2 Part 2

Siapkan tisu ya kakak2..

     Kembali berjalan menuju penginapan. Tubuhnya terlihat begitu lemah. Setelah sekian lama termenung ditepi jalan. Hingga hari menjadi gelap. Tanpa menyentuh makanan apapun. Ditambah udara disana yang dingin, Yoona yang tidak menggunakan pakaian tebal tentunya akan kedinginan. Tetapi, hal itu tidak terlihat pada dirinya. Ia hanya berjalan dengan tatapan kosongnya. Tidak mempedulikan pandangan orang terhadapnya. Sebelum ia tiba di penginapan. Terlihat sebuah warung yang menjual soju. Ia langsung menghampiri warung tersebut.

°

°°°

°

     Secercah cahaya terlihat dari sela gorden yang tidak tertutup rapat. Cahaya yang menyilaukan itu membangunkannya dari tidurnya. Ketika ia mencoba duduk, ia merasakan pusing pada kepalanya. Ia paksa untuk berdiri lalu berjalan ke kamar mandi. Mencuci wajahnya agar merasa lebih segar. Ia kembali ke kasurnya. Dilihatnya diatas meja terdapat sebuah minuman berwarna coklat pekat. Ia meraih gelas itu. Mencium aromanya saja ia bisa mengetahui bahwa itu adalah minuman yang terbuat dari gingseng dan berkhasiat untuk menetralisir tubuh dari gangguan minuman keras. Dan ternyata memang berhasil. Disaat ia hendak meletakkan kembali gelas tersebut, dilihatnya ada sebuah memonya yang berisikan tulisan.

     "Suatu waktu bawalah kami ke tempat pacuan kuda." bacanya.

°

     Pagi itu udara terasa sangat dingin. Pakaian hangatnya masih tidak cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Cuaca musim dingin yang seharusnya bersahabat tidak berlaku ditempat ini. Dilihatnya kedua pria itu sedang duduk santai di halaman. Dengan kopi hangat dan roti panggang, mereka menikmati pagi itu. Masih setengah mengantuk Yoona menghampiri mereka.

     "Yoona-a, duduklah." sapa Leeteuk dan mempersilahkannya duduk. Lalu pria itu berlari kearah dapur yang ada di penginapan dan kembali dengan membawakan secangkir susu hangat. Ia langsung memberikannya kepada Yoona. "minum ini, kau pasti masih merasakan pusing setelah menghabiskan banyak soju." ujarnya sembari memberikannya segelas susu hangat tersebut.

     "Khamsahamnida(terima kasih)." Ucap Yoona sedikit menundukkan kepalanya. "tadi kau mengatakan aku meminum banyak soju?" ternyata Yoona tidak mengingat apa terjadi padanya malam itu.

     "Jadi kau tidak mengingat itu? Lalu.." Leeteuk menghentikan perkataannya. Ia menoleh ke Dave sejenak, lalu kembali menatap Yoona yang masih kebingungan.

     "Kenapa?"

     "Aa, tidak.. Minumlah."

     "Jika tadi malam aku mabuk, lalu siapa yang membawaku pulang? Apa itu kau?" tanya Yoona ke Leeteuk. Leeteuk yang sedang menyuruput kopinya pun tersedak.

     "Aa, iya, itu aku. Ternyata kau berat juga. Haha.." ucapnya sedikit gugup.

     "Maafkan aku.. Aku tidak bermaksud merepotkanmu. Aku benar-benar minta maaf."

     "Tidak masalah, kau minum susunya dulu, selagi masih hangat." Leeteuk kembali menoleh ke Dave. Sedari tadi Dave terlihat serius dengan kameranya. Tanpa menghiraukan mereka sekalipun. "yak! Apa kameramu itu sangat penting untukmu?" aneh sekali, tiba-tiba saja Leeteuk marah kepadanya.

     "Kenapa sih hyung?" jawab Dave tanpa ekspresi.

     "Makan dulu rotimu baru menyentuh kameramu itu!" suaranya sudah sedikit merendah. Lalu kembali berkata. "pagi ini kau mau kemana?"

     "Bagaimana kalau kita ke Seongeup?"

Seongeup adalah nama sebuah perkampungan yang masih mempertahankan gaya hidup khas rakyat jeju. Sungguh permintaan diluar dugaan.

     "Yak, dari sekian banyak tempat, kenapa kita harus kesana?" Leeteuk kembali menaikkan nada suaranya.

