76 Senyum Anggun

29 Desember 1260 AG - 08:00 Am

Mansion Grall del Stauven

—————

Beberapa minggu kemudian, Grall menerima tamu berbeda dengan maksud kedatangan yang berbeda pula. Dan seperti biasanya dia langsung menolak permintaan mereka.

"Saya merasa tersanjung dengan lamaran anda, Tuan Duke. Nona Gracia sangat cantik dan berpendidikan. Tapi maaf, saya tidak sedang memikirkan pernikahan."

"Saya paham alasan anda, Tuan Marquis, tapi anda juga tahu, puteri saya tidak mau pria manapun selain anda, Nak," jawab duke dari Propinsi Anteros itu memelas. "Puteri saya satu visi dengan anda, beri dia kesempatan, Tuan Grall."

Grall tersenyum. Duke tetangga itu memang salah satu dari segelintir bangsawan yang mendukung pergerakannya. Dia juga sangat mengenal siapa sosok perempuan yang duke itu tawarkan. Kalau dia mau menikahinya, langkahnya ke depan pasti lebih lancar. Gracia memiliki masa depan cerah sebagai politisi sekaligus kunci penting dari semua rencanannya di masa depan.

Kenapa demikian?

600 km di barat laut Propinsi Tigris adalah Pulau Ignitia di mana gerbang dunia lain itu terbuka. Untuk menuju ke sana, perjalanan harus menempuh jalur darat 80 km ke barat menuju Kota Pelabuhan Anteros, lalu berlayar 110 mil laut ke utara menuju Pelabuhan Jana di Pulau D'Accodi, baru setelah itu berlayar 215 mil ke barat menuju Pulau Ignitia.

Dari rute itu ada peran penting Gracia di sana.

Propinsi Jana adalah propinsi paling tertinggal dari lima propinsi di wilayah utara. Karena wilayah itu hanyalah beban anggaran, tidak ada satupun bangsawan yang mau memimpinnya. Untuk itulah Propinsi Jana juga dipimpin oleh Duke dari Propinsi Anteros. Sebagai puteri dari Duke itu, Propinsi itu jelas akan dipimpin Gracia di masa depan. Propinsi Jana sangat vital bagi rencananya karena letaknya yang sangat strategis.

Menggiurkan, bukan?

Jika Grall menikahi Gracia, maka dua calon propinsi terkaya akan berada di genggamannya. Tapi ada alasan kuat yang membuat pria berpupil hijau emerald itu masih menolak.

"Untuk saat ini saya mohon maaf, Tuan Sororis, Nona Gracia. Jawaban saya tetap sama," balas Grall sesopan mungkin, menyelipkan secuil harapan pada gadis cantik di hadapannya.

Duke tamu itu pun berlapang dada menyudahi penawarannya. Lamaran yang entah keberapa kalinya itu selalu Grall tolak dengan bahasa yang sama. Bukan hanya Gracia, semua puteri bangsawan tergila-gila pada sosok Grall yang gagah dan menawan. Tanpa dipaksa ayah mereka pun para wanita kelas atas itu senang hati menawarkan diri sebagai dagangan politik.

Terlebih, jendral berumur 28 tahun itu sedang tidak punya gandengan alias single.

Perempuan mana yang tidak tertarik?

"Saya mengerti, Tuan Grall. Terima kasih atas kesempatan Tuan mengizinkan saya menggantikan peran Nyonya Phulia di masa depan," jawab Gracia tegas dengan gayanya yang anggun.

Gadis 18 tahun itu pandai membawa dirinya untuk bisa memisahkan mana urusan perasaan dan mana urusan politik. Dia mampu menangkap harapan tersembunyi di balik sebuah penolakan. Grall sekilas terpana saat melihat senyum anggun Gracia adalah senyum yang sangat familiar. Di balik penolakan itu, ada perasaan tersembunyi yang terpaksa marquis itu telan sendiri.

Grall bukanlah orang munafik. Dia juga membutuhkan seorang pendamping hidup untuk menggantikan peran Phulia di masa depan. Dia juga sudah bosan peran itu digantikan oleh seorang pria pemarah bangkotan sialan yang selalu menghiasi hari-harinya dengan umpatan.

"Ehem ... kita harus bicara setelah ini." Tonos menegurnya tanpa menoleh.

"Berhenti membaca pikiranku tanpa izin."

Tonos tidak menggubrisnya. Dia meraih tangan Gracia dan mengecup jemarinya.

"Nona adalah permata di antara lumpur. Saya yakin Nona cukup cerdas untuk menyadari bahwa Grall bukanlah satu-satunya duda di sini. Tapi nona harus tahu, salah satu dari duda ini hanyalah pria impotent keparat yang belum bisa memisahkan urusan perasaan dengan kenyataan."

Hilang sudah wibawa Grall. Satu-satunya hal yang tidak bisa dia pelajari dari Tonos adalah inisiatifnya merayu perempuan. Grall sedikit buang muka ketika Tonos meliriknya dengan tatapan meledek.

"Ada yang salah dari kata-kataku, Impotent?"

Grall tidak mampu menjawabnya. Syukurlah Gracia cukup cerdas untuk menghancurkan suasana tidak nyaman antara dirinya, Grall, dan pria tua yang masih mengecup jemarinya.

"Saya akan memegang harapan dari anda sampai kapanpun, Tuan Marquis. Saya tahu saya tidak mungkin menggantikan mendiang istri anda. Tapi saya bisa membuktikan bahwa saya cukup layak untuk mendukung visi yang anda jalankan. Sekalipun anda belum bisa melihat saya dengan hati anda, setidaknya, lihatlah saya sebagai bagian dari rencana anda, Tuan Marquis."

Grall tidak bisa menyembunyikan wajah terkesima. Dia tidak menyangka kata-kata itu keluar dari bibir perempuan yang belum menginjak usia 20 tahun. Dia menatap Tonos yang ternyata sudah memberinya tatapan menyimpulkan.

"Segera ambil keputusan, Nak. Phulia tidak akan keberatan."

avataravatar
Next chapter