1 Part 1

Fokus ya kak..

Cerita ini seru banget..

Ini salah satu cerita yang akunya semangat banget nulisnya.

°

°

°

°

     Suara desiran ombak mengawali pagi itu. Ketika matanya terbuka, ia amati langit kamarnya yang tertempelkan bintang-bintang. Ketika itu terdengar suara yang selalu menenangkan hatinya. Lembut, tenang, dan.. Gadis itu mendadak mengerjapkan mata. Menggoyangkan kepalanya dengan cepat. Untuk sekian kalinya ia kembali dihantui dengan masa lalunya. Tidak, masa lalunya tidaklah buruk, bahkan sangat indah, melebihi indahnya pemandangan laut disaat adanya sunset. Gadis itu kembali menggoyangkan kepalanya dengan kencang, memikirkan sunset kembali mengingatkannya akan masa lalunya itu. Sedikit memaksa ia bangkit dari kasur lalu membuka pintu yang menghubungkannya ke balkon kamarnya.

     Pantai Hyeopjae merupakan salah satu pantai yang ada di Pulau Jeju. Pantai yang terkenal dengan pasir putihnya itu menyambutnya dengan nikmat, berkat pemandangan itu dirinya mengulaskan sebuah senyuman. Hal yang selalu ia lakukan disetiap paginya. Ia hirup udara pada pagi itu. Menutup kedua matanya. Tidak perlu melihat, hanya perlu merasakannya. Kalimat itu kembali melayang dipikirannya. Dirinya yang sedang menutup mata dengan cepat membuka matanya. Terlihat lagi olehnya pantai yang sudah dipenuhi dengan para wisatawan. Keberadaan meraka disana seakan menariknya kembali ke dunianya yang nyata.

     "Yoona.. Yoona.. Yak! Im Yoona!" seseorang meneriaki namanya. Suara itu seakan memukul kepalanya dengan keras, dan kelihatannya memang berhasil. Wajah gadis itu terlihat bersemangat dan dengan cepat menuruni tangga untuk menemui Heechul selaku Bosnya.

     "Ya oppa?" jawabnya sembari menuruni anak tangga.

     "Kemarilah, kita mendapatkan client."

     "Benarkah? Mereka dari mana?" bersiap menolak jika client yang dimaksud berasal dari negara lain.

     "Aish kau ini, makanya kau itu harus belajar bahasa asing." menepuk kepala Yoona dengan buku yang ada ditangannya..

     "Sakit! Lagi pula aku terlalu sibuk."

     "Mereka dari seoul. Ini nomor mereka, kau tidak perlu menjemput mereka di bandara, mereka sudah ada di hotel." jelasnya yang mau beranjak pergi.

     "Hah, hotel? Hotel mana yang kau maksud?" tanyanya seraya mengejar Heechul.

     "Memangnya berapa banyak hotel yang bekerja sama dengan kita? Sana pergi! Aku sudah menyiapkan semuanya. Aish, kenapa kau berantakan sekali? Sana mandi! Setelah itu pergi menjumpai mereka disana." putusnya. Tidak menghiraukan kicauan kesal Yoona.

     Dibalik stir mobilnya, ia terus mencoba menghubungi nomor yang sudah diberikan Heechul padanya. Ia merasa aneh. Disaat telepon sudah tersambung, tidak ada jawaban dari pihak yang dihubungi. Berulang kali ia mencoba menghubungi nomor itu, tetap tidak mendapatkan jawaban. Jelas sekali bahwa panggilannya sudah diterima.

     "Sejak kapan Pulau Jeju mengalami kerusakan pada sinyal? Sepertinya teleponku sudah diangkat, kenapa mereka tidak mengatakan apapun? Apa sinyal benar-benar sedang rusak? Aish! Merepotkan saja!" mempercepat laju mobilnya.

♥♥♥

     Lobi hotel yang tenang membuatnya santai dan tidak menyadari bahwa ia telah menunggu lama. Hal yang sangat ia benci. Bahkan managernya sendiri sampai terherankan olehnya. Ia bukanlah pria yang suka menunggu, lebih tepatnya tidak pernah menunggu--menurut Leeteuk selaku managernya.

     Sedari tadi yang dilakukannya hanya memutar-mutar ponselnya. Menunggu panggilan masuk yang sangat ia nantikan. Baru saja ia hendak beranjak pergi karena kesal telah menunggu lama, ponselnya berdering. Ia menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia menerima panggilan tersebut. Tersenyum, senang, bahagia, rindu, itulah yang pria itu rasakan. Tidak, ia hanya mendengarkan gadis yang berada didalam ponsel itu berbicara, tanpa sekali pun menjawab pertanyaannya.