     "Hyung, kau tidak pernah marah kepadaku." ucapnya santai masih memegang kameranya.

     "Huh, baiklah. Kita akan kesana."

°

°°

°

      Mereka tiba di Seungeup dan langsung tercengang ketika melihat keadaan disana. Dimulai dari rumah, pakaian, dan keadaannya yang benar-benar masih sangat tradisional. Terlihat sekumpulan ibu-ibu yang sedang membersihkan lobak. Lalu tidak jauh darinya, terlihat para petani yang sedang menjual hasil panen mereka. Juga terdengar hiruk pikuk anak-anak yang sedang bermain, berlari kesana-sini. Dave tentu akan sangat sibuk dengan kameranya. Lalu Leeteuk hanya mengikuti langkahnya. Sedangkan Yoona, gadis itu malah bersandar di mobil, dan tidak berniat ikut menjelajahi desa itu.

°

     Disaat ia sedang menikmati alunan musik dari ponselnya, seorang anak menarik bajunya. Berulang kali Yoona menyuruh anak itu pergi, tetapi anak itu terus mengganggunya. Tidak sampai disitu, ia malah memanggil teman-temannya untuk mengganggu Yoona. Hal hasil, akhirnya Yoona malah tergoda untuk bermain bersama mereka.

°

     Setelah selesai bermain dengan anak-anak itu, Yoona terduduk di sebuah batu besar yang terletak disamping mobilnya. Ia menyeka keringat dikeningnya. Mengambil beberapa tisu basah untuk membersihkan tangan dan wajahnya. Disela itu, seorang anak kembali menghampirinya. Tetapi kali ini anak tersebut tidak untuk mengajaknya bermain, melainkan memberinya sebuah roti dengan selai strawberry. Yoona langsung kesenangan. Setelah anak itu pergi, ia langsung menyantap roti itu. Dilihatnya Dave sedang berjalan mendekatinya. Tetapi tepatnya menuju mobil. Tak terlihat Leeteuk disana. Dengan cepat ia menghabiskan rotinya. Lalu kembali mengambil tisu basah untuk membersihkan tangannya.

     "Kau sudah kembali? Apa kau mau masuk kedalam mobil?" Tanya Yoona gugup sembari membersihkan tangannya. Ia selalu gagal mengatasi kegugupannya ketika berhadapan dengan pria itu. Sial, kenapa aku selalu gugup dihadapannya. Yoona, sadarlah, mereka berbeda..

     "Jangan hanya membersihkan tanganmu." kata Dave lalu masuk kedalam mobil. Yoona berpikir sejenak, mencoba memahami perkataan pria itu. Ia bercermin di kaca mobilnya. Ada selai di bibirnya. Dengan rasa malu ia langsung membersihkan selai tersebut. Tidak lama dari itu Leeteuk datang dan mereka langsung meninggalkan kampung tersebut.

°

°°

°

     "Sekarang kita mau kemana? Jika mau saya sarankan--"

     "Cheonjiyeon." sela Dave.

     "Air Terjun Ceonjiyeon?"

     "Ya."

     "Wah, sepertinya menyenangkan. Tolong bawa kami kesana." seru Leeteuk. Yoona hanya bisa menjalankan tugasnya. Ia langsung mengarahkan mobilnya kesana.

°

     Tempat itu adalah salah satu air terjun terindah di pulau jeju. Tempat ini memiliki arti yaitu 'Penghubung langit dan daratan'. Air terjun yang memiliki ketinggian 22 meter itu benar-benar menyuguhkan tontonan yang luar biasa. Rasa lelah yang mereka rasakan didalam perjalanan hilang sudah. Pemandangan di mana air yang terjun ke bawah terpecah menjadi beberapa arus yang lebih kecil, yang kemudian jatuh ke atas tebing-tebing batu yang ada pada dinding tebing, membuat seolah-olah air mengalir lebih lambat. Sesudah itu air terjatuh ke sebuah kolam buatan di bawahnya yang memiliki kedalaman 20 meter.

°

     Mereka duduk ditepi kolam buatan atau bisa disebut dengan danau. Karena Dave tidak bisa membiarkan pemandangan indah itu begitu saja, ia kembali mengintari tempat itu dan terus mengambil gambar. Sedangkan Leeteuk dengan setia terus menemani Yoona.

     "Kau tidak ingin melihat-lihat?" Tanya Yoona.

