10 Monster yang Sebenarnya

14 September 1274 AG - 03:00 Pm

Kota Tigris — Guild Petualang

—————

Kota Tigris yang indah, kota yang penduduknya tidak pernah memusingkan hari esok. Kota itu seperti punya peradaban sendiri sejak bergaul dengan Kota Maylon. Kota Tigris sangat maju sehingga kota-kota di sekitarnya seperti kota dari jaman batu.

Kota Tigris satu-satunya tempat di dunia di mana hampir semua penduduknya bisa membaca. Sekolah di kota itu bahkan digratiskan di saat sekolah di kota-kota lain hanya mau menerima kaum bangsawan. Kota Tigris sangat bersih, berbeda dengan kota-kota lain yang kumuh. Di kota itu tidak ada orang buang sampah sesukanya, apalagi berak di sembarangan tempat. Kota Tigris sangat indah sehingga Ibu Kota Kerajaan Arcadia pun tidak ada apa-apanya dibanding kota itu

Apalagi yang istimewa di Kota Tigris?

Kota itu adalah surga bagi para petualang.

Siapakah mereka?

Dunia petualang adalah dunia bebas. Dunia itu adalah gabungan dari berbagai pekerjaan yang diracik sempurna dalam satu profesi. Para petualang bisa menjadi petarung, menjadi penjelajah, peneliti, pemburu, pencari harta karun, pedagang hingga tentara bayaran. Karena luasnya pilihan itu, dunia petualang memiliki pengaruh besar kota-kota manapun.

Tapi itu hanya teorinya. Faktanya, nasib para petualang tidak seindah yang mereka bayangkan.

Para petualang adalah para pecinta kebebasan, itulah yang sering mereka katakan. Tapi di mata orang-orang, para petualang hanyalah sekumpulan gelandangan bermasa depan suram. Mereka adalah pekerja serabutan yang hanya bisa mengais-ngais uang receh. Mereka tidak punya rumah karena terlampau miskin. Uang mereka juga pas-pasan karena para penyewa jasa sering kali pelit memberi upah. Para petualang terkadang merangkap jadi pengemis, kriminal, bahkan jadi mucikari hanya demi bisa bertahan hidup.

Sungguh mengenaskan. Derajat kaum petualang hanya satu tingkat lebih tinggi dari para budak.

Namun, sekali lagi semua berbeda di Kota Tigris. Para petualang bukan hanya mendapat upah quest yang lebih besar, mereka juga memiliki tempat tinggal layak yang bersebelahan dengan asrama militer.

Mereka bahkan mendapatkan pelatihan olah elemen gratis dari para perwira militer Tigris.

Beruntung sekali, bukan?

Semua karena seorang marquis yang bernama Grall del Stauven. Karena kepedulian jenderal besar itu, para petualang Tigris menjadi petualang terkuat yang berasal dari berbagai kalangan. Para petualang itu akan memburu siapapun yang berani mengusik pedagang dari kotanya.

Pertanyaannya, apa hubungannya dengan Simian?

Sebagai anak dari Marquis Grall del Stauven sekaligus sebagai anggota kesayangan guildmaster petualang, Simian diserahi tugas sebagai satpam.

"Mentang-mentang hampir seminggu aku pergi dari Kota Tigris, kalian bisa seenaknya?" ujar Simian menghakimi mereka. "Untung saja kalian tidak melukai Rineta. Kalau kulit dia tergores sedikit saja, hmmm ..." Dia mengetuk gagang claymore-nya untuk mengancam. "Kalian minum ale lewat pantat!"

Bar semakin senyap.

Simian kesal karena para petualang imigran itu masih belum juga membuang sikap kampungan mereka. Para gelandangan itu justru berlagak seperti jagoan mentang-mentang sudah punya uang. Tidak bisa Simian bayangkan apa jadinya guild petualang itu tanpa kehadirannya. Gara-gara keributan barusan, Simian jadi menyesal sudah membuat perkara dengan orang yang salah.

Iya, Simian sangat takut dengan sosok Mascara. Dia sangat takut dengan sosok kakak perempuan yang kecantikannya berduri tajam. Tapi bukan kekerasan yang paling dia takutkan. Simian justru takut dengan sikap Mascara yang akhir-akhir ini menguji keteguhannya sebagai laki-laki.

Gadis itu sangat posesif padanya dan memperlakukannya seperti bayi. Mascara seakan belum rela Simian sudah dewasa. Gadis itu suka mengatur-atur hidupnya, dan suka memperhatikan hal-hal kecil yang merepotkan. Si tomboy itu bahkan belum sadar bahwa usianya sudah terlalu tua untuk mengajak Simian tidur bersama.

Walau bagaimanapun Simian adalah laki-laki. Dia juga bisa tegang saat Mascara memintanya menjadi bantal guling. Apalagi gadis itu adalah perempuan tercantik yang Simian kenal. Tubuh Mascara sangat menggoda meskipun ukuran dada gadis itu tidak sesuai seleranya. Badan Simian langsung merinding saat mengingat sisi lain Mascara sebagai perempuan.

'Demi Lord! Dia saudaraku!!!'

Simian sudahi khayalan mesum itu. Dia mengalihkan pikirannya ke sifat Mascara yang lebih mengerikan dari sekedar potensi pencabulan.

Mascara adalah monster, Simian kenal betul siapa kakak perempuannya. Gadis itu mudah sekali tersinggung untuk hal-hal sepele sekalipun. Si pelit itu akan jadi lebih mengerikan kalau sampai berurusan dengan uang. Jangankan menggadaikan nama gadis itu untuk hutang besar, mengambil satu copper saja bisa berujung muka lebam. Sudah tak terhitung berapa kali Simian dihajar hanya karena masalah uang receh.

'39 platinum ... bagaimana aku bisa melunasinya?' Simian melamunkan hutangnya yang terlewat besar. Dia harus kabur secepat mungkin sebelum Mascara datang dan mempertanyakan surat tagihan.

Tapi belum sempat dia beranjak, wajahnya langsung pucat karena mendengar teriakan perempuan dari luar guild petualang.

"Simiaan! Yuhuu!"

BRAKKKK!!!

Suara dobrakan diikuti daun pintu yang melayang karena ditendang seseorang. Dan ketika pintu itu jatuh mendarat, terjatuhlah pula Simian dari kursinya. Dengan panik dia bersembunyi di bawah meja dan merangkak dengan roti masih di mulutnya.

'Mampus!' umpat Simian tanpa berani bersuara.

Dia mendengar sorakan para petualang karena tahu pelakunya pasti gadis cantik berambut hitam. Dia juga melihat seorang dari mereka meminjamkan busur dan panahnya kepada Mascara.

"Aku tahu kamu di sini, adik bayiku, kamu tidak rindu kakakmu?"

Di bawah meja itu Simian hampir terkencing. Suara Mascara yang manis itu entah kenapa terdengar seperti eksekusi mati di telinganya. Sesegera mungkin dia kabur lewat pintu belakang sebelum posisinya ketahuan.

"Aku bisa mencium baumu, Adikku sayang. Kamu tahu serindu apa aku padamu? Ughh ... rasanya ingin mencekikmu sampai lehermu putus!"

avataravatar
Next chapter