Setelah berulang kali mengangkat panggilan gadis itu, dan tetap tidak menjawab pertanyaannya. Sang manajer merasa geram melihat tingkahnya, lalu seperti kilat meraih ponsel itu darinya.

"Aa, anyeonghaseo. Ya.. baiklah. Ya.. kami sedang menunggu anda di lobi. Ya.. Sampai jumpa." mematikan sambungan teleponnya lalu mengembalikan kepada pria itu. "dia sudah tiba. Aish, kau ini kenapa sih? Jangan seperti itu, walaupun ia sudah terlambat, paling tidak kau harus mengeluarkan kata maaf padanya. Berbaik hatilah." pria itu tidak menghiraukannya. Matanya menatap seseorang yang sedang berjalan melewati pintu lobi. "yak Dave. Kau mendengarku?" ia langsung mengikuti arah pandang pria itu. Seorang gadis sedang berjalan mendekati mereka.

♥♥♥

     Memarkirkan mobilnya tidak jauh dari pintu lobi. Lalu matanya mencari dua sosok pria yang menggunakan jas. Sesuai yang dikatakan Heechul. Ada banyak pria yang menggunakan jas disana. Yoona jadi bimbang. Ia mencoba untuk menghubungi clientnya, tapi ketika ia melihat dua orang pria yang berdiri Tidak jauh darinya, ia merasa yakin bahwa merekalah orangnya. Kedua pria itu juga sedang menatapnya. Merasa yakin ia terus berjalan mendekati mereka. Semakin dekat semakin jelas wajah kedua pria itu. Tampan. Itulah yang ada dipikirannya. Tapi, sesuatu menjanggal dipikirannya. Langkahnya terhenti. Masih menatap wajah itu. Pria yang menggunakan jas berwarna biru tua. Tidak hanya dirinya, pria itu juga terus menatapnya, bahkan kini pria itu yang berjalan mendekatinya. Dan kini, tepat dihadapannya. Mata mereka bertemu untuk beberapa detik.

     Yoona merasa jantungnya berhenti berdetak. Tak terpikirkan lagi olehnya untuk bernafas. Hanya menatap wajah itu. Sedangkan pria itu menatapnya tanpa ekspresi. Dan tidak lama dari itu, pria itu menggerutu kesal.

     "Bukannya meminta maaf, kau malah menatapku seperti itu. Karena kau sudah telat setengah jam, gajimu akan ku potong. Kita sudah bisa berangkat, bukan? Aku tidak ingin menunggu lagi." ucap Dave dingin lalu melewati Yoona. "tunjukkan dimana mobilmu." Diikuti dengan managernya, mereka langsung memasuki mobil Yoona.

     Yoona memukul kepalanya pelan, lalu menggelengkan kepalanya berkali-kali. Mencoba untuk menyadarkan dirinya yang mulai memikirkan yang tidak ingin ia pikirkan. Berusaha menyemangati dirinya, ia berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Tidak, itu bukan dia.

     "Im Yoona, fighting!" serunya menguatkan diri. Walau sudah berusaha sekuat mungkin, disaat ia kembali duduk dibalik stir mobilnya. Ia kembali sulit bernafas. Berkali-kali ia mencoba melirik Dave yang sedang duduk santai dibelakangnya melalui kaca spion tengah. Ia yakin sekali, bahkan sangat yakin. Tapi kenapa tidak ada reaksi apapun darinya?

     "Mau sampai kapan kau melirikku seperti itu?" kata pria itu yang resah melihat tingkah Yoona. Dengan cepat gadis itu nyalakankan mesin mobilnya, setelah itu mobil pun melaju kencang.

     Perjalanan mereka berakhir disebuah taman yang berada disepanjang tepi tebing. Tepatnya Tebing Jusangjeolli. Pemandangan disana benar-benar langka dan hanya bisa dilihat dari beberapa titik disekitar tempat itu. Yoona membawa kedua pria itu berjalan mengintari taman tersebut. Sembari menjelaskan beberapa hal yang penting.

     Kedua pria itu terlihat bersemangat. Melihat clientnya yang bersemangat seperti itu, seharusnya dirinya juga ikut bersemangat. Namun entah mengapa, Yoona terlihat muram. Senyuman yang ia paparkan terlalu terlihat memaksa.

    "Nona, kau baik-baik saja?" sapa Leeteuk disela perjalanan mereka.

     "Aku baik-baik saja." Yoona mencoba untuk tersenyum.

     "Raut wajahmu terlihat tidak baik.."

      "Aa tidak. Aku baik-baik saja." ia lirik Dave yang sedang asik dengan kameranya. Dave terlihat tidak tertarik dengan obrolan mereka dan sudah berjalan mendahului mereka. Hal itu membuat Yoona semakin terlihat murung. Senyuman sudah tak lagi terlihat. Aku yakin itu bukan kau. Tapi..