     "Aku lelah." Leeteuk terlihat kelelahan.

     "Kita hanya perlu menunggu sampai malam tiba. Karena letika malam hari, tempat ini akan lebih terlihat indah. Rasa lelahmu pasti akan musnah." jelas Yoona dengan senyumannya yang sangat manis. Leeteuk terdiam melihatnya.   "kenapa?" Yoona menyadari tatapannya.

     "Apa aku boleh bertanya sesuatu?" Yoona mengangguk.

     "Orang yang kau rindukan, apa dia kekasihmu?" pertanyaannya membuat jantung Yoona seakan diremas kuat. Senyuman langsung menghilang dari wajah Yoona. Ia menatap air danau dalam diam.

     "Ya, aku merindukannya." ucapnya setelah diam beberapa saat. "sangat merindukannya."

     "Bagaimana jika dia menemuimu?" mendengar itu membuat Yoona dengan cepat menoleh kepadanya.

     "Aku akan sangat bahagia. Dan aku tidak akan membiarkannya pergi meninggalkanku lagi."

     "Dia meninggalkanmu?"

     "Ya, dengan ijinku. Aku sangat menyesalinya."

     "Kenapa dia meninggalkanmu?" Leeteuk terus menanyakan itu.

     "Entahlah, pada saat itu ia mengatakan bahwa ia akan berkuliah di Sydney selama 3 tahun. Tapi.." Yoona menghentikan perkataannya sejenak. Mencoba mengontrol emosinya. "sudah 10 tahun lebih dia tidak juga kembali. Kupikir ia sudah melupakanku." jelas Yoona sambil menatap air danau dengan tatapan kosong.

     "Bagaimana jika dia masih mengingatmu?" Yoona kembali menatapanya.

     "Ada apa denganmu? Kenapa kau menanyakan ini?"

    "Aku hanya ingin tahu."

    "Lebih baik kita berjalan-jalan. Akan sangat disayangkan jika kita hanya berdiam disini." Yoona bangkit lalu meninggalkan Leeteuk disana.

°

     Ada banyak jenis tanaman disana. Dan mungkin tanaman yang tidak dikenal juga ada disana. Suasana yang sejuk ala hutan tropis membuat suasana menjadi sejuk. Ditambah suara gemercik air yang menambah kenikmatan lainnya. Suasana yang lembab membuat jalan disana sedikit licin. Seperti batu besar yang ada dibawah Yoona.

°

     Disetiap sudut terlihat wisatawan yang sedang mengambil gambar. Mereka terlihat gembira. Yoona tersenyum melihat itu. Setelah terhanyut didalam kebahagiaan orang, gadis itu kembali tersadar dan mencoba mencari Leeteuk. Namun keadaan batu yang licin membuatnya terpeleset dan hendak terjatuh kedalam danau. Syukurnya seseorang dengan cepat meraih tangannya lalu dengan kuat menariknya hingga kembali berdiri.

"Terima kasih." betapa kagetnya ketika yang dilihatnya adalah Dave.

    "Apa kau mau mati? Apa kau tidak tahu seberapa dalam danau ini?" dan Dave terlihat cemas. Yoona hanya diam mendengarnya. Lalu menyentuh dadanya guna menyembunyikan suara debaran jantungnya. Tiba-tiba saja Yoona menjadi panik. Ia mondar mandir kesana kesini mencari sesuatu.

     "Kau sedang apa?" Tanya Dave.

     "Kalungku. Kalungku hilang!" suara Yoona terdengar sangat ketakutan. Raut wajahnya berubah kaku dan matanya memerah. Dave tetap berdiri disana tanpa sekalipun mencoba untuk membantunya.

°

     Yoona tampak kelelahan. Ia mencari ke segala tempat, tentunya tempat-tempat yang telah ia lalui. Tapi kalungnya tetap tidak terlihat. Ia berhenti disebuah kursi yang terletak dibawah pohon yang besar. Wajah sendunya membuat Leeteuk tidak berani menegurnya. Pria itu juga sudah ikut membantu mencarikannya setelah mendengarnya dari Dave, tapi hasilnya sama. Kalung itu juga tidak ditemukan.

°

     Malam tiba tanpa mereka sadari. Pemandangan disana berubah semakin indah. Itu dikarenakan banyaknya lampu hias yang memenuhi tempat itu. Walau begitu, tetap saja Yoona tidak bisa tenang. Begitu juga dengan kedua pria itu. Tidak jauh dari gadis itu berada, mereka berdua duduk sambil mengamati keadaan disana.

