77 Tempayan Retak

02 Oktober 1274 AG - 01:00 Pm

Tigris - Distrik Merah

—————

Tirai ranjang itu menampakkan siluet dua manusia yang menyatukan badan mereka.

Jemari lentik seorang perempuan meraba tubuh kekar pria yang telentang di bawahnya. Rambut bergelombangnya terurai, menyapu dan menggelitik kulit di kala bibirnya ikut menjelajah. Sesekali bibir itu mencium leher si pria sebelum membisikan sesuatu ke telinganya.

"Aku lebih suka lelaki perjaka. Kalau bukan karena aku haus, aku tidak berminat denganmu."

Siluet pria itu tidak bergeming. Di antara remang dia memandang perempuan yang masih bermain-main di atasnya. Tidak ada suara dari pria yang nampak brewokan itu, tidak pula desahan ataupun geliat. Dia tidak bereaksi apa-apa seakan kegiatan itu tidak ada sensasinya.

"Informasi?" Pria itu bertanya singkat.

"Layani aku dulu," jawab wanita itu di kala jemarinya kembali menjelajah. Jemari itu berhenti di lambang mata dan segitiga terbalik di dada pria yang ditungganginya. Dia menekan jari telunjuknya di lambang itu dan berkata, "Perhatikan posisimu, Anak baru."

"Perhatikan tugasmu, Nona Livina."

"Cih."

Namanya Livina. Dia juga dipanggil Linda, Clara, Sheena dan serentetan nama lain tergantung kepada pria mana dia mengenalkan dirinya. Livina juga memiliki watak berbeda bahkan wajah berbeda mengikuti dengan siapa dia berurusan.

Wanita itu adalah anggota sebuah organisasi rahasia yang lima tahun ini memantau Tigris. Dia mengumpulkan informasi dari para pedagang, bangsawan, agamawan, serta semua kalangan yang mungkin bisa dia korek di atas ranjang. Dia juga bertugas menyampaikan informasi terbaru dari organisasi untuk anggota lain yang ada di Propinsi Tigris.

Tidak ada seorangpun yang tahu latar belakangnya. Tidak ada pula yang tahu usia yang sebenarnya. Yang mereka tahu  hanyalah kecakapan Livina menyelesaikan tugas-tugas penting, juga kelainan wanita itu yang semakin parah. Tidak bisa dipungkiri, Livina adalah pecandu seks. Dia dijuluki pemburu perjaka dan sudah banyak lelaki lugu yang jadi korbannya. Dia seakan tidak pernah terpuaskan berapa banyak pun lelaki yang menjamah.

Semua anak buahnya tahu sehaus apa perempuan itu, termasuk pria yang saat ini bercinta dengannya. Anggota baru itu terpaksa melayaninya demi informasi rahasia yang harus segera dia kerjakan. Livina pun membuka mulutnya setelah mendapat erangan panjang dan nafas tersengal.

"Seperti yang kamu pikirkan, constable sudah dibawah kendali kita." Livina bicara sambil mengenakan pakaian yang hanya menutupi sebagian tubuh.

"Militer Tigris bisa digerakkan?" Pria itu bertanya tanpa beranjak dari ranjangnya.

Perempuan itu menggeleng. Dia menjawab, "Tapi militer tidak boleh bergerak seburuk apapun konflik yang akan terjadi nanti. Ini perintah resmi dari constable."

"Siapa yang kita gerakkan? Mercenary?"

"Hanya sebagian. Sebagian besarnya fanatik yang kita persenjatai. Celeste sudah menyiapkannya empat bulan ini."

Pria itu tidak merespon.

"Kamu tidak percaya?" Perempuan itu menanggapi keraguannya. "Perintah itu memang constable terima beberapa hari lalu. Tapi rencana ini sudah berjalan lama. Para fanatik di wilayah selatan sudah siap menggempur Tigris."

"Apa mereka pasti bergerak?"

