9 Pria Berambut Api

14 September 1274 AG - 01:00 Pm

Kota Tigris — Guild Petualang

"Bertengkar lagi? Hwwaamm!"

Seorang pria muda berambut merah crimson mengecap-ngecap bibirnya yang baru menguap. Dia berjalan malas-malasan dan mengucek matanya yang masih ngantuk.

Pemuda itu mencolek pinggang si gadis resepsionis dan berkata, "Catat kerugiannya dan tagih semua ke mereka." Dia elus perutnya yang baru saja berbunyi. "Sekalian tolong siapkan sarapan."

"Sa—sarapan? Sekarang sudah tengah hari, eh—baik, Tuan Simian ... ehm ... ma—maaf kalau tempat tidurku kurang nyaman," jawab Gadis resepsionis itu malu-malu menundukkan wajahnya.

"Tidak apa-apa Rineta, aku suka aroma tubuhmu."

Rineta langsung kelabakan.

Siapakah pemuda yang bernama Simian itu?

Nama lengkapnya adalah Simian del Stauven. Dia adalah anak kedua dari Marquis Grall del Stauven, sang petinggi Kota Tigris. Melihat nama besar ayahnya, warga Tigris mana yang tidak kenal pria 21 tahun itu?

Tapi Simian terkenal bukan hanya karena status keluarganya. Pria itu adalah salah satu dari sepasang petulangan monster yang paling ditakuti para kriminal. Pria itu dijuluki si rambut api karena rambutnya yang merah menyala, juga dijuluki 'Musuh Alami Perempuan' karena sikapnya yang mata keranjang.

Dengan seenaknya Simian melumat bibir Rineta tanpa peduli tatapan orang-orang di sekitarnya.

Wajah Rineta memerah malu karena diperhatikan banyak orang. Wajah memerah itu jadi ungu seperti keracunan karena dicium seseorang yang baru bangun tidur. Dengan tergesa dia memberikan pesanan Simian kepada resepsionis lain yang menjaga counter food and beverages.

Setelah pesanan itu diproses pekerja dapur, Rineta mengelus kedua kepangnya ketika curi-curi pandang ke arah pria itu.

"Ayolah Rineta, hubungan kita bukan kemarin sore." Simian mengeluh karena Rineta masih malu-malu padanya. "Setiap malam kita tidur bersama, bisakah kamu bangga punya kekasih setampan aku?"

"Ak—aku ... hmmm ...."

Simian menunjuk gadis lain yang terlihat lebih genit di sebuah meja.

"Bisakah kau percaya diri seperti Linda?"

"Namanya Livina, Tuan."

Pria muda itu tersenyum. Dia pegang kedua tangan Rineta dan menatap lembut matanya.

"Sulit bagiku mengingat nama kekasihku yang lain selain dirimu, Rineta."

Napas Rineta langsung tersengal-sengal.

Setelah memastikan gadis pemalu itu menerima anggota harem yang entah ke berapa, Simian kembali ke kamar dan mengambil pedang ramping berjenis claymore². Dengan malas dia seret pedang satu setengah meter itu menuju meja yang kursinya sudah penuh.

Mata malasnya melirik meja yang paling ujung. Para rank-C yang awalnya menempati kursi, langsung menyingkir begitu Simian berjalan menuju meja mereka. Empat orang rank-C itu berdiri tegap menyambut Simian dan membungkukkan badan seperti pelayan.

"Silahkan duduk, Tuan!"

"Bagus, aku suka kalian."

Pedangnya dia sandarkan di meja. Bar yang ramai itu langsung senyap begitu dia duduk setengah telentang sambil menatap satu-persatu orang. Pemuda langsing dan kekar itu mengetuk-ketukan jarinya di meja dengan wajah cemberut.

Nyali semua orang langsung menciut.

Simian adalah seorang petualang rank-B, atau rank tertinggi di lantai bawah. Karena nama besarnya sebagai petualang monster, tidak ada satupun dari penghuni bar yang berani cari perkara dengannya.

Jangankan rank-C, sesama rank-B pun berpikir dua kali untuk mau menantang. Petualang rank-A juga tidak mau berurusan dengannya. Semua takluk pada sosok Simian, sehingga dia resmi menjadi penguasa bar lantai bawah.

"Ehem!"

Para petualang semakin tegang, suasana semakin mencekam. Mereka yang tidak tahan kentut terpaksa melepas perlahan agar tidak mengusik Simian. Para petualang itu serempak menundukkan kepala sambil meminum ale dengan tangan bergetar.

Tidak ada satupun yang berani bicara, mereka bahkan menjaga nafas.

"Ale! Hazelnuuuttt!!!"

Sebagian rank-C secepatnya mengambil ale yang masih penuh begitu Simian berteriak. Sebagian lagi mengambil camilan untuk sang raja bar yang baru saja mengeluarkan titah.

"Pundakku pegal-pegalllll!!!"

Beberapa rank-C berebut memijat Simian yang duduk menyandarkan kakinya di atas meja. Simian yang sudah mengambil dua roti 'sarapan'-nya, masih menunjukan wajah bosan ke arah mereka.

"Ck ck ck! Kalian ini," ujarnya ketika dia memandang sisa-sisa tawuran.

Simian menggelengkan kepala dan berdecak seperti boss. Sebagai orang yang paling menakutkan di guild, dia merasa bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban dari para petualang yang tidak tahu aturan. Dia berlagak memijat keningnya seakan para petualang itu adalah beban. Demi tugas mulia sebagai penjaga, Simian juga mengatur meja-meja khusus yang hanya boleh ditempati para petualang betina.

Simian kembali memindai satu persatu meja di hadapannya. Sebelah alisnya terangkat ketika matanya berhenti di satu meja yang isinya gadis-gadis. Dia sapa salah satu dari mereka setelah bersusah payah mengingat nama.

"Lin ... Livina, sudah dapat party?"

"Sudah, Sayang!"

Gadis itu menunjukan keceriaannya sambil merangkul rekan party di sebelahnya. Gadis yang bernama Livina itu dengan bangganya cerita ke rekan-rekan mejanya bahwa dia juga kekasih si rambut api.

'Calon anggota haremmmm!'

Hati Simian berbunga-bunga ketika melihat party Livina semuanya petualang perempuan. Dia tatap mereka dari kejauhan dan tersenyum apa adanya seperti layaknya pria baik-baik. Simian menahan seringainya demi menjaga wajah malasnya yang khas. Dia menunjukan gelagat tidak tertarik pada mereka, meski dia tahu bahwa para gadis itu sudah mengigit bibir bawah.

'Menolak pria setampan aku? Huh? Mustahil!' pikirnya saat melihat gadis-gadis itu mulai bermain mata.

Oh sang paduka raja penguasa bar, Simian terlalu menikmati kekuasaannya hingga tidak menyadari ada wanita kejam yang sedang mencarinya karena tagihan hutang. Si mata keranjang itu belum sadar bahwa kebebasannya tidak akan bertahan lama karena Mascara tidak pernah berkompromi urusan uang.

Seperti apakah hubungan di antara keduanya?

avataravatar
Next chapter