     "Kalian lelah? Bagaimana kalau kita pulang saja. Nenek pemilik penginapan menelepoku, ia mengatakan bahwa ia telah menyiapkan makan malam." kedua pria itu kaget ketika melihat Yoona sudah berada dihadapan mereka. Ia sudah kembali seperti sebelumnya. Tenang dan riang.

     "Apa tidak masalah jika kita pulang?" kata Leeteuk yang dipotong dengan Dave.

     "Kita pulang saja. Aku sudah sangat lelah." pria dingin itu kembali ke sikapnya yang menyebalkan. Ia langsung berjalan mendahului mereka.

     "Yak, Dave!" teriak Leeteuk sebal.

     "Sudahlah, kau pasti juga kelelahan. Ayo kita pulang." Yoona tersenyum sembari menarik tangan Leeteuk. Ia mencoba untuk tetap terlihat riang dan ramah. Namun tetap saja, Leeteuk dapat melihat raut kesedihan yang sedang gadis itu sembunyikan.

°

°°

°

     Makan malam berlangsung tanpa kehadiran Yoona. Gadis itu memilih berjalan-jalan diluar. Menikmati udara malam seorang diri. Malam itu bintang terlihat dengan kelap-kelip cahayanya. Keberadaan bintang disana membuat langit terlihat indah. Gadis itu berusaha untuk tersenyum. Lalu teringat olehnya, ia juga pernah berlarian disana. Apa mungkin kalungku sudah jatuh terlebih dahulu disini? Ia kembali mencari kalungnya. Tetap tidak terlihat. Hingga ketika ia melihat warung soju. Ia baru mengingat bahwa ia benar-benar telah minum soju disana. Langsung ia hampiri tempat itu. Bertanya kepada bibi si penjual soju.

     "Permisi. Bibi, saya sedang mencari sebuah kalung." katanya pelan.

     "Aa, bukankah kau gadis yang kemarin?" kata si pemilik warung.

     "Ya."

     "Kau mencari kalung?"

     "Ya benar."

     "Pria itu tidak memberikan kalung itu padamu? Sepertinya aku sudah memberikan kalung itu padanya."

     "Pria?"

     "Iya, pria yang membawamu pulang, aku memberikan kalung itu padanya. Aa, aku harus kembali bekerja, aku permisi dulu." dengan langkah cepat Yoona kembali ke penginapan untuk menemui Leeteuk. Setiba ia disana, dilihatnya Leeteuk sedang duduk santai di halaman bersama Dave. Ia hampiri Leeteuk.

     "Yoona-a, kau dari mana saja? Kenapa kau tidak makan malam?"

     "Bibi penjual soju mengatakan bahwa kalungku ada padamu. Benarkah itu?" Tanya Yoona gelisah.

     "Ee?" Leeteuk kaget bukan main.

     "Jawab aku, benarkah itu?"

     "Yoona, aku tidak mengerti maksud perkataanmu." Leeteuk pun kebingungn.

     "Bukankah kau yang membawaku   pulang? Jika benar, kalungku pasti denganmu. Ahjuma itu yang mengatakannya." suaranya mulai terdengar lirih. Leeteuk masih belum menjawab.

     "Aku tidur dulu." kata Dave seakan tidak mempedulikan mereka.

     "Benar aku yang membawamu pulang, tapi kalung yang kau maksud, aku tidak tahu menahu tentang itu."

     "Begitu?" Yoona terduduk disana. Menatap rumput dengan tatapan kosong.

     "Sebaiknya kau makan, lalu istirahat. Besok, kau ingat apa yang aku tuliskan dimemo bukan? Kalau begitu aku istirahat dulu. Good night.." Leeteuk segera berlari menyusul Dave yang masuk kedalam kamarnya. Dan Yoona, ia masih terduduk lemah disana. Ada apa ini? Kenapa aku bisa kehilangan kalung itu? Apa ini saatnya untukku melupakannya?

°

°°

°

     Bangun lebih awal dari biasanya. Yoona memilih membantu nenek pemilik penginapan menyiapkan sarapan sembari mengobrol bersama. Sesekali terdengar tawa mereka yang renyah. Yoona terlihat berbeda dari malam itu. Leeteuk yang pertama kali menghampiri mereka. Ia tampak sungkan ketika bertemu dengan Yoona. Yoona dapat mengerti itu. Ia langsung menyapa pria itu dengan ramah.

