36 Siluet Para Pembunuh

24 September 1274 AG - 11:20 Pm

Kota Tigris - Tidak Jauh dari Distrik Merah

—————

Beberapa jam setelahnya.

Gelap gulita menyelimuti Kota Tigris. Para warga mematikan obor di depan rumah mereka sehingga tidak banyak lagi orang berlalu lalang. Udara pun sangat dingin karena malam itu menjelang akhir musim gugur. Suasana itu hanya menyisakan orang-orang tertentu saja yang cukup berani untuk berkelana di malam hari.

"Nikmat Lord yang mana yang kamu dustakan? Hahahaha!"

Seseorang sedang terbahak saat dia berjalan. Dia merangkul seseorang paling muda yang nampaknya junior di Celestesphaira.

"Selamat datang di dunia dewasa, Junior! Hahahaha!"

Mereka adalah enam orang bertudung cokelat yang sudah membuka tudungnya. Setelah menyewa beberapa wanita penghibur, mereka memasang lagi identitas Celestesphaira yang bisa dilihat dari cincin mereka.

Si junior yang nampaknya pembantu priest itu mengangguk. Meskipun dia tadi hanya menjaga pintu, tapi dia tetap merasa berdosa dengan apapun alasannya.

"Kita ini pengabdi Lord. Kalau cara berdoamu benar, dosa apapun pasti Lord maafkan," Si senior yang merupakan satu-satunya cleric⁴ di gerombolan itu menebak-nebak isi pikiran si junior.

Si junior hanya bisa diam karena para senior itu pandai menggunakan firman-firman Tuhan untuk beralasan. Si lugu itu bahkan dihina karena tidak menyentuh pelacur yang mereka sewa.

"Kamu tidak merasa aneh malam ini?" tanya seorang priest kepada si cleric. "Dari tadi kita tidak melihat prajurit patroli."

"Ah, paling-paling mereka mabuk-mabukan. Kamu seperti tidak tahu prajurit Tigris saja. Mereka itu pemuja nafsu duniawi."

Si junior hanya merenung melihat kelima seniornya bergelak tawa. Dia tidak mau bersuara karena merasa tidak nyaman dengan topik yang mereka bicarakan. Bukan hanya tentang pelacuran. Si junior itu juga menyesalkan asal uang yang tadi sore Bishop Ipocrati bagikan.

Apapun alasannya, uang korupsi itu najis. Si junior itu tidak mau membelanjakannya seberisik apapun para senior itu meledek. Dia memandang kantong uangnya lama-lama karena melamunkan dosa yang akan dia terima.

"Hei, uang itu memang kotor. Makanya diserahkan ke kita agar uang itu jadi suci." Si cleric menegur lagi. "Itu cara Lord mengirim berkat ke kita. Kamu kira kita berdoa bertahun-tahun itu tidak ada hasilnya?"

Si junior mengangguk meski dalam hati dia tidak setuju sama sekali. Dia hanya diam dan membiarkan senior itu semakin kreatif membuat alasan.

Si cleric itu berhenti bicara ketika seorang priest menegurnya.

"Tadi kita enam orang kan?" ujar si penegur itu sambil menghitung lagi jumlah anggotanya.

Si cleric yang suka khotbah itu ikut-ikutan menghitung. Dia hanya tertawa setelah menyadari seseorang tertinggal di belakang.

"Paling-paling dia kencing." Dia menepuk si junior dan menyuruhnya menyusul orang itu. "Kita ada jamuan, besok. Jangan lama-lama!"

Si junior langsung berlalu tanpa menunda. Setelah berjalan agak lama, dia melihat seseorang sedang berdiri menghadap tembok.

"Oh, ternyata Tuan di sana."

Si junior langsung mengenali orang itu meski gelap malam menyulitkan pandangan. Dari baju yang pria itu kenakan, si junior tahu dia adalah priest yang tadi tertinggal

"Tuan?" Si junior itu menegur dari belakang.

Orang yang dia panggil masih berdiri. Priest itu sama sekali tidak bersuara, juga tidak bergerak sedikitpun. Merasa curiga, si junior pun menghampirinya. Di gelap malam dia agak ragu saat tangannya hendak mencolek punggung pria itu.

"Tu—tuan?"

Si junior makin curiga karena priest itu belum juga bersuara. Dia mencoleknya lebih keras sampai badannya sedikit tergoncang ... dan kepalanya bergeser ke belakang.

'Demi Lord!!!'

Si junior langsung pucat setelah sadar leher priest itu hampir terpotong. Kepala itu menggantung di sisa kulit leher dengan mata melotot ke arahnya.

"Agag gag gag gag gag!"

Rasa panik menyerang. Suaranya seakan tercekat karena kondisi mayat yang mengerikan. Si junior itu jatuh terduduk dan mundur ke belakang ketika kepala mayat itu jatuh menggelinding. Dia terlalu kaget sehingga tidak mampu berteriak. Bulu kuduknya berdiri ketika telinganya mendengar teriakan seseorang.

Spontan, si junior bersembunyi di balik tumpukan sampah. Dia merapalkan doa-doa semoga Lord mau melindunginya. Tapi di tempat itu, dia justru melihat pemandangan yang lebih mengerikan.

Tiga orang senior terlihat berlarian di gelap malam. Si junior itu yakin bahwa satu orang lainnya sudah tewas oleh pembunuh yang sama. Tiga orang itu balik arah ke lokasi pelacuran karena di sana masih ramai orang. Tapi sayangnya, si pembunuh misterius itu sudah berada di belakang mereka.