     Mereka berhenti disebuah titik pada tebing tersebut. Akhirnya mereka mendapatkan pemandangan yang dibilang langka. Keistimewaan dari tebing itu yaitu keberadaan sebuah tumpukan bebatuan yang menyerupai pilar. Batu-batu yang tak terhitung jumlahnya itu benar-benar menjadi objek foto yang wajib untuk diambil gambarnya. Kedua pria itu kembali terlihat antusias. Dave terus-terusan meminta Leeteuk untuk menjadi modelnya. Dan sepertinya Leeteuk tidak keberatan akan itu.

     Yoona bersandar di pagar yang ada dijalan kecil itu. Jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki itu memungkinkan pengunjung untuk berjalan sejauh 2km. Walau terdengar jauh, tapi rasa lelah itu tersingkirkan oleh keindahan pemandangan yang ada disana.

     Disaat Yoona terhanyut dalam pemikirannya sendiri. Terdengar seperti suara erangan seseorang. Ketika dilihatnya, Dave yang sedang memegang kamera tengah menundukkan kepalanya dan sesekali memegang kepalanya.

     "Kita istirahat dulu. Nona, kemana kita harus pergi?" kata Leeteuk yang mendadak serius. Yoona langsung membawa mereka ke sebuah taman yang terdapat bangku tamannya. Leeteuk membiarkan Dave duduk disana, lalu ia pergi untuk membeli minuman. Dan Yoona, gadis itu juga duduk disana. Sesekali ia mencoba melirik pria itu. Ia masih mencoba memikirkan wajah itu. Ada apa ini? Wajahnya.. Apa aku yang salah mengingat?

     Suasana yang sepi membuat taman tersebut terlihat tenang. Tak terdengar hiruk pikuk pengunjung. Begitu juga dengan Yoona dan Dave. Mereka masih duduk disana. Disebuah bangku yang baru saja gadis itu sadari. Bangku itu pernah dijadikan sebagai lokasi syuting sebuah drama Korea yang berjudul 'Secret Garden' dan tempat itu kini dikenal dengan sebutan 'Secret Garden Kissing Bench'.

     Yoona kembali terlihat gelisah. Duduk berduaan disebuah bangku yang berlegenda bersama orang yang sudah membuatnya menjadi muram. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Pria ini, mungkinkah dia.. Yoona merasakan panas pada matanya. Sepertinya kini dirinya sudah tidak mampu menampung segala penat yang menyerbunya. Baru saja ia hendak bangkit dari bangku taman itu, seketika tubuhnya mematung ketika dilihatnya Dave sedang menutup matanya sembari menghadap ke langit. Bibirnya yang mengulaskan senyuman memaksa jantung Yoona untuk bedegup kencang. Bahkan amat kencang. Sayangnya kedatangan Leeteuk menyadarkannya yang tanpa sadar melamun disana.

     "Minumlah." Leeteuk memberikan sebotol minuman kepada Dave. Lalu menyodorkan sebotol minuman lainnya kepada Yoona. Tapi Yoona tidak menyambutnya, ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Masih menatap Dave dalam diam. "Nona, ini minumanmu." tegur Leeteuk pelan. Bukannya menerima minuman itu, Yoona berdiri dengan cepat lalu permisi dengan mereka untuk pergi dari sana. Tidak menunggu jawaban, Yoona sudah melenggang entah kemana.

     "Terima kasih hyung." ucap Dave lembut. Ia tersenyum sembari meneguk minumannya. Namun, walau bibirnya mengulaskan senyuman, matanya terlihat memerah.

     "Kau baik-baik saja?" tanya Leeteuk.

     "Hem.." jawabnya dan masih tersenyum

     Yoona kembali menemui kedua pria itu setelah berhasil menenangkan pikirannya. Dilihatnya, Dave sudah kembali asik dengan kameranya, tentunya dengan Leeteuk yang menjadi modelnya. Yoona kembali duduk di bangku taman. Leeteuk yang menyadari kedatangannya segera menghampirinya.

     "Kau darimana saja? Aku kira kau akan meninggalkan kami disini." ucapnya sedikit bercanda.

     "Aku tidak mungkin meninggalkan clientku. Aku bisa dipecat."

     "Benar juga. Bagaimana kalau kita kembali ke hotel saja? Perjalanannya kita lanjuti besok."

"Baiklah."

     Mobil berhenti tepat didepan pintu utama hotel. Kedua pria itu turun dari mobilnya. Tidak seperti harapannya, Dave tidak sedikitpun menegurnya. Pria itu hanya terus berjalan membelakanginya. Tinggallah Leeteuk disana. Setidaknya Yoona tidak dihiraukan oleh dua orang pria.