     "Oppa.. ah, bolehkah aku memanggilmu begitu?" sapanya sedikit tertawa kecil.

     "Ya? I-iya.. boleh saja." Leeteuk menatapnya untuk beberapa saat lalu duduk dihadapan sebuah meja yang sudah dipenuhi dengan makanan.

     "Makanlah oppa.." tidak lama dari itu, Dave muncul. Pria itu sudah rapi dengan pakaiannya. Tampan.. Yoona baru menyadari ketampanan pria itu. "Aa, op.." ia menghentikan perkataannya. "sepertinya kita seumuran." gumamnya pelan. "yak kau, makanlah. Bukankah hari ini kau ingin berkuda? Kau harus memiliki banyak tenaga." Yoona benar-benar telah berubah. Dave sampai kaget dibuatnya.

     "Yoona-a, kau baik-baik saja?" Tanya Leeteuk yang cemas melihatnya.

     "Memangnya aku kenapa?" kata gadis itu acuh.

     "Kau.." Leeteuk takut untuk menanyakan masalah kalungnya.

     "Pacuan kuda? Baiklah." sela Dave yang terlihat sudah tidak menghiraukan perubahan gadis itu. Mau tidak mau Leeteuk pun langsung menyantap sarapannya.

°

°°

°

     Cuaca di pagi itu lebih bersahabat. Tidak terlalu dingin dan angin tidak terlalu kencang. Sangat cocok untuk berkuda. Tetapi walau begitu. Yoona terlihat tidak tertarik dengan hal itu. Ia hanya mengamati kedua pria itu yang sedang menggunakan perlengkapan berkuda mereka, lalu memilih kuda yang akan mereka tunggangi. Dilihatnya pria itu, Dave dengan akrab mengobrol dengan kuda yang akan ia tunggangi.

     "Cih, kau lebih nyaman mengobrol dengan kuda dari pada aku?" keluh Yoona. Karena selama ini Dave sangat jarang mengobrol dengannya. Jika ada pun akan sangat singkat dan terlihat terpaksa. Yoona mengamati kuda itu dengan sorot mata tajamnya. Dapat dirasakannya kini darahnya yang seakan mendidih.

     "Kau, mau ikut?" salah dengar atau tidak. Tetapi dia yakin bahwa ia melihat Dave mengatakan itu padanya. Bukannya menjawab, ia malah menatap Dave tidak percaya.

     "Sudah ikut saja, Dave sangat ahli berkuda. Bukannya aku tidak mau membawamu, tapi aku masih meragukan keahlian berkudaku." sela Leeteuk yang hendak naik keatas kuda pilihannya. Gadis itu, dengan malu ia mengangguk pelan. Lalu ia buru-buru menggunakan perlengkapan berkuda yang sama seperti mereka gunakan.

     "Naiklah." Dave menyuruhnya naik terlebih dahulu.

     "Bagaimana jika kuda ini membawaku pergi? Aku tidak berani." tolak Yoona takut. Mendengar itu, pria itu langsung naik keatas kuda, lalu kembali menatapnya dengan tatapan meyakinkan.

     "Naiklah." ucapnya sekali lagi. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Yoona naik kesana. Dengan bantuan Dave, Yoona berhasil naik dan duduk didepan pria itu. Dan barulah ia sesali, seharusnya ia tidak menerima ajakan Dave. Dengan itu ia tidak perlu resah dengan suara debaran jantungnya seperti saat ini.

°

     Dimusim semi yang indah akan lebih menyenangkan jika memilih arena berkuda yang luas. Mengintari hutan buatan yang dipenuhi pepohonan dan beberapa macam tanaman hias. Tidak banyak wisatawan yang terlihat disana. Terutama di arena yang menelusuri hutan buatan tersebut. Keadaan disana benar-benar nyaman. Suara kicauan burung, angin yang berhembus pelan, pemandangan yang indah, benar-benar suasana yang romantis. Sayangnya Yoona tidak bisa dengan nyaman menikmati itu semua, ia terlalu panik dengan jantungnya yang terus berdebar kacau.

     "Aish.. bodohnya aku. Kenapa aku menerima ajakannya." gumamnya pelan.

     "Sudah berapa lama kau menjadi pemandu wisata?" Tanya Dave setelah lama diam. Sambil terus mengendalikan kuda dengan tenang yang bergerak pelan.

