85 Rank-S

03 September 1274 AG - 11:20 Am

Southforest Dungeon - Stage 1

—————

"Lima platinum sampai mereka ditemukan, Tuan Fiduci..."

Jakun Preponte naik turun karena penawaran itu tidak juga berakhir kata setuju. Padahal yang dia tahu, lima platinum itu nilainya lebih besar dari gaji knight di Kota Tigris. Uang itu bahkan sama nilainya dengan lima bulan gaji knight di kota lain yang lebih miskin.

Dasar si tua serakah, Fiduci merespon jumlah itu dengan hanya mengangkat sebelah alis.

"Kamu tahu earl saja berhati-hati negosiasi denganku, Tuan Stauven?"

Preponte semakin menunduk.

"Tapi baiklah, berhubung ayahmu yang memintanya, aku bersedia mengantarmu sampai stage dua. Lima platinum masing-masing orang."

"Baik, Tuan."

Tanpa banyak bicara, dia menurut saat Fiduci dan seorang rank-S lain berdiri di barisan terdepan. Pria itu hanya bisa menertawakan dirinya yang menyewa dua rank-S hanya demi menaklukan dungeon rank-B.

'Rank-A sepertiku? Lucu sekali, sangat lucu!'

Dia tidak sanggup lagi tertawa begitu dua orang rank-S itu sudah berhenti di depan tembok berlubang. Stauven itu terperanjat karena menyadari jalan itu hanya beberapa belokan saja dari posisinya.

'Keparat rank-S itu diam saja meski sudah tahu jalannya dari tadi!?' umpatnya dalam hati setelah baru sadar dikelabuhi. 'Padahal mereka sudah minta uang muka kemarin!'

Dengan merasa bodoh Preponte mencatat masing-masing lima platinum sesuai perjanjian. Dia tidak berani sembarangan karena dua rank-S itu lebih dari cukup untuk menghabisi seluruh pasukannya. Preponte pasrah. Dia melewati lorong tunggal itu tanpa mau menoleh. Dia masih tidak percaya harus bayar mahal hanya demi beberapa menit dipandu jalannya seperti orang buta.

Jangankan bertarung, di sepanjang lorong itu tidak ada satu pun yang dua rank-S itu hadapi selain bangkai aprodesylvax dan kecoa besar yang tidak bergerak.

"Kita sudah di ujung stage ke dua. Mana bayaranku?"

"Ter—terima kasih, Tuan Fiduci," kata Fiduci, menyerahkan lembar yang langsung dirampas.

"Baru pertama kali ada rank-A merengek minta bantuanku mengatasi dungeon rank-B! Hahahaha!"

Preponte senyap. Dia pasang telinga untuk hinaan apapun yang akan dia terima.

"Aku heran bisa-bisanya kamu jadi rank-A. Jangan-jangan kamu ini petani herbal, ya? Hahahaha!"

Hinaan itu berbuah umpatan batin. Tapi Preponte tetap memberikan kertas cek dan menunjukan wajah seramah mungkin.

"Terima kasih, Tuan Fiduci, Tuan Marcelli."

"Bagus! Bangsawan manja sepertimu yang membuat para rank-S kaya raya, hahahaha!"

Preponte ikut tertawa seakan lelucon itu lucu baginya. Begitu usai tawanya menyedihkan itu, pria berzirah itu menunjukan gelagat khas seorang penjilat.

"Apa rencana Tuan Fiduci dan Tuan Marcelli setelah ini?"

Seakan Preponte tidak ada nilainya, dua rank-S itu tidak langsung menjawab basi-basinya. Mereka terlihat sibuk memeriksa langit-langit dan beberapa kecoa di sekitaran. Fiduci menunjukan seekor kecoa kepada si rank-S lain.

"Kamu tahu artinya apa, Marcelli?"

"Tahu, Pak tua."

"Kamu punya informasi?"

"Ada lima kota yang butuh core blattodeax. Mungkin harganya bisa 20 platinum di pelelangan. Hebat juga party rank-B itu bisa mendapatkan si kecoa ungu. Kita yang rank-S saja belum tentu bisa."

"Hanya satu orang saja yang rank-B dari mereka, Marcelli. Party mereka masih rank-C," kata Fiduci, melirik Preponte dengan mata menyindir. "Jelas party tiga orang itu lebih hebat dari party ajaib yang isinya enam orang rank-A, hahahaha!"

Preponte tahu dia sedang disindir. Tapi dia tak mampu berkata selain hanya menunjukan tawa yang dipaksakan.

"Aku ada perlu disini, kamu lanjutkan sendiri, Tuan ketua party rank-A. Aku siap menerima rengekanmu kalau tiga orang itu membuat kalian ngompol."

"Ba—baik, Tuan Fiduci." Preponte terpaksa menelan harga dirinya. Dia menoleh Ottuso dan bertanya, "Bagaimana?"

"Ada lubang kecil di pojok itu, Tuan," jawab Ottuso menunjuk sebuah lubang rahasia yang nampaknya pintu menuju stage ke tiga. "Saya sudah pastikan pintu itu aman, Tuan."

Tanpa menunda, Preponte mengajak seluruh rombongan memasuki lubang kecil itu satu persatu. Setelah berada di baliknya, dia langsung disugukan suara tetesan air dan arus mengalir. Ruangan yang mirip gua itu langsung mendesirkan kewaspadaannya, sehingga dia menepuk punggung Ottuso, dan memberinya perintah.

"Gunakan hidung dan telingamu, Aero!"

Ottuso yang seorang Aero langsung menggunakan skill mengendus dan mendengar. Dia berjalan paling depan untuk memastikan tidak adanya jebakan. Tak selang beberapa lama, ada sesuatu yang memancing kewaspadaan.

"Kenapa berhenti? Ada apa?"

"Tuan, saya mencium bau lain."

"Bau apa?" Preponte mulai panik. Dia melihat sekeliling mengikuti wajah curiga Ottuso. Tapi dia tidak melihat apapun selain kolam-kolam dan suara gemericik air. "Ap—apa yang kamu cium?"

"Saya mencium bau gula-gula, bau roti manis, bau sabun, bau arang, bau bubuk tabur untuk bayi—

"Kamu mengigau!"

"Tapi, Tuan!"

"Dengar Ottuso, sebaiknya kamu malu hidungmu kalah tajam sama si jalang rank-C itu!" bentak Preponte menarik kerah leher archer itu. "Kamu tahu jangkaukan gadis pelayan itu berapa? Ratusan meter! Kamu sudah rank-A belum tentu seperempat kemampuan dia!"

Dia menghina Ottuso meski sadar sedang melepaskan amarah pribadinya. Karena sebagai pemimpin, dia merasa berhak melakukan apapun.

Ottuso nampaknya sudah terbiasa. Dia tetap sabar waktu memasuki lubang pintu menuju ruangan gelap. Dan di pintu ruangan itu, sekali lagi hidungnya mengendus.

"Tuan, di balik pintu itu saya mencium bau boss monster. Sepertinya omegra kelas tinggi."

avataravatar
Next chapter