sekali lagi.

     "Aku juga mencintaimu." jawab Yoona diiringi isakan tangisnya. Setelah merasa tenang, Yoona melepaskan pelukannya perlahan. Lalu kembali menatap Sehun lekat. "demi aku, jalanilah operasi itu. Kumohon.." pintanya dengan penuh harap. Sehun diam sejenak, berat untuknya membuat pilihan. Banyak kecemasan didalam semua pilihan. Tetapi, wajah manis yang berlinang airmata itu mampu membuatnya tanpa ragu mengangguk mengiyakan permintaan itu.

     "Baiklah." air mata Yoona kembali mengalir mendengar perkataan itu. Yoona kembali memeluknya. Memberikan kekuatan kepadanya, agar nantinya pria itu bisa melewati operasinya dengan lancar dan tetap kuat untuk bisa bertahan mengalahkan penyakit itu.

°

°°

°

     Sebulan sudah berlalu. Operasi juga telah berlalu jauh hari yang lalu. Namun tidak seperti yang diharapkan. Hingga kini, Sehun belum juga sadarkan diri, karena itu pihak rumah sakit belum bisa mengatakan hasil dari operasi tersebut sebelum Sehun sadarkan diri. Melihat tubuh itu tergeletak tak bertenaga seperti itu tentu menyakitkan. Yoona menjalani hari-harinya dengan gelisah. Mengasihi pria itu yang tak juga membuka mata.

°

     Tak lagi bersemangat untuk menjalani aktifitasnya. Kerjaan yang Heechul berikan kepadanya sudah ditolaknya dari jauh hari. Hanya menemani pria itu disana, diruangan yang semakin lama semakin terasa sepi, senyap tanpa suara. Hanya keajaiban yang ia tunggu. Keajaiban akan kesembuhan pria itu, dan kembali kepadanya.

     "Yak, kau mau kemana? Aku ada.." untuk kesekian kalinya perkataan Heechul tidak dihiraukan olehnya. Ia sudah berlari menuju mobilnya dan tidak lama dari itu menghilang dari sana. Walau begitu Heechul mencoba memahaminya. "Baiklah. Dia lebih membutuhkanmu." ucapnya penuh kesabaran.

°

     Yoona kembali mengunjungi Sehun dirumah sakit. Aneh, ia melihat banyak perawat didepan pintu ruangan dimana Sehun berada. Takut akan terjadi sesuatu, ia langsung berlari kesana. Tapi mereka melarangnya masuk.

     "Kenapa? Aku ingin masuk." meronta kesal karena dilarang memasuki ruangan itu.

     "Kau tidak boleh masuk. Kondisi pasien sedang kritis, para dokter sedang menanganinya." jelas salah seorang perawat yang ada disana.

     "Apa? Kritis?" seakan tidak memiliki tenaga, mendengar itu membuat tubuhnya merosot kelantai.      "Sehun-a.. Kau harus kuat. Kau harus kuat. Kau harus kembali kepadaku." batinnya sembari merintih sedih.

°

     Satu jam telah berlalu. Sepertinya kondisi Sehun telah kembali membaik. Terlihat kini para dokter dan perawat mulai meninggalkan ruangan itu. Leeteuk tiba dengan nafasnya yang tersengal. Ia baru saja mendapat kabar itu dari perawat. Ia bantu Yoona bangkit dari lantai.

     "Kau baik-baik saja?" kata Leeteuk. Yoona mengangguk lemah. Disaat mereka hendak melangkah masuk, seorang perawat menghampiri mereka.

°

     "Permisi, bisakah anda ikut denganku? Ada yang ingin dokter sampaikan." kata si perawat kepada Leeteuk. Mereka pergi sejenak dan tinggallah Yoona disana. Tak bisa menahannya lagi, Yoona langsung menghampiri Sehun.

°

     Wajahnya pucat seakan tak ada darah yang mengalir disana. Nafasnya melemah, tubuhnya dingin, raut wajahnya memperlihatkan kesakitan yang tak mampu terucapkan oleh kata-kata. Miris melihat semua itu. Yoona sudah tidak bisa menangis lagi. Pernah, sejenak terlintas dipikirannya untuk merelakan pria itu, karena ia sudah tidak sanggup melihat tubuh itu menderita seperti itu.

°

     Pintu terbuka dan Leeteuk terliat dari sana. Langkah beratnya membawanya kehadapan gadis itu. Seperti sulit untuk mengatakannya, Leeteuk diam untuk beberapa menit. Seakan sudah memahami raut wajahnya, Yoona menguatkan dirinya terlebih dahulu, sebelum meminta Leeteuk untuk menjelaskan kepadanya, apa yang dokter katakan padanya.

     "Kenapa oppa?" Tanya Yoona menahan tangis. Leeteuk menatapnya tidak yakin. "katakanlah.." mencoba meyakinkannya.

     "Dokter mengatakan padaku. Sekarang, adalah saatnya." matanya memerah tak kuasa menahan kesedihannya. Yoona menghela nafas lemah, seakan sudah mengerti dengan apa yang Leeteuk maksud.

     "Kapan?" tanyanya pelan menahan tangis.

     "Besok." Jawab Leeteuk pasrah. Ya, besok adalah saatnya untuk melepas alat bantu pernafasan dan segala sesuatu yang telah membantu Sehun untuk bertahan hidup hingga saat ini. Intinya, tidak ada lagi harapan untuknya.