     "Sejak 7 tahun yang lalu." jawabnya setelah berpikir beberapa saat. Yoona berulang kali mengatur posisi duduknya agar tidak terlalu berdekatan dengan Dave. Tetapi tetap saja, jika dilihat sekilas, yang terlihat seperti pria itu yang sedang memeluknya dari belakang. Dengan keadaan yang seperti itu, tentu saja jantungnya terus berdebar kencang. Tapi, kenapa jantungku harus berdebar seperti ini?

     "Kenapa memilih menjadi seorang pemandu wisata?" Tanya Dave lagi.

     "Karena aku kesepian. Menjadi pemandu wisata sangat menyenangkan." jawabnya dengan senyuman, tetapi tidak bisa dilihat oleh pria itu. Mereka kembali diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.    "Apa aku boleh bertanya sesuatu? m" kata Yoona setelah memikirkannya berkali-kali.

     "Hem."

     "Namamu, apa kau tidak memiliki nama lain selain Dave?" Yoona menjadi gugup menunggu jawaban dari pria itu. Membutuhkan waktu yang lumayan lama, barulah Dave menjawabnya.

     "Tidak." jawabnya singkat. Tidak bisa dipungkiri, Yoona kecewa akan jawabannya. Ada apa dengan diriku? Itu tidak mungkin, pria ini berbeda! erangnya dalam hati. "kenapa kau bertanya seperti itu?"

     "Sebenarnya, wajahmu.." Yoona menghentikan perkataannya. Wajahnya menjadi sendu, matanya mulai memerah. "tidak perlu membahasnya." jawabnya setelah itu. Mereka kembali terdiam.

°

°°

°

     Menikmati pemandangan dengan ditemani minuman hangat. Mengamati gunung yang ada dihadapannya. Walau jaraknya antara gunung sudah sangat jauh, namun gunung itu tetap terlihat olehnya. Dapat dilihat olehnya, embun yang berkumpul pada puncak tertingginya. Memikirkan itu, ia tidak bisa membayangkan betapa dinginnya disana.

     "Kau kenapa?" tanya Leeteuk yang heran melihat Yoona menggelangkan kepalanya.

     "Tidak ada." ia kembali menggeleng. "setelah ini kita mau kemana?" Tanya Yoona lagi.

     "Entahlah. Dave belum mengatakannya padaku." ujarnya sembari menikmati minumannya.

     "Kemana dia? Dia belum terlihat dari tadi." Yoona amati sekitarnya untuk menemukan pria itu.

     "Setahuku tadi dia ke toilet."

     "Kenapa lama sekali?" kata Yoona dan kembali menyeruput minumannya. Secara mendadak tiba-tiba saja Leeteuk tersentak dan berlari meninggalkannya.

     "Ada apa dengannya?" Yoona tidak tertarik untuk mencari tahu.

°

     Ditinggal seorang diri tentu membuatnya kerap dilanda bosan. Ia mencoba mendengarkan musik dari ponselnya, ternyata tidak berhasil menepis kebosanannya. Aneh, tiba-tiba saja ia merasa gelisah. Dan tanpa sebab ia merasa ingin menangis. Ia termenung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya. Ketika itu, matanya tidak sengaja menatap sebuah kamera yang terletak begitu saja diatas meja yang ada dihadapannya. Ia tahu betul, kamera itu milik Dave. Tanpa rasa takut, seperti reflek tangan Yoona langsung meraih kamera itu dan memeriksa hasil jepretan pria itu.

°

     Keningnya mengkerut, raut wajahnya menjadi kaku, matanya mulai berkaca-kaca, serta detak jantungnya mulai berdetak tidak karuan. Mengamati setiap foto yang ada didalam kamera itu. Dirinya benar-benar tersentak kaget. Dan tak dapat lagi dibendungnya, air mata mengalir dengan indah. Seiring mengalir air matanya, siriney ambulan terdengar dengan nyaring dan semakin mendekat. Tidak lama dari itu sebuah mobil ambulan memasuki perkarangan lokasi dimana Yoona berada. Beberapa pria berpakaian serba putih berlarian kearah toilet. Tidak tenang jika hanya berdiam diri, Yoona mencoba mengikuti mereka untuk mencari tahu.