     "Besok saya akan tiba disini pukul 7 pagi. Saya akan menunggu kalian di lobi. Dan jangan lupa, besok kita akan menginap, aku hanya ingin mengatakan itu."

     "Baiklah. Saya masuk dulu. Naeil bopsida(sampai jumpa besok pagi)." setelah Leeteuk menghilang dari balik pintu kaca itu, barulah Yoona kembali masuk kedalam mobilnya. Wajah murungnya kini terlihat jelas, tanpa senyuman disana. Perjalanannya menuju rumahnya sangat senyap tanpa suara sedikitpun.

     Duduk santai di balkon kamarnya. Menatap pantai Hyeopjae yang kini sedang menelan matahari. Sinar matahari yang lama kelamaan menghilang seakan juga merenggut kebahagiaannya. Biasanya dirinya sangat senang jika melihat sunset, namun tidak untuk saat ini. Tiba-tiba saja wajah Dave kembali terlintas dipikirannya.

     Bahkan wajah mereka nyaris sama. Hanya rambut, gaya pakaian dan cara bicaranya saja yang berbeda. Dan juga caranya menatapku. Pikirnya.

     "Ya, mereka berbeda. Jika itu dia, pasti sudah memelukku. Aa, bahkan namanya jauh berbeda." ujarnya pada dirinya sendiri. "hoh, ada apa denganku? Kenapa sulit sekali melupakanmu?" timbullah wajah pria lainnya, pria yang sangat ia rindukan. Tidak mampu membendungnya, Yoona berlari memasuki kamarnya. Ia membuka sebuah kotak yang diletakkannya dibawah kasur. Dikeluarkannya satu-persatu isi kotak tersebut.

     Sebuah diary yang terdapat sebuah kalimat. Sebuah tulisan singkat yang hingga saat ini terus melekat diingatannya.

     "Tidak perlu melihat, hanya perlu merasakannya." ucapnya pelan.

     Ia tutup buku diary itu. Lalu diambilnya sebuah foto, foto yang memperlihatkan sepasang kekasih, penuh cinta, tersenyum bahagia, dan bergandengan tangan. Air mata menetes hingga menyentuh foto tersebut. Ia langsung menaruh kembali foto itu kedalam kotak. Ketika itu, matanya menangkap sebuah benda berkilau yang menyelip dari tumpukkan foto. Tangannya langsung meraih itu. Ternyata itu adalah sebuah kalung dengan mainan matahari imut yang bergantungan. Hatinya seakan remuk. Kalung itu menarik semua kenangan itu. Membuatnya harus kembali mengingat semuanya. Ia menutup kembali kotak tersebut dan meletakkannya kembali kebawah kasurnya. Namun tidak dengan kalungnya. Kini kalung tersebut sudah bergantung indah di lehernya.

     Malam itu Yoona lewati begitu saja. Dirinya tertidur pulas setelah menghabiskan banyak air mata. Sedangkan kedua pria itu. Mereka masih terlihat santai dengan kopi hangat mereka, duduk santai diatas sofa mahal yang ada dikamar hotelnya. Leeteuk sedang membaca bukunya. Lalu Dave, pria itu sedang asik dengan kameranya. Ia terlihat bahagia, memperhatikan setiap foto yang ia ambil dengan serius, lalu tersenyum puas.

     "Astaga, kapan kau mengambil foto itu? Sepertinya tadi aku tidak ada melihat kau mengambil gambar seperti itu. Lagian kita kan tidak ada mengunjungi toko perhiasan." tanya Leeteuk ketika melihat foto yang sedang Dave lihat. Ia langsung meletakkan bukunya dan mendekati Dave. "matahari?"

     "Hem." jawab Dave santai, dengan seulas senyuman menawannya.

     "Kau ingin membelinya?"

     "Aku sudah membelinya." jawab Dave tidak menghiraukan pandangan heran dari Leeteuk.

     "Sudah? Kapan? Lalu, dimana barangnya?"

     "Aku sudah membelinya 10 tahun yang lalu. Barangnya sudah bersama pemiliknya."

     "Oo? aku tidak mengerti maksudmu."

     "Sudahlah hyung, lebih baik kau tidur saja. Bukannya gadis itu akan menjemput kita pukul 7 pagi? Aku tidak ingin bersusah payah membangunkanmu. Lagi."

     "Aish kau ini. Baiklah, aku akan tidur. Kau juga tidur dan jangan lupa minum obatmu. Oh iya, satu lagi. Besok kita akan menginap, jadi siapkan pakaianmu. Good night."