°

°°

°

     Hari itu telah berlalu, tepatnya dua hari yang lalu. Pada saat itu Yoona memilih tidak hadir disana. Sungguh, ia tidak mampu melihat semua itu. Ia tidak ingin menjadi salah satu orang yang membiarkan alat itu membunuh Sehun. Karena itu, ia memilih duduk ditepi pantai seorang diri. Dari pagi, hingga senja, bahkan sampai matahari benar-benar tak terlihat lagi. Tanpa ponsel, karena ia tidak ingin seorang pun menghubunginya. Hanya ingin seorang diri, meratapi kesedihan itu. Saat ini ia kembali menyindiri di pinggir pantai. Tidak menghiraukan udara malam yang semakin menusuk.

°

     Tidak perlu melihat, hanya perlu merasakan.. 

°

     Air mata tiada henti membasahi wajahnya. Tidak, ia tidak bisa hidup tanpa pria itu. Ia tidak bisa jika hanya harus merasakannya, ia tidak bisa jika tidak melihat wajah itu, ia merindukan pria itu, sangat. Tapi, pria itu telah tiada, bagaimana ini?

°

     Dilihatnya ombak pantai yang menghempas keras. Degg! Pikiran jahat mulai menggerogotinya. Ia bangkit dari duduknya. Matanya hanya menatap ombak yang menggumpal kejam itu. Tidak lagi memikirkan apapun, hanya menatap ombak tersebut. Kakinya mulai melangkah, semakin mendekati bibir pantai, dan kini ia mulai memasuki air, tanpa rasa takut.

°

     Kakinya tidak berhenti melangkah, semakin dalam hingga kini air telah menyentuh pinggangnya. Air mata terus mengalir, bahkan kini ia terisak menderita. Akal dan pikirannya sudah sangat bertentangan dengannya. Hanya satu yang ada dipikirannya. Yaitu, mengakhiri hidupnya.

     "Apa yang sedang kau lakukan!" suara itu terdengar lantang dan sangat keras. Syukur, suara itu berhasil menyadarkan Yoona. Seperti mengenal suara itu, dengan cepat Yoona berbalik dan menoleh.

°

     Pandangannya sedikit mengabur diakibatkan sedang menangis. Dilihatnya seseorang sedang berlari kearahnya. Semakin dekat, semakin jelas siapa orang tersebut. Dan ketika ia sudah bisa menyadari siapa orang tersebut, tubuhnya melemah dan terperosot, syukurnya orang tersebut sudah menangkapnya terlebih dahulu dan langsung membawa Yoona ke tepi pantai.

°

     Orang tersebut membantu Yoona berdiri. Dengan raut shock, Yoona amati wajah itu. Deru nafasnya seakan terhenti. Tidak menyangka dengan apa yang sedang ia lihat. Ia baru tersadar sepenuhnya. Tanpa berkedip, matanya menatap tak percaya. Air mata pun mengalir tanpa ragu.

     "Apa ini kau?" jemarinya menyentuh wajah itu dengan penuh kerinduan.

     "Ya, ini aku." jawab orang itu yang merupakan Sehun. Yoona langsung terisak.

     "Ini sungguh kau?" ia memeluk tubuh yang terlihat kurus itu. Belum bisa mempercayai kehadiran pria itu disana. "apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya setelah melepaskan pelukannya.

     "Aku tersadar tepat sebelum alat-alat itu dicabut." kata Sehun dengan senyuman bahagianya.

     "Apa?" Yoona tidak mampu mempercayai itu, tetapi ia sangat amat senang akan hal itu.

     "Leeteuk hyung berkali-kali mencoba menghubungimu, tetapi ponselmu tidak bisa dihubungi."

     "Lalu kenapa kau tidak menyuruhnya untuk menemuiku!"

     "Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu. Tapi aku tidak menyangka ketika melihat apa yang sedang kau lakukan tadi, kau benar-benar bodoh! Jangan pernah melakukan hal bodoh seperti itu lagi, kau mengerti?" menjitak kepala gadis itu pelan. Yoona menjadi manyun dan kembali memeluknya. "Aku merindukanmu.." Sehun tersenyum bahagia.

"Kumohon, mulai dari sekarang, tetaplah bersamaku."

"Tentu saja." jawab Sehun dengan yakin. disela itu, Sehun memakaikan sebuah kalung untuknya. Yoona kembali terpana ketika dilihatnya bahwa kalung itu adalah kalung yang selama ini ia cari. Sehun mengecup kening Yoona dengun penuh kasih sayang.

     "Yak yak.. Sudah.. sudah.. Lebih baik kalian ganti pakaian dulu. Ini sangat dingin, kalian bisa terkena flu. Yak! Kalian tidak mendengarku?" teriak Leeteuk dari kejauhan yang sedang mencoba menghampiri mereka. Sepertinya mereka tidak mendengar perkataannya.

     "Ehei, kau itu norak sekali. Biarkan saja mereka seperti itu." sela Heechul yang sedang mengikuti langkahnya dan mencoba menghentikannya.

     "Apa katamu? Yak, anak itu baru saja sembuh dari sakitnya, bahaya jika.."

     "Ehei.. Kau lihat itu, mereka mau berciuman, ayo kita pergi!" Heechul segera menarik lengan Leeteuk untuk menjauh dari sana.

°

     Dibalik dinginnya malam. Angin yang menghempas pelan tak lagi dirasakan oleh mereka. Cinta berhasil menyelimuti mereka dengan hangat. Dan ciuman pun terjalin dengan mesra. Dibawah gelapnya malam. Mereka melewatinya dengan indah.

°

°

°

–The End–

°

°

Pada mewek gak?

avataravatar