°

     Yoona hanya bisa berdiri mematung ketika dilihatnya tubuh Dave diangkat mereka kedalam ambulan tersebut. Wajah pria itu begitu pucat. Tubuhnya lemah seakan tak bertenaga. Matanya tertutup rapat. Yoona masih belum bisa menyadarkan dirinya. Ia masih tidak bisa mencerna apa yang baru saja ia lihat. Dimulai dari foto yang ada didalam kamera, setelah itu keadaan pria itu yang terlihat memburuk.

     "Ada apa ini? Jadi kau, kau Sehun? Kau Oh Sehun?" betapa bodoh dirinya. Mengetahui kebenaran itu setelah sekian lama bersama. Bagaimana mungkin ia tidak bisa mengenali pria itu. Pria yang selama ini ia tunggu.

←Flashback

     Ia bukanlah pria yang mau menunggu, namun kali ini jauh berbeda. Orang yang sedang ia tunggu adalah seorang yang sangat ia rindukan. Ia duduk santai di lobby hotel. Walau terlihat santai, sejujurnya dirinya tengah dilanda keresahan. Takut gadis itu akan mengenalinya.

°

     Ponselnya berdering dan terdengarlah alunan piano dari Yiruma. Ia tersenyum mendengar itu. membiarkan panggilan itu untuk beberapa detik, setelah itu ia baru menjawabnya. Tidak, pria itu hanya mendengar suara itu, suara seorang gadis yang sedang berbicara dengannya. Rindu, ia sangat merindukan suara itu, namun Ia harus menahan kerinduannya.

°

     Setelah sekian kalinya ia tidak menghiraukan perkataan gadis yang ada didalam telepon tersebut, managernya yaitu Leeteuk dengan kilat menyambar ponselnya lalu berbicara dengan gadis itu. Tidak lama dari itu seorang gadis manis terlihat sedang berjalan mendekati mereka. Jika ia tidak harus menyembunyikan jati dirinya, ia pasti sudah berlari menghampiri gadis itu dan memeluknya dengan erat, namun yang ia lakukan hanya menatap gadis itu tanpa ekspresi dan berpura-pura sedang marah.

°

     Tempat pertama yang mereka kunjungi yaitu Jusang Jeolli. Pria itu, Oh Sehun mencoba menikmati keindahan tebing disana. Tapi ketika penyakitnya kambuh dan menguras tenaganya begitu saja, ia kembali kehilangan semangat.

°

     Duduk berduaan bersama gadis itu membuatnya merasa sedih. Ia tahu itu, tempat yang tengah ia duduki adalah tempat bersejarah, dan ia mendudukinya bersama gadis itu, gadis yang sangat ia cintai. Seharusnya ia menggenggam tangan itu, tersenyum kepadanya, dan mengucapkan maaf padanya. Namun tetap saja ia harus menahannya dan hanya bisa meliriknya diam-diam. Ia rasakan air mata yang hendak mengalir dari matanya, dengan cepat ia menutup matanya. Mendongakkan wajahnya dan memaksakan sebuah senyuman agar terlihat sedang menikmati suasana.

°

     Setelah Leeteuk kembali menghampiri mereka dan dilihatnya gadis itu berlari pergi, ingin rasanya ia menumpahkan segala kesedihannya. Namun ia tetap harus menahannya dihadapan Leeteuk. Karena sesungguhnya Leeteuk tidak mengetahui tentang hubungan antara dirinya dan gadis itu, 10 tahun yang lalu. Tepat sebelum dirinya meninggalkan Yoona.

°

     Malam harinya disaat ia sedang bersantai di kamar hotelnya. Ia kembali mengamati hasil jepretannya. Hampir keseluruhannya adalah foto Yoona yang ia ambil secara diam-diam. Disela itu ia juga memeriksa foto lamanya. Terlihatlah olehnya sebuah foto kalung yang bergantkan mainan berbentuk matahari. Kalung yang dulunya ia hadiahkan kepada Yoona. ia hanya bisa tersenyum pahit.

°

     Paginya ia bangun lebih awal. Ia sengaja tidak membangunkan Leeteuk. Dengan raut wajahnya yang sumringah ia berjalan menuju lobby. Ia memilih duduk di sebuah sofa yang diperuntukkan untuk 2 orang saja. Lalu membaca buku sembari menunggu Yoona. Tentu ia gelisah. Tidak sengaja ia melihat mobil gadis itu sedang memasuki perkarangan hotel. Dengan cepat ia membenarkan posisi duduknya dan berpura-pura serius membaca. Sesuai harapannya, Yoona duduk disampingnya. Mereka pun duduk bersama sembari menunggu Leeteuk.