     Leeteuk sudah tertidur pulas. Sedangkan Dave, pria itu masih asik dengan kameranya dan masih mengamati foto tersebut. Sebuah kalung dengan mainan matahari yang imut. Ia tersenyum getir. Matanya mulai berkaca-kaca. Dengan cepat ia mematikan kameranya. Setiap kali ia mengamati foto itu, dirinya menjadi sensitif. Emosinya meningkat begitu juga dengan segala perasaan lainnya. Tiba-tiba saja ia merasakan sakit pada kepalanya. Dave kembali mengerang kesakitan. Ia berusaha menutup mulutnya agar Leeteuk tidak mendengarnya. Segera ia minum obatnya dan mencoba untuk tidur. Walau sulit, tetapi ia berhasil dan tertidur.

♥♥♥

     "Yak! Yoona! Cepat bangun!" teriak Heechul mencoba membangunkan Yoona dari tidur. Gadis itu memaksakan dirinya bangkit dan berjalan terseok-seok menuju kamar mandi. "aku sudah menyiapkan mobil, begitu juga dengan penginapan kalian disana. Maka itu kau harus cepat, bukankah kau sudah berjanji untuk menjemput mereka pukul 7 pagi?"

     "Iya iya." setelah ia selesai dengan semua perlengkapannya, ia langsung melesat ke hotel untuk menjemput kedua pria itu. Hari ini perjalanan mereka akan lama dan mengharuskan mereka untuk menginap. Sesungguhnya hal ini yang membuat Yoona sulit untuk tidu. Berada didekat Dave membuatnya kembali mengingat masa lalunya dan itu menyakitkan untuknya.

     Setibanya di hotel, ia langsung mencari keberadaan kedua pria itu disana. Pada saat itu keadaan disana tidak terlalu ramai, karena itu ia dapat dengan mudah menemukan mereka. Namun yang terlihat olehnya hanya Dave seorang. Itu masalah untuknya.

     Perlahan ia berjalan menghampiri Dave yang sedang duduk santai sembari membaca buku. Aneh sekali, gadis itu malah terpaku berdiri dihadapan pria itu. Ia terlihat gugup. Berulang kali ia mencoba menegurnya, tetap saja tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ayolah Yoona.. Katakan sesuatu!

     "Duduklah, sepertinya hyung akan sedikit terlambat." kata Dave tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya dari buku yang ia pegang. Yoona tidak terlalu mendengarkan apa yang ia katakan, karena pada saat itu yang ada pikirannya adalah bagaimana cara ia menghadapi pria itu. Duduk disampingnya juga merupakan pilihan satu-satunya. Karena entah kebetulan atau apa, hanya terdapat satu buah sofa disana dan ukurannya hanya untuk dua orang saja. Yoona, sadarlah, dia itu berbeda. Erangnya dalam hati.

     Yoona terus berusaha untuk tidak terlihat gugup ketika berada didekat Dave. Seperti saat ini, ia memilih mendengarkan musik dari ponselnya. Ternyata berhasil. Instrument Yiruma yang berjudul Maybe berhasil membuatnya tenang. Bahkan ia benar-benar terhanyut dalam irama piano tersebut. Seperti sebuah hipnotis, dengan nyaman ia menutup matanya, menikmati setiap nada yang ia dengar, hingga tak terpikirkan lagi olehnya tentang keberadaan pria itu. Musik berganti, masih dengan instrumennya Yiruma, kini ia mendengarkan Indigo. Iramanya semakin menenangkan jiwa. Ketika ia terhanyut dalam musik itu, ia seperti merasakan adanya sebuah tatapan yang dilayangkan kepadanya. Dengan cepat ia membuka matanya lalu menoleh kearah pria itu. Tidak seperti yang ia duga, ternyata pria itu masih serius dengan bukunya. Yoona kembali memfokuskan diri pada alunan musik.

     Sudah kesekian kalinya music berganti, akhirnya Leeteuk tiba juga. Pria itu menghampiri Dave dengan wajah kesalnya. Ia juga memarahi Dave karena tidak membangunkannya. Namun Dave si pria dingin itu -menurut Yoona- tidak menghiraukannya. Ia malah bertanya kepada Yoona dimana gadis itu memarkirkan mobilnya, setelah itu dengan santai ia berjalan mendahului Leeteuk dan Yoona.

     "Aish, anak itu benar-benar! Nona, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu menunggu. Seharusnya Dave membangunkanku, tapi anak itu, hah, dia selalu berhasil membuatku kesal." celotehnya terus-menerus.

     "Sudahlah, tidak masalah. Ayo kita berangkat." ucapnya sembari tersenyum. Mereka segera menghampiri Dave yang sudah berada didalam mobil. Tetapi sebelum mereka masuk kedalamnya, Yoona menghentikan langkahnya. "tu,tunggu dulu." katanya bermaksud menghentikan Leeteuk yang hendak membuka pintu mobil.

     "Kenapa?" tanya Leeteuk.