Sebuah bayangan hitam mengejar tiga orang itu dengan gerakan yang sangat cepat. Si junior melihat sosok itu melompat dan memperlihatkan pedang yang tidak biasa. Cahaya bulan terpantul di pedang panjang. Pedang itu mengayun cepat saat badan pemiliknya masih berada di udara. Darah pun terciprat dari kepala seseorang yang terbelah dua setelah pedang itu melewatinya.

Si junior menutup mulutnya. Dia mual karena bagian atas kepala priest itu berputar ke tanah seperti mangkuk. Dia tahu hanya satu orang saja yang memiliki pedang sepanjang itu di Kota Tigris.

Dua orang lainnya tidak peduli dengan apa yang telah terjadi. Mereka berlari kencang ketika langkah si pembunuh itu sejenak terjeda karena korban barunya. Mereka menyebar. Mereka berpikir dengan langkah itu bisa menyelamatkan salah satu. Namun tidak lama setelahnya, seorang priest jatuh tersungkur setelah anak panah menembus mata hingga ke belakang kepala.

Pembunuh itu ada dua. Si junior tidak percaya karena sangat mengenal siapa mereka. Dia membenamkan diri di sampah itu ketika melihat si cleric jatuh berguling tidak jauh dari posisinya. Si cleric itu tidak bisa berlari lagi karena dua kakinya terpotong di satu tebasan.

"Kalian tidak akan mendapat informasi apapun dariku! Rencana busuk ayah kalian sudah ketahuan!"

Seseorang bertudung hitam menghampirinya. Dia mengarahkan ujung pedangnya ke jidat si cleric.

"Mengorek informasi?" kata si pembunuh itu menekan ujung claymore-nya. "Aku sudah tahu semuanya. Sampai jumpa di neraka."

SLEBB!!!

Satu tusukan itu menembus jidat si cleric dan membelahnya seperti kulit pisang. Si junior pun menangis ketakutan. Dia merasakan jubahnya hangat oleh air kencingnya sendiri. Dia mau muntah begitu melihat otak si cleric itu berceceran dari tempurungnya.

Si junior berusaha keras menahan mual. Dia membenamkan dirinya ke tumpukan sampah makanan tanpa mempedulikan bau yang menyengat. Dia pasang telinga dari si pembunuh itu yang terdengar berbicara dengan beberapa orang.

"Bersihkan bekas-bekasnya. Jangan sisakan satu tetes darahpun."

"Baik, Komandan," jawab beberapa orang yang terdengar seperti suara prajurit patroli.

"Kamu berlebihan, Simian." Seorang perempuan terdengar protes pada si pembunuh itu. "Kamu sadis sekali, aku jadi— hoeeekkk!!!"

"Hahahaha, sudahlah, kau sudah periksa tiga mayat lain?"

"Iya, tidak ada simbol New Age Order," kata perempuan itu menyebut sebuah nama asing.

Di balik tumpukan sampah si junior terduduk lemas. Dia tidak menyangka rumor tentang kekejaman dua anak marquis itu bukanlah isapan jempol. Dia hampir pingsan saat gadis dingin itu menyinggung tentang dirinya yang sudah kabur. Badannya gemetaran karena tahu apa akibatnya jika posisinya ketahuan.

"Aku kenal anak baru itu. Dia orang baik, sudah aku bilang jangan dilukai," kata si rambut api membela si junior.

Si junior menyandarkan badannya. Dia merasa lega karena sudah lepas dari bahaya. Tapi dia masih tidak berani bersuara karena belum yakin bahwa si rambut merah itu tidak sedang menjebaknya. Dia masih diam sampai sesosok tangan perempuan tiba-tiba mendekap mulutnya dari belakang.

Keringat dingin mengucur. Dia melirik sekilas pelakunya yang ternyata bukan lah si gadis pemanah. Si junior itu menurut saja ketika perempuan misterius itu menaruh jari telunjuk ke bibirnya sendiri.

"Kau mau selamat?"

Si junior mengangguk. Dia terperanjat begitu tahu bahwa perempuan itu ternyata pelacur yang tadi memaksanya bercinta. Dia diam saja ketika perempuan cantik itu tiba-tiba mencium bibirnya.

"Setelah aku selesaikan urusan dengan dua bocah itu, serahkan keperjakaanmu."

————

Catatan:

Sebelumnya sudah dijelaskan komponen sipil dan militer di sistem trias politica. Kali adalah penjelasan dari faksi agama.

Faksi agama juga memiliki jenjang karir setara dengan dua faksi lainnya di masing-masing tingkatan.

1. Priest adalah tingkatan terbawah. Mereka petinggi gereja di desa kecil, juga menjadi pelayan di gereja yang lebih besar. Setara baron di sipil dan banneret di militer

2. Cleric memimpin gereja di desa besar. Setara dengan viscount dan captain.

3. Bishop memimpin gereja di kota kecil. Setara count dan earl.

4. Archbishop memimpin gereja di kota besar (sekaligus propinsi). Setara dengan duke dan marquis.

5. Cardinal memimpin gereja di kerajaan. Setara dengan raja dan constable.

6. Pope memimpin suluruh ajaran Celestesphaira. Derajatnya lebih tinggi dari kaisar sekalipun.

avataravatar
Next chapter