°

     Mereka kembali mengunjungi sebuah tempat yang bernama Seongsan Ilchulbong. Sebuah pegunungan yang indah. Ia sangat menyukai itu. Tetapi, tidak dengan Yoona. Sehun tahu betul, Yoona takut ketinggian dan juga membenci udara dingin. Karena itu, ketika mereka hendak mendaki, ia mencoba mengolah kata agar gadis itu tidak perlu mengikutinya. Ternyata berhasil. Ia merasa tenang ketika melihat raut wajah Yoona yang kegirangan.

°

     Setelah selesai mendaki, Sehun kembali kedalam mobil sedangkan Leeteuk pergi membeli minuman hangat. Berada didalam mobil bersama Yoona sangat tidak nyaman untuknya. Karena ia masih harus menahan kerinduan itu. Ditambah ia harus mendengar musik yang sedang Yoona putar, yaitu yiruma. Music favorit mereka berdua. Syukur Leeteuk tiba dan mencairkan suasananya. Ponselnya berdering dan ia langsung mengangkatnya. Sebuah panggilan dari dokter pribadinya yang ia samarkan namanya menjadi Sandara.

°

     Mereka tiba di penginapan yang masih menyuguhkan unsur tradisional. Pegunungan juga masih terlihat dari sana. Karena lokasinya yang indah, Sehun memilih untuk berjalan-berjalan mengintari daerah itu. Ia mendapati sebuah toko bunga. Dilihatnya mawar merah yang tersusun rapi. Melihat mawar itu membuatnya kembali mengingat Yoona. ia pun membeli setangkai. Salah satu cara untuk memberikan mawar itu kepada Yoona yaitu dengan menyuruh seorang bocah yang kebetulan sedang bermain didekat sana.

°

     Mengamati bocah tersebut dari jauh. Dilihatnya Yoona sudah menerima mawar tersebut. Namun sepertinya gadis itu menyadari sesuatu. Yoona berlari dari sana, seperti mencari sesuatu. Sehun sadar akan hal itu, tentu yang dicari oleh Yoona adalah dirinya. Ia pun segera bersembunyi disebuah lorong kecil. Namun disela itu, ia mendengar gadis itu memanggil sebuah nama, sebuah nama yang telah lama tidak ia gunakan. Oh Sehun. Tubuhnya seakan ingin terperosot ke aspal. Ia tidak menyangka, Yoona masih menunggunya, setelah 10 tahun ditinggal olehnya.

°

     Kini ia sedang mengikuti langkah Yoona dari jauh. Dilihatnya Yoona memasuki sebuah warung. Meneguk banyak soju hingga mabuk berat. Tidak tahan melihatnya, ia langsung membawa Yoona kembali ke penginapan. Namun sebelum ia mengangkat tubuh itu, pemilik warung memberikannya sebuah kalung. Sebuah kalung yang diyakini bibi itu milik Yoona. Ia kembali Melemas ketika melihat kalung tersebut. Itu adalah kalung pemberiannya.

°

     Membaringkan tubuh itu diatas kasur. Tidak lupa untuk menyelimutinya dengan selimut tebal. Menghidupkan alat penghangat ruangan. Setelah itu duduk disamping Yoona, sangat lama. Akhirnya ia bisa menatap wajah itu dengan jarak yang dekat. Ia mengelus pipi Yoona, merapikan letak poninya, dan juga mengecup kening gadis itu dengan penuh kerinduan. Ia hendak pergi dari kamar itu, namun ia tidak menyangka, ternyata Leeteuk melihat semua itu tanpa sengaja.

     "Kau harus menjelaskan semua ini padaku." kata Leeteuk kepadanya. Tidak ada pilihan lain. Ia pun menceritakan segalanya kepada manajernya itu. Leeteuk benar-benar shock berat. Apa yang ia ceritakan sangat jauh dari perkiraannya. Ditambah, ia juga mengasihi Yoona yang terpaksa harus dibohongi. Karena sesungguhnya pria yang kini bernama Dave itu memiliki alasan, alasan mengapa dirinya tidak bisa kembali kepada Yoona. itu dikarenakan dirinya memiliki sebuah penyakit yang membuat nasibnya diambang kematian.

Continued..

Aku suka banget dengan cerita ini. Gimana pendapat kakak2?

avataravatar
Next chapter