     "Aku tidak nyaman jika dipanggil dengan sebutan Nona. Panggil nama saya saja. Im Yoona, itu nama saya." ucapnya malu-malu.

     "Aa.. Yoona."

     "Kalau begitu ayo kita masuk, kita harus segera berangkat."

     Sebuah pegunungan yang menjulang tinggi dengan udaranya yang sejuk. Terdapat juga ribuan anak tangga yang diperuntukkan wisatawan agar dapat mendaki dengan nyaman. Leeteuk terlihat sangat bersemangat, ia sudah tidak sabar untuk mendaki. Tapi Dave terlihat biasa-biasa saja. Padahal ia sudah terlihat sangat siap dengan kameranya. Berbeda dengan Yoona, gadis itu terlihat gelisah. Bahkan dirinya tidak bisa dengan benar memakai sarung tangannya. Tangannya terus gemetaran. Sebenarnya inilah masalah terbesar gadis itu ketika memandu wisatawan. Dirinya harus berpura-pura menyukai pegunungan, menyukai puncak gunung yang sangat tinggi. Hal yang harus ia hadapi ketika berada di Seongsan Ilchulbong.

     "Apa kita sudah bisa naik?" Tanya Leeteuk kegirangan.

     "Ya.. naiklah." kata Yoona terbata-bata namun tidak disadari oleh Leeteuk. Pria itu sudah berlari kecil menaiki anak tangga. Lalu diikuti Dave yang mulai berjalan santai dan mulai mengambil gambar. Yoona mengikuti langkah Dave dengan pelan.

     "Apa tidak masalah jika barang-barangku dibiarkan begitu saja?" ujar Dave yang mendadak menghentikan langkahnya.

     "Ee?" Yoona tidak mengerti maksud perkataannya.

     "Barang-barangku yang ada didalam mobilmu, apa tidak masalah jika ditinggalkan begitu saja?" kata pria itu sekali lagi. Yoona masih mengatup bibirnya yang mulai membeku kedinginan. Tidak tahu harus menjawab apa. Ia sedikit bimbang dengan maksud pria itu.

     "Maksudku, bisakah kau menjaga barangku saja?" jelas Dave tanpa ekspresi. Tentu Yoona dengan senang hati akan melakukannya. Senyuman langsung merekah indah di wajahnya.

     "Alkessoyo(baiklah)! Maaf aku tidak bisa membawa kalian kesana." ucapnya malu-malu. Namun sudah tidak didengar pria itu. Dave sudah menghilang tertutupi wisatawan lainnya. Yoona langsung kembali kedalam mobil. "syukurlah dia menyuruhku menjaga barangnya. Kalau tidak, hoh, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku diatas sana." duduk santai didalam mobil sembari menunggu kedua pria itu kembali.

     Tertidur dalam kesunyian. Berada didalam mobil membuat tubuhnya terasa lebih hangat, sehingga membuatnya merasa nyaman hingga tertidur lelap. Tetapi itu tidak berlangsung lama, sebuah nada dering ponsel membangunkannya. Ia langsung mencari asal suara tersebut. Tampak sebuah ponsel entah milik siapa yang terselip disebuah ransel, ia meraih ponsel tersebut. Terdapat sebuah panggilan dan tertera sebuah nama disana.

     "Sandara?" nama itu membuatnya terdiam sejenak. "apa ini ponsel mereka? Aa.. kurasa begitu." merasa tidak perlu mengangkat telepon tersebut, ia meletakkan kembali ponsel tersebut. Tetapi sebelum ia meletakkan ponsel itu, panggilan itu terputus lalu terlihatlah olehnya sebuah foto disana. Jelas sekali bahwa pria itu adalah Dave. Lalu ada seorang gadis yang sedang tersenyum bersamanya. "cantik sekali.." pikirnya. Yoona kembali menatap foto pria itu. Wajahnya berubah muram. Ia sudah berusaha keras untuk tidak memikirkan itu. Tetapi wajah Dave terus memaksanya untuk kembali memikirkan masa lalunya. "Baiklah, kau itu Dave.. kalian berbeda." dengan cepat ia segera meletakkan ponsel tersebut.

     Menunggu kedua pria itu sambil mendengarkan alunan piano dari Yiruma. Nyaman sekali mendengar instrument itu. Yoona langsung dapat menikmatinya, lantas ia menutup kedua matanya, agar lebih menikmati iramanya. Tersenyum manis menandakan kepuasan akan ketenangan yang ia rasakan. Tidak bisa ia pungkiri, masa lalunya kembali melayang dipikirannya. Ya, musik itu merupakan salah satu kenangannya dimasa lalu. Karena itu, hingga sekarang ia masih menyimpannya.

