92 Kesalahan Fatal

04 Oktober 1274 AG - 03:20 Am

Southforest Dungeon - Kubah

—————

Silau putih kekuning-kuningan masih membekas di pengelihatan. Preponte baru tahu pelakunya setelah melihat sosok imut berdiri di antara tiga Stauven palsu yang ingin dia habisi. Dia tercengang karena si gadis kecil yang dia kira hanya pandai membaca buku, ternyata memiliki elemen langka yang hanya ada di dongeng-dongeng. Gadis itu adalah puteri duke yang dia sangka masih berada di kota lain.

Dia bingung. Gadis yang bernama Connassance itu jelas akan merusak semua rencananya.

"Tu—tuan ... Nona Lumiere, Tuan!" Seorang prajurit ketakutan menunjuk ke arah Conna.

"Aku bisa melihatnya! Dia bukan kutil!" Di antara riuh ketegangan, Preponte main bentak sesukanya.

Dia menatap Conna yang sudah berada di samping Simian. Pria itu mulai ketakutan ketika Conna menatapnya marah, dengan mata bulat yang dipaksakan melotot.

"Aku yakin Preponte yang tak bisa berhitung ini bisa berimajinasi." Di tengah dia menyembuhkan luka-luka Simian, Conna mengancam Preponte. "Bisa imajinasikan benda lain selain tiang gantungan, Muka tomat?"

Preponte terdiam. Dia juga menyadari kesaksian Conna di pengadilan lebih dari cukup untuk menyeretnya ke tiang gantungan.

Sebagian besar keluarga Preponte sudah mempersiapkan diri jika berhasil membunuh tiga Stauven palsu itu. Tapi ayah dari ketiga keparat itu tetaplah seorang marquis. Grall del Stauven ayah mereka, pasti menang di pengadilan jika ayah Conna, Duke Barlux du Lumiere juga ikut memberi kesaksian.

Preponte menatap keheranan ketika gadis itu mengarahkan telunjuk imutnya pada seseorang.

"Dan kamu! Siapapun kamu!" bentak Conna menunjuk-nunjuk geram ke arah Ottuso. "Kamu yang tadi bilang aku pakai bubuk tabur untuk bayi, 'kan? Cabut kata-katamu!"

Ottuso kelabakan. Begitupun beberapa prajurit yang bingung antara takut atau tertawa dengan ekspresi menggemaskan Conna saat gadis imut itu marah. Terlebih, di pipi bulat gadis itu terdapat coretan lucu yang nampaknya dari arang.

Imut sekali.

Tapi tidak bagi Preponte.

Pria awal 30-an itu menelan ludah setelah menyadari laporan Ottuso tadi bukanlah isapan jempol. Fakta itu mulai melambungkan kecurigaannya bahwa party Simian mungkin sudah tahu rencananya lebih jauh dari yang dia kira. Tapi dia terlalu panik untuk mau berpikir rumit. Preponte memaksakan ketenangannya demi menunjukan wajah berwibawa.

"Ini bukan urusanmu, Nona Lumiere."

"Kamu mau mencelakai ketiga sepupuku, dan masih bilang itu bukan urusanku? Aku kira kamu cuma enggak bisa berhitung, ternyata kamu juga enggak bisa pakai logika, Impotent!"

"Namaku Preponte! Jangan asal sebut!"

"Apa bedanya?"

"Pfftttttt!!!"

"Kalian diam, Keparat!" Preponte membentak beberapa prajuritnya yang menutup mulut menahan tawa. Dia menoleh Conna dan memberanikan diri mengancamnya. "Kamu kira aku tidak takut membunuhmu, Gadis cebol?"

Spontan, suasana langsung senyap. Beberapa orang memandang Preponte dengan wajah tidak percaya, sedangkan beberapa sisanya bingung dengan gelagat rekan di sekitar mereka. Setelah saling berbisik, sebagian prajurit itu memundurkan badan mereka, seakan Preponte baru saja membuat kesalahan fatal.

Preponte bingung. Dia tidak tahu kesalahan apa yang baru saja dia lakukan. Dia menatap Conna lagi setelah menyingkirkan firasat buruknya sendiri.

"Kamu tahu, Nona Connassance? Sejak dulu aku membayangkan bisa menjamah tubuhmu kecilmu. Siapa sangka sebentar lagi aku bisa mewujudkannya?"

CLANK!

TRINK!

CLAKK!

Preponte semakin merasa aneh ketika melihat beberapa prajurit menjatuhkan senjata mereka seakan tidak mau terlibat dengan kesalahan yang dia lakukan. Perasaannya semakin tidak menentu begitu Simian berdiri dan menunjukan gestur seorang komandan.

"Pegang kata-kataku, Prajurit!" Simian berteriak, disambut sebagian prajurit yang serempak menaruh tangan mereka ke dada. "Kembali ke Tigris, aku menjamin keselamatan kalian."

"Siap, Earl!!!"

Satu peleton meninggalkan kubah. Preponte tidak bisa mencegah mereka selantang apapun dia berteriak. Dia mulai berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang dia lupa, atau dia belum tahu sampai-sampai prajurit itu pulang tanpa berpikir panjang.

Dia baru tahu alasannya ketika Simian membuka mulut.

"Kamu tahu, Preponte? Kamu baru saja mengancam Ratu Kerajaan Ysdeville ..."

avataravatar
Next chapter