38 Duel Betina

24 September 1274 AG - 02:10 Am

Kota Tigris - Tidak Jauh dari Distrik Merah

—————

CLANKK!!! KRAKKK!!!

Keheningan malam dihiasi suara nyaring zirah besi dan tulang punggung yang patah. Simian langsung berlari menghindari serangan crossbow setelah mangsa kedua itu tewas dengan badan tertekuk. Simian melirik Mascara yang duel dengan Livina. Dia merasa lega karena tidak ada serangan panah yang ditujukan ke gadis itu. Dia merasa Mascara aman-aman saja karena Livina betul-betul pimpinan mereka.

Tidak banyak lagi anak panah yang meluncur. Dengan mudahnya Simian menghindari satu dua anak panah itu karena crossbow butuh waktu lama mengisi ulang. Dia memanfaatkan peluang itu untuk berlari cepat menuju jantung formasi lawan. Semua musuhnya siaga. Sebagian dari mereka sedikit menyebar karena menyadari potensi bahaya dari claymore Simian.

Sedangkan sisanya, mereka menganggap pedang itu tidak jauh berbeda dari pedang biasa.

Kesalahan fatal!

Empat orang maju dan memasang kuda-kuda untuk menghadang Simian yang berlari kencang ke arah mereka. Karena memiliki banyak sela, Simian mengayunkan pedang ramping itu sekuat tenaga. Empat orang itu spontan kelabakan karena baru menyadari mimpi buruk yang Simian suguhkan. Dua orang menangkis claymore-nya. Sedangkan dua orang lain merendahkan badan menghindari ayunan horizontal Simian. Detik-detik benturan itu seakan membekukan waktu di kala dua lawannya tewas seketika.

CLANKK!!!

Chainmail dua penangkis itu rontok berkeping-keping setelah pedang mereka terbelah dua karena serangan si rambut merah. Jalanan kota itu pun bersimbah darah dari dua korban yang dadanya separuh terbelah.

Dua orang yang merunduk langsung panik. Mereka melancarkan balasan saat badan Simian masih terlempar karena claymore-nya sendiri. Namun yang tidak mereka duga, pria itu lebih dulu mengarahkan lututnya saat masih berada di udara. Salah satu lawan semakin panik. Dia hilang keseimbangan ketika lutut Simian menghantam dagunya. Kepalanya terpenggal setelah si rambut merah itu melayangkan sabetan kedua.

Satu orang tersisa hendak kabur setelah tahu si rambut api itu bukan lah pyro biasa. Tapi dia terlambat karena pedang panjang itu lebih dulu membelah perutnya di ayunan ke tiga. Dia melihat senyum sadis Simian yang menyeringai setelah membuat ususnya terburai.

Si rambut merah itu brutal. Ayunan pedangnya bagai kobaran api yang membinasakan apapun. Lawan yang tersisa langsung jaga jarak karena menyadari bahwa tebasan Simian tidak bisa mereka tangkis.

***

"Aku sudah menyangka kamu jatuh cinta sama adikmu sendiri, cih, menjijikan."

Mascara tidak terpancing provokasi pelacur itu. Dia sudah terlewat kesal karena tangan si jalang itu seenaknya meraba badan Simian. Si tomboy itu menggunakan belatinya dan melayangkan berbagai pola serangan.

"Aku yakin kamu sudah meniduri adikmu sendiri, dasar perempuan gatal!" Livina masih sempat bicara di sela-sela pertarungannya.

Mascara mulai curiga si Livina itu sungguh-sungguh cemburu padanya. Dia juga masih terkejut bahwa perempuan berumur itu adalah gadis remaja yang dia temui beberapa hari silam.

Wajah analitisnya ternyata mengundang komentar Livina yang menyebalkan.

"Mau resep kecantikanku?"

"Enggak butuh!"