Livina langsung terbahak.

"Apa mereka pasti bergerak, katamu? Kamu perlu belajar banyak, Anak baru." Livina menghampirinya dan mendekatkan bibir ke telinganya. "Kamu kira fanatik mengorbankan nyawa hanya demi omong kosong membela agama? Belajarlah memahami bagaimana dunia bekerja, Tuan Earl."

Pria yang dipanggil gelarnya itu tidak menjawab. Perempuan itu membuka lagi pakaiannya dan menindih pria itu sebelum berbisik lagi dengan suara yang lebih pelan.

"Kamu tahu istilah 'tempayan retak,' Tuan Earl Moltavide?"

***

"Tempayan retak?" Di waktu yang hampir sama di balai kota, seorang perempuan anggun bertanya kepada Grall. "Maksudnya, Tuan Marquis?"

Grall tidak mengalihkan pandangan dari balik jendela ruang rapat. Dia berusaha keras menjaga kharismanya, karena wanita 33 tahun itu adalah sosok istimewa bagi rencananya, juga untuk kehidupan pribadinya.

Karena Barlux mengajak jalan-jalan tamu lain, dengan terpaksa dia berdua saja dengan Gracia.

'Dasar mak comblang!' umpat Grall dalam benaknya, karena merasa dijebak Barlux.

"Tuan Marquis?"

"Oh, maaf." Grall sedikit terhenyak. Dia tersipu malu saat menatap sekilas wajah cantik perempuan itu. "Apa yang terjadi ketika kita memasak air di tempayan keramik?"

"Air akan mendidih, Tuan."

"Kalau tempayan itu ditutup?"

"Tutupnya akan terdorong uap air demi mengurangi tekanan."

Grall tersenyum. Dia menatap Gracia setelah menguasai sikap canggungnya.

"Bagaimana jika tutupnya dibuat lebih rapat? Bagaimana jika uap air itu tidak mampu mendorongnya, Nona Gracia?"

Gracia sejenak merenung. Dia nampak memikirkan makna lain dari analogi yang Grall sampaikan.

"Tempayannya akan retak, Nona. Itulah bagaimana pikiran manusia bekerja."

"Maksudnya, Tuan?"

Senyum Grall merona. Perasaannya jadi ringan ketika melihat ekspresi lembut perempuan itu. Gracia bukan hanya cerdas karena buku-buku yang dia baca, perempuan itu juga sangat rendah hati untuk mau menerima pengetahuan baru dari siapapun.

Jujur, Grall jatuh cinta. 15 tahun lamanya dia simpan perasaan itu rapat-rapat. Meski dia sudah merelakan mendiang istrinya, keadaan lah yang tidak mendukungnya untuk menjalani hubungan baru. Grall merasa segan karena terlalu lama menggantung hati perempuan itu.

"Ehem, Tuan Marquis?"

"Oh, maaf. A—air dalam tungku adalah keadaan emosi manusia, Nona. Sedangkan api adalah sesuatu yang mempengaruhinya. Nona tahu api seperti apa yang saya maksud?"

Gracia menggeleng.

"Rakyat di wilayah selatan sudah lama iri dengan kesejahteraan wilayah utara, Nona. Mereka juga ingin punya kehidupan yang sama. Kesenjangan itu semakin parah setelah 15 tahun ini Tigris menjadi propinsi paling kaya, diikuti empat propinsi di wilayah utara yang lain. Kecemburuan itu lah apinya, Nona."

"Tapi bukankah mereka cukup migrasi saja ke wilayah utara, Tuan? Bukankah sebagian dari mereka sudah melakukannya? Bukankah kebijakan kerajaan tidak melarang perpindahan penduduk?"

"Memang, seharusnya mereka cukup pindah saja. Tapi mereka tidak melakukannya karena tutup tempayan yang saya maksud tadi, Nona. Dan itu adalah ajaran Celestesphaira."

avataravatar
Next chapter