     Musik terus berganti. Tentunya masih dengan alunan pianonya Yiruma. Kelembutan pada musiknya membuat keadaan didalam mobil tersebut terasa nyaman. Tetapi, ditengah kehangatan itu, Yoona mendengar suara sebuah ketukan pada kaca mobilnya. Ia kontras reflek menoleh kearah suara tersebut. Wajah mereka bertemu dengan jarak yang amat dekat, walau terhalang dengan kaca mobil, namun saat ini itu adalah jarak yang terdekat untuk mereka. Tentu saja Yoona terlonjak kaget. Tetapi tidak dengan pria itu. Dave dengan santai memberinya sebuah kode untuk segera membuka pintu mobilnya.

     Pintu terbuka, tetapi pria itu tidak langsung masuk kedalam mobil. Ia terdiam sejenak didepan pintu, ia baru bergerak masuk ketika Yoona menegurnya. Yoona sangat beruntung, berkat musik yang ia putar, ia dapat menyembukan bunyi debaran jantungnya. Walaupun Dave duduk dibelakangnya, ia tetap mengkhawatirkan suara debaran jantungnya itu. Setelah berkali-kali memberanikan diri untuk melirik Dave dari spion tengah, ia pun baru teringat dengan ponsel yang tadinya berdering.

     "Tadi aku mendengar suara ponsel berdering." ucapnya hati-hati tanpa menatap Dave. Tidak ada jawaban. Ia mencoba mengulang kata-katanya, namun Leeteuk datang dengan sangat tiba-tiba, membuatnya mengulurkan niatnya.

     "Maaf aku terlambat. Ini minuman untukmu, hati-hati, kopinya masih panas." Leeteuk memberikan Yoona segelas kopi panas, sangat cocok untuk cuaca disana yang kebetulan dingin. Perlahan gadis itu menyeruput kopi panasnya. Ponsel itu kembali berdering. Tidak lama dari itu, Dave menerima panggilan itu. Berharap bisa mendengar obrolan pria itu, sayangnya, Yoona tidak mengerti dengan bahasa yang pria itu gunakan. Sepertinya pria itu menggunakan bahasa Prancis. Yoona sedikit kecewa. Obrolan mereka berakhir singkat. Kembali terdengar jelas di pendengarannya alunan piano nan indah itu.

    "Yak Dave, kau mengganti nada deringmu?" Tanya Leeteuk memecahkan suasana. Dave hanya menatap Leeteuk sejenak lalu membuang muka. Pria itu malah menikmati pemandangan dari balik kaca. "Nona.. aa, maksudku, Yoona, kau menyukai instrument Yiruma?" Tanya Leeteuk.

     "Ya." jawab Yoona dengan riang.

     "Wah, kalau begitu bukankah sama dengan.." Leeteuk menghentikan perkataannya. Yoona langsung menoleh kepadanya.

     "Ya? Sama apanya?" menunggu jawaban darinya.

     "Sama denganku. Hehehe.." sambungnya lalu tertawa diikuti dengan gadis itu.

     "Wah, kalau begitu saya bisa sering-sering memutar musik ini. "

     "Tapi, apa alasanmu menyukai musik ini?"

     "Saya? Hem.. lagu ini mengingatkan saya kepada seseorang."

     "Orangtua? Teman? Atau mungkin kekasihmu?"

     "Hahaha, kenapa anda ingin tahu soal itu?" Yoona merasa malu untuk mengatakannya.

     "Saya hanya ingin tahu. Kau merindukannya?"

     "Hem.." ia mengangguk mengiyakan.

     "Lebih baik kita langsung ke penginapan." sela Dave.

     "Sekarang? Tidakkah terlalu cepat?" kata Yoona kaget.

     "Aku ingin istirahat." Balas Dave tanpa menoleh.

     "Tapi, kita belum melihat sunset. Melihatnya dari sini akan lebih indah." jelasnya yang terdengar memohon.

     "Bukankah tugasmu untuk membawa client kemanapun mereka mau?" ucap Dave ketus sambil menatap gadis itu lekad.

     "Baiklah." meletakkan kopinya yang setengah habis kesebuah kotak, lalu menyalakan mesin mobilnya. Pria itu tidak menghiraukan tatapan membunuhnya Leeteuk. Mobil pun meluncur dengan mulus.

     Mereka tiba disebuah penginapan tradisional korea yang terletak tidak jauh dari gunung yang tadinya mereka kunjungi. Tentunya penginapan itu masih menyuguhkan pemandangan yang indah dengan terlihatnya gunung dari sana. Tidak terlalu mengecewakan. Heechul menyiapkan penginapan yang tepat. Paling tidak Yoona masih bisa melihat sunset dari sana.