Livina bukanlah lawan mudah. Wanita itu terampil menggunakan pedangnya meski tangannya sedikit terluka. Pengalaman bertarung itu sangat tidak biasa sehingga Mascara curiga bahwa usia awal 30-an itu juga bukan usia Livina yang sebenarnya.

"Kamu pernah menyentuh itunya Simian? Besar loh."

"Bicara dengan pedangmu."

Livina terkesan main-main menghadapi Mascara. Gerakan perempuan itu terlampau luwes sehingga pisau Mascara sama sekali tidak menyentuhnya. Si jalang itu juga tidak meminta bantuan anak buahnya karena meremehkan si gadis tomboy.

Mascara merasa tidak punya kesempatan jika melawan Livina dengan cara biasa. Dia meraih satu pisau lagi di pinggulnya dan memasang kuda-kuda ilmu bela diri yang ayahnya ajarkan. Kedua pisau itu mengarah ke belakang. Kuda-kuda itu adalah seni bela diri tangan kosong yang Mascara padu dengan seni memainkan pisau. Posisi tidak lazim itu kontan mengundang picingan mata lawan duelnya.

"Kamu mau masak?"

"Iya, memasakmu."

Kaki Mascara menyentak. Dia menghalau serangan Livina dengan salah satu pisaunya. Dan di kala pisau menangkis, kakinya mengayun ke belakang membentuk pola lingkaran menuju kepala lawan. Tak ayal, Livina reflek mengubah jalur pedangnya. Tapi lingkaran kaki itu lebih dulu mengenai telinganya sehingga dia hilang keseimbangan. Mascara menggunakan sisa putaran badannya untuk melayangkan satu tebasan pisau.

SLASH!!!

Livina sempoyongan. Wajah cantiknya tergores lebar dari tepian kening hingga ke dagu. Secepatnya dia mundur setelah tahu kuda-kuda Mascara bukan lah gertakan. Perempuan itu semakin waspada ketika lawannya memasang kuda-kuda lain yang sangat asing.

Inilah yang paling ditakuti dari Mascara selain kemampuan memanahnya. Gadis tomboy itu memiliki gaya beladiri aneh yang memanfaatkan semua bagian tubuhnya sebagai senjata. Livina langsung jaga jarak ketika Mascara pasang kuda-kuda dengan mengangkat lutut kanannya.

"Masih berpikir kita berebut laki-laki? Apa perlu kita jambak-jambakan? Aku tidak segenit kamu, Nenek-nenek horny!"

Cukup satu provokasi, Livina membabi buta mengayunkan pedangnya. Mascara menangkis serangan itu dengan dua pisaunya tanpa kesulitan. Dan di saat Livina mengayunkan tebasan vertikal, Mascara menghindarinya dan mengarahkan pukulan tepat ke pelipis. Livina kembali sempoyongan. Tapi Mascara tidak memberinya kesempatan bernapas. Gadis itu menjambak rambutnya dan melayangkan serangan lutut yang sangat keras.

Si tomboy itu menjambak lagi rambut Livina dengan kedua tangan. Dia menghatamkan lagi lututnya lagi berkali-kali tanpa memberi kesempatan.

"Aku benci laki-laki mesum. Tapi aku lebih benci pelakor sepertimu!" kata Mascara saat melayangkan bertubi-tubi serangan lutut.

Gadis maskulin itu melepaskan jambakannya dan membiarkan Livina berdiri gontai. Di saat pelacur itu hampir mendapatkan kesadaran, Si tomboy itu melayangkan satu tendangan melingkar hingga badan anggota New Age Order itu terlempar. Livina mendarat dengah wajah yang sudah tidak jelas lagi bentuknya. Secepat mungkin dia merangkak ke belakang saat Mascara memasang lagi kuda-kudanya.

"Masih mau menawariku resep kecantikan?"

Livina meradang. Dia menengok seluruh penembak crossbow yang masih sibuk menyerang Simian.

"Lupakan bocah perjaka itu, habisi perempuan ini!!!"

avataravatar
Next chapter