61 Reuni

01 Oktober 1274 AG - 07:30 Am

Kota Tigris - Mansion Barlux du Lumiere

—————

"Mau makanan kaleng lagi, Mascara? Masih banyak, tuh."

Mascara menjawab pertanyaan Conna dengan cubitan di kedua pipinya.

"Kamu jahat, Mascara! Hiks! Uwaaa! Mamaaaa!!!"

"Dasar cengeng!"

Simian melirik tingkah dua gadis itu dari karpet ruang tamu. Dia mengamati wajah ketus Mascara yang nampak leluasa mengekspresikan isi hatinya. Gadis berwajah dingin itu jadi berbeda kalau sudah bertemu Conna.

"Vodi sudah rank-C? Kyaaa!" teriak Conna histeris. "Padahal dua bulan kemarin dia masih rank-D, Mascara!"

"Aku juga terkejut. Tahu-tahu dia lulus ujian rank kemarin."

"Terus, dia punya berapa skill sekarang?"

"Soal itu tanya dia."

Meski cuek, Simian heran dengan betapa cepatnya perubahan mood kaum perempuan. Dia diam saja dan pura-pura terpejam ketika Conna menghampirinya. Dia mendengarkan langkah kecil gadis itu dan merasakan tubuhnya sangat dekat.

"Aku tidak percaya ayah pernah menjodohkanku dengan pria pemalas ini."

Simian tidak bergeming. Dia masih pura-pura tertidur ketika Conna bicara bisik-bisik. Dia biarkan Conna mencolek-coleknya lengannya, menepuk-tepuk pipinya, lalu memencet-pencet hidungnya.

"Untung saja kamu ganteng. Kalau tidak, hancur reputasiku pernah dijodohkan sama pria miskin sepertimu."

Telinga Simian langsung gatal.

"Sejak kapan kamu jadi makhluk sarkastik seperti Mascara?" umpat Simian masih pura-pura tiduran. "Iya, Vodi sudah punya tiga skill terodope. Mau nanya apalagi?"

"Hei, kamu itu ngomong sama Ratu. Mana sopan santunmu? Bangun dan duduk yang benar!"

Simian benar-benar tidak tahan dengan sikap narsis Conna. Cepat-cepat dia beranjak dari tidurnya, sebelum diceramahi urusan ratu dan hamba sahaya lagi oleh si kecil itu.

Karena sikap terburunya, dia lupa bahwa gadis itu terlalu dekat.

"Wah, montok," komentarnya saat wajahnya terbenam di sepasang benda besar.

"Kyaaa! Dasar cabul!"

PLAKK!!!

Conna berlari histeris menuju Mascara. Gadis pirang itu menangis sesegukan dan mengadu seperti korban pemerkosaan. Mascara pun memeluknya dan memandang Simian dengan wajah jijik.

"Jangan dekat-dekat dia, Conna. Aku saja digrepe-grepe setiap malam. Belum lagi perempuan yang bernama Livina itu."

Simian langsung beranjak. Dia berjalan menuju pintu meninggalkan dua orang gadis yang saling berpelukan.

"Mau kemana?"

"Guild Petualang."

Seperti biasa, Mascara langsung meraih tangannya.

"Kamu ngambekan sekali sih? Ayo duduk sini. Jangan jauh-jauh."

Simian masih cemberut meski Mascara menunjukan wajah manis. Dia melirik Conna yang masih melihatnya seperti penjahat kelamin.

"Cih, aku enggak selera sama gadis di bawah umur."

"Aku setahun lebih tua darimu, Simian!" sahut Conna berkacak pinggang. "Apa karena ukuran badanku kamu anggap aku anak kecil? Kamu tidak tahu, ya? Setahun ini tinggiku sudah naik 0.5 cm, tahu, Sekarang aku genap 140 cm, Simian!"

"Selamat, Nona Connassance du Lumiere!" balas Simian bertepuk tangan malas. Dia menatap Mascara tanpa pedulikan Conna yang sudah ngomel-ngomel. "Vodi kenapa tidak ikut kita tadi?"

"Kamu seperti tidak tahu ayah saja. Dia langsung menggendong si bungsu itu kemana-mana. Dasar orang tua pilih kasih."

Vodi adalah adik kandung Mascara. Tapi entah kenapa gadis itu tidak terlalu dekat dengannya. Si bungsu itu justru lebih dekat dengan Simian yang notabene hanyalah kakak angkat.

"Ya ampun, aku masih rindu sama si bungsu itu. Akhirnya kita bisa berkumpul berempat, sekarang."

Hari ini adalah hari istimewa bagi Simian. Untuk pertama kalinya dia berpetualang dengan anggota party utuh. Kehadiran Conna dan Vodi akan memberi kekuatan berbeda meski mereka belum memiliki nama besar seperti dirinya dan Mascara.

Conna memang cendekiawan besar. Tapi dia juga terdaftar sebagai anggota party-nya. Karena dia lebih sibuk mengajar di Akademi Tinggi Kerajaan Atlantia, gadis itu jarang berkumpul bersama dua anggota party.

Sebagian cendekiawan lain juga merangkap sebagai petualang karena dua profesi itu sangat berhubungan. Apalagi cendekiawan arkeologi. Simian jadi ingat legenda arkeolog perempuan yang menjelajahi lautan demi mencari batu-batu kotak.

Sedangkan Vodi adalah pendatang baru. Petualangan kali adalah pertama kalinya bagi si bungsu itu sebagai anggota resmi. Sebelumnya Vodi hanyalah anggota magang yang kedua kakaknya perlakukan seperti anak bawang. Vodi saat ini sudah berumur 18 tahun. Jika Mascara memperlakukan Simian seperti bayi, maka Vodi lah si bayi yang sebenarnya. Si adik bungsu itu adalah anak yang paling disayang sang ayah sehingga Mascara iri karenanya.

Ayahnya tidak pernah segan berkata bahwa dia pilih kasih. Marquis Grall terang-terangan menyatakan bahwa Vodi adalah anak yang paling dia utamakan. Setelah Vodi ada Mascara, setelah itu ada Conna keponakannya, lalu kuda kesayangannya, kucing peliharaan, kucing peliharaan tetangga, baru setelah itu Simian.

Simian tidak mempermasalahkannya. Dia tahu bahwa itu adalah nasib anak laki-laki tertua di Keluarga Stauven. Dia juga sangat menyayangi Vodi karena si bungsu itu ...

"Ah, apa yang aku pikirkan?" gumam Simian menyudahi lamunannya sendiri. Dia berdiri dari kursinya dan memberi perintah kepada dua anggota party. "Kita buang-buang waktu menunggu Vodi di sini. Dia pasti masih bermanja-manja sama ayah, sekarang. Ayo ke halaman, kita tunggu Vodi di sana."

avataravatar
Next chapter