     Mereka masuk kedalam kamar masing-masing. Kali ini Dave meminta kamar terpisah dengan Leeteuk. Entah kenapa, tapi Leeteuk tidak mempermasalahkan itu. Baginya Dave sudah seperti adiknya sendiri, walaupun Dave adalah anak dari bos tempat dimana ia bekerja, dan mereka baru berkerja sama selama 1 tahun, kedekatan mereka sudah seperti kakak beradik. Ia juga sudah terbiasa dengan sikap dingin Dave. Ia sudah sangat mengerti pria itu.

     Yoona membaringkan tubuhnya diatas kasur. Menarik nafas panjang lalu perlahan menghembuskannya. Ia terhanyut dalam kesunyian. Dan hal itu pun selalu terjadi. Ketika dirinya termenung, kenangan masa lalunya kembali menghampirinya. Tetapi kini sedikit berbeda, pria itu, tiba-tiba saja wajah pria itu yang terlintas dipikirannya. Ia teringat akan hal itu, dimana pria itu menatapnya dengan lekat dan berbicara dengan ketus. Dikatakan normal jika merasa sakit hati ketika seorang pria memperlakukannya seperti itu. Tapi tidak dengan Yoona.

     Menurutnya tatapan pria itu memiliki arti yang berbeda. Berbeda dengan apa yang pria itu ucapkan. Karena itu ia tidak terlalu mempermasalahkannya. Yoona tengah memgamati kalung yang ia gunakan. Ia ingin tersenyum, namun kesedihan yang ia rasakan menepis senyuman itu. Kalung itu selalu membuatnya sensitif dan ingin menangis. Tidak tahan dengan gejolak yang ia rasakan. Dengan cepat ia bangkit dari kasur dan melangkah keluar.

     Halaman yang luas ditambah pemandangan yang indah berhasil menenangkan hatinya dan menghentikan laju air matanya. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk menunggu sunset. Disebuah bangku taman, gadis itu duduk seorang diri. Pegunungan dan juga lautan yang masih dapat tertangkap mata benar-benar indah. Seperti saat ini, ketika matahari secara perlahan bersembunyi dibalik lautan, pemandangan yang luar biasa indah. Tentu senyuman akan mendampingi pemandangan itu. Dan tanpa ia sadari, air mata mengalir dipipinya yang lembut. Tidak hanya itu, seketika perasaan itu kembali lagi. Hatinya seakan remuk, gadis itu dengan cepat menundukkan wajahnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

     "Bibi.." kata seseorang. Gadis itu mencoba mengintip dari sela jemarinya yang masih menutupi wajahnya. Ternyata seorang bocah laki-laki. "Bibi, ini ada bunga untukmu.." kata anak itu sembari memberikannya setangkai mawar merah kepadanya. Yoona meraih bunga tersebut. Raut wajahnya terlihat bingung.

     "Dari siapa bunga ini?" sambil bercucuran air mata ia mengatakannya.

"Dari paman itu.." anak itu menunjuk kearah seorang pria. Tetapi Yoona tidak bisa melihat wajahnya. Pria itu sudah berjalan membelakanginya. "oo? Paman!" teriak anak itu memanggil pria itu. Namun pria itu terus berjalan menjauh. "aish, kenapa dia pergi. Bibi, aku harus pergi. Annyeong.." anak itu pun berlari meninggalkannya.

     "Yak! Jangan memanggilku bibi!" sempat kesal ketika mendengar anak itu memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Namun, disaat ia kembali melihat mawar yang ada ditangannya. airmatanya berhenti seketika. Keningnya mengkerut, jantungnya berdetak dengan cepat. Ia rasakan nyeri pada sendi-sendi kakinya. Tapi walau begitu, ia tetap berusaha untuk berdiri dan mulai berjalan hingga berlari. Mencari sesuatu. Lebih tepatnya mencari orang yang memberikan bunga itu padanya.

     Dapat terlihat ekspresi keresahan pada wajahnya. Berlari seperti orang gila. Mencari kesana kesini. Bunga mawar yang ia pegang sudah tak lagi utuh. Matanya memerah menahan tangis. Pikirannya kini dipenuhi dengan pria itu.

     "Apakah itu kau? Apa benar itu kau? Hanya kau yang mengetahui tentang mawar ini, Yak.. keluarlah, jangan bersembunyi seperti ini.." gumamnya sambil terus berlari. "kumohon padamu, jangan bersembunyi seperti ini. Keluarlah.. aku tahu itu kau.. kumohon.." air mata kembali keluar. Dengan suara lirih ia terus bergumam.. "yak.. Oh Sehun.." terduduk lemah diatas aspal. "Sehun-a.."

Continued..

Cerita ini Short Story ya kak. Hanya ada 3 part. Tapi isi setiap partnya panjang2 kok.

Gimana kak?

Suka?

avataravatar
Next chapter