4 Gadis Berwajah Dingin

13 September 1274 AG — 11:00 Am

Perbatasan Propinsi Tigris — Carmenta

—————

Keringat dingin sebiji jagung menetes dari kening bandit pemanah. Dia tidak percaya komplotannya akan merampok pedagang dari Kota Tigris.

"Boss, perasaanku tidak enak," kata seorang pemanah mencolek-colek pimpinan bandit. "Convoy itu dari Kota Tigris, Boss, bahaya!"

Si boss bandit tidak menggubrisnya. Di balik dedaunan itu dia masih mengintip rombongan pedati yang berjalan pelan di tepian hutan.

Dari ekspresinya, si bandit pemanah tahu bahwa si boss sama takutnya seperti dirinya. Tapi pimpinan bandit itu masih nekad mengincar mangsa yang sangat beresiko.

"Boss?"

"Aku juga tahu mereka dari mana. Kamu tidak lihat apa yang mereka bawa?" jawab si boss bandit ketus. Dia menunjuk beberapa pedati yang menjadi target rampokannya hari ini. "Itu barang-barang dari Kota Maylon, harganya mahal!"

Nama kota kedua itu justru membuat si bandit pemanah semakin pucat.

"Boss, kita pulang yuk, Kota Maylon lebih mengerikan dari Kota Tigris. Kita bisa kena kutukan," ujarnya semakin cemas.

Sejenak, si boss bandit terdiam. Dia mengamati convoy itu lagi setelah mengusir keraguan.

"Boss?"

"Jangan berisik! Lebih baik siapkan hidung dan telingamu daripada membahas mitos bodoh itu! Kamu tidak lihat berapa pengawal mereka?" kata boss bandit menunjuk empat orang bersenjata di kejauhan. "Kamu aero⁴, 'kan? Beri aku analisa!"

Hanya bandit idiot yang berani merampok barang-barang dari Kota Tigris. Petualang dari kota itu bisa memburu pelakunya sampai ke ujung dunia jika sampai nekad melakukannya. Apalagi di kota itu ada sepasang petualang yang sangat menakutkan.

Siapa yang tidak tahu legenda si gadis berwajah dingin dan pria berambut api? Kriminal manapun bisa berak di celana kalau sampai berurusan dengan mereka. Begitupun bagi bandit pemanah itu. Tapi dia tetap komat-kamitkan mantera demi mengeluarkan skill aerodope⁴ miliknya.

Dia mencolek boss-nya setelah agak lama mengendus seperti anjing.

"Aku mencium bau kain dan logam, Boss. Sepertinya produk baju dan perhiasan dari Kota Maylon."

"Pengawalnya?"

Telinga si pemanah aero itu bergerak-gerak.

"Kita beruntung, Boss! Dari percakapan mereka, sepertinya mereka petualang rank-B dari Kota Carmenta, bukan dari Tigris," ujar si bandit pemanah bernapas lega.

Si boss ikut-ikutan lega.

"Bagus, siapkan anggotamu."

Pemanah itu memberi kode kepada empat pemanah lainnya. Mereka menaiki pohon di sekitarnya dan mencari posisi terbaik untuk membidik.

Setelah memastikan tim pemanahnya menempati posisi, si boss bandit bersembunyi di sekitar jalan yang akan convoy lalui. Dia tengok si ketua pemanah dan memberinya perintah.

"Habisi petualangnya saja, jangan lukai para pedagang!"

Ketua pemanah mengangguk.

Kira-kira 200 meter jauhnya convoy itu dari posisi mereka. Agar tembakan tidak meleset, ketua pemanah mengukur jarak tembak saat rombongan itu mendekat. Dia memberi kode seluruh pemanah untuk membidik empat petualang yang berjalan di barisan terdepan.

Detik demi detik berlalu. Wajah para pemanah tegang saat sasaran mereka berada di dalam jangkauan.

Tapi belum sempat busur mereka ditarik ....

"Ughh!"

SRAK!

BRUK!

Semua langkah terhenti. Para penyerbu menengok ke belakang untuk melihat siapa yang terjatuh dari pohon. Para bandit saling melirik ketika melihat salah seorang pemanah mereka, meregang nyawa dengan anak panah menancap di lehernya.

"Kita ketahuan, rendahkan badan kalian," kata si boss, masih tenang.

Tapi tidak bagi ketua tim pemanah.

Pemanah itu terpaku pada mayat anak buahnya. Dia menelan ludah berkali-kali karena serangan itu hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang sangat dia takutkan. Namun dia tidak berani menyela keputusan si boss yang sudah bulat.

Sayangnya ...

"Ughh!"

"Arrgghh!"

BRUK!

BRUKK!

Suasana semakin tegang saat bidikan mustahil itu membuat dua pemanah kembali tumbang.

Dua pemanah tersisa langsung berlindung di balik pohon. Mereka menghindari arah rombongan karena dari sana lah panah itu berasal. Degup jantung berdetak, keringat dingin mengucur. Dari pohon berbeda si ketua tim pemanah memberi kode anggota terakhirnya untuk mengintip.

Akan tetapi ....

"Ugghh!"

BRUKKK!

Anggota terakhir itu ikut tumbang beberapa detik setelah dia menengok.

Benar dugaannya. Serangan itu terlalu cepat dan akurat. Si ketua tim pemanah mulai gemetaran karena dia yakin pelakunya pasti seorang gadis berambut hitam.

Merasa tak mampu menangani krisis, dia memberi kode si boss untuk duluan menyerang target rampokan.

"Semuanya, serang!"

***

Di sisi berbeda.

Sesosok pemanah bersembunyi di semak-semak. Meski hanya nampak pipinya yang berbintik-bintik hitam, siapapun tahu pemanah itu perempuan. Di antara dedaunan dia melepaskan bertubi-tubi anak panah dari jarak 60 meter.

"Kakiku!"

"Ughh!"

"Arrgghh!"

"Dia mengubah sasaran, sialan!"

"Tembakannya akurat! Hati-hati! Itu pasti gadis berwajah dingin!"

Para bandit penyerbu kehilangan formasi karena panah gadis itu. Fokus mereka berantakan sehingga empat petualang yang mereka serang, sama sekali tidak mendapat kesulitan. Dengan mudahnya para petualang itu menghabisi mereka satu persatu.

"Jangan pedulikan panahnya! Serang para pengawal!"

TRANK!

TRINK!

ZAB!

"Arggghh!"

"Panah itu lagi! Sialan!"

Denting pedang masih beradu. Para bandit serba salah antara menangkis pedang lawan atau bersembunyi dari serangan panah.

Sedangkan pelakunya, masih menembak dari tempat yang sulit mereka lacak.

"Aku tak tahan lagi! Persetan siapapun dia! Cari gadis itu!"

"Aku temukan dia, Boss!"

Teror itu tak berlangsung lama ketika si ketua tim pemanah menunjuk bayangan di semak-semak. Dia membidik busurnya dan menembaknya ke siluet seseorang. Panah itu pun meluncur dan meleset beberapa senti saja dari kepala gadis itu.

"Dia ada di sana! Kepung dia!"

avataravatar
Next chapter