98 Atur Strategi

"Kamu tidak cemaskan pedangmu?"

"Justru si tua itu yang seharusnya kuatir." Simian menjawab santai. Dia meniup daging aprodesylvax yang baru diambilnya dari api unggun. Dia melirik Yadz dan berkata, "Pedang itu terkutuk, Yadz. Nyam.. nyamm... Kamu pikir si tua itu orang pertama yang merampasnya?"

"Terkutuk?"

"Siapapun yang mencurinya pasti tewas. Pedang itu tahu-tahu sudah kembali mansion-ku." Simian menjawab sambil melirik empat prajurit Qalamist yang melihatnya dengan tatapan memelas. "Sebaiknya kamu suruh anak buahmu santai sedikit. Kamu lihat? Mereka melihatku makan seperti orang kelaparan."

"Kamu pikir ini liburan? Bisa-bisanya santai-santai di saat genting!" bentak Yadz mulai kesal. Dia ayunkan tangan menolak ketika Simian menawarinya daging tikus. "Qalamist melarang makan daging karnivora! Haram!"

"Luwes sedikit, daging ini halal selama tak ada pilihan lain! Kamu pikir kamu dan anak buahmu saja di sini yang memeluk ajaran Qalamist?"

Simian melempar daging itu untuk lawan bicaranya makan. Dia memindah arah duduknya dan bersantai melihat pemandangan.

Setelah Conna membangunkan ular raksasa, Simian berlari bersama 10 orang lain. Dia menelusuri lanjutan dungeon menuju lembah terlarang dan disambut cahaya terang matahari. Dari tebing tinggi itu Simian melihat lembah luas dihiasi sabana dan hutan-hutan.

Meski sudah musim dingin, belum banyak salju yang menghiasi lembah itu dengan warna putih. Suasana itu tidak memberinya pilihan lain selain membuat api unggun dan berlibur.

Mau bagaimana lagi?

Masih dengan gaya santainya yang tidak bertanggung jawab, Simian bertanya hormat kepada seorang pria awal 40-an.

"Tuan Marcelli, memangnya sekuat apa si tua Fiduci itu?"

"Berapa akumulasi poin untuk rank-B seperti anda, Tuan Muda?"

Mendengar pertanyaannya dibalas pertanyaan, Simian cemberut.

"Butuh 15.000 poin. Berhubung saya sudah rank-B++, akumulasinya jadi kisaran 25.000. Kenapa, Tuan?"

"Point akumulasiku sekitar 230.000..." Marcelli memberi jeda demi perhatian penuh lawan bicaranya. "Dan Fiduci di kisaran 420.000."

Kerutan di dahi Simian langsung bergelombang.

"Bukankah itu hanya di atas kertas? Bukankah ada patokan lain seperti skill dan kemampuan bertarung? Kalau saya bertarung dengan rank-A seperti Preponte sekarang, Tuan Marcelli tahu untuk siapa uang taruhan anda, bukan?"

Marcelli tersenyum simpul.

"Dunia rank-S itu berbeda, Tuan Simian. Anda lihat bagaimana Fiduci tadi hampir membunuhku?" jawab sang akvo rank-S itu kalem. "Memang rank-B++ seperti anda tidak akan kerepotan melawan rank-A seperti Preponte. Itu karena selisih poin tidak jauh berbeda, Tuan Simian." Akvo itu berganti melirik Conna. "Berapa poin yang disediakan omegra, Nona Lumiere?"

"Untuk tipe pest hanya dapat 0,01 - 20 poin, untuk giant 5 - 500 poin, titan 500 - 1.000 poin. Karena tipe predator punya berbagai ukuran, nilai mereka antara 5 - 1.000 poin." Conna menoleh Simian untuk mempertegas penjelasannya. "Kamu lihat ular raksasa itu? Omegra predator itu cuma 425 poin!"

Marcelli tersenyum.

"Akumulasi untuk jadi rank-A itu 40.000 poin. Anda cuma butuh 2 x 5.000 poin menuju rank-B++++, lalu ditambah 5.000 lagi menuju rank-A. Kelihatannya 15.000 poin itu sudah besar bagi anda. Tapi bandingkan dengan kami para rank-S. Untuk bisa menambah satu '+' saja kami harus mengumpulkan antara 100.000-250.000 poin. Sudah paham bedanya, Tuan Muda?"

Simian mengangguk. Dia menyadari bahwa rank-S memang punya dunia berbeda dibanding rank-rank di bawahnya. Dia juga tahu Marcelli adalah petualang termuda yang berhasil menjadi rank-S di usia 41 tahun. Padahal prestasi itu karena Marcelli lebih sering solo karir sebagai akvo yang fleksibel. Bisa dibayangkan sesulit apa menjadi rank-S, kalau ular besar itu saja hanya menambah 425 poin?

Entah berapa lama bagi Simian untuk bisa jadi rank-S yang butuh 200.000 poin akumulasi.

Akhirnya, dia tidak bisa membantah pendapat Marcelli yang menyatakan bahwa poin akumulasi menentukan kekuatan petualang. Dia menyadari bahwa 10 orang Marcelli pun belum tentu bisa mengalahkan seorang Fiduci. Apalagi, pak tua itu saat ini sedang menggunakan pedangnya.

"Tenang saja, Tuan Muda Simian," tegur Marcelli pada Simian yang meragu. Dia mengeluarkan surat dari sakunya dan bertanya, "Anda juga menerima surat dari guildmaster, bukan?"

Simian mengangguk. Dahinya terkernyit melihat surat yang sama ternyata ada di tangan rank-S itu.

"Aku mulai heran. Bisa-bisanya guildmaster tua itu menyuruh rank-B sepertiku mengatasi rank-S kuat seperti Fiduci?"

"Hahahahahaha! Saya meyakini apapun penilaian beliau. Saya tahu rumor tentang rank-B yang mampu mengatasi dua Canix Luprax sendirian. Saya tahu anda lah orangnya, dan saya juga tahu anda punya satu kemampuan istimewa di sini." Marcelli mengetuk jari telunjuk di tepian keningnya sendiri.

Simian paham maksudnya bahwa rank-S itu butuh otaknya. Dia berpikir cepat sambil membaca surat dari guildmaster.

"Baiklah, Tuan Marcelli..." dia menghela napas setelah membuat keputusan. "Pyro rank-S seperti dia mustahil diserang dari jarak dekat. Dia juga seorang Tero yang menguasai skill-skill elemen tanah. Hampir mustahil menyerang tubuh kerasnya pakai anak panah. Tapi saya yakin pikirannya teralihkan mainan barunya saat ini."

"Pedangmu?"

"Pasti. Itu bukan pedang sembarangan."

"Anda punya rencana, Tuan Muda?"

"Iya. Kalau kalian percaya padaku, jadikan aku pemimpin."

10 kepala tidak ragu mengangguk.

Setelah memilih strategi, dia menoleh Conna yang ikut-ikutan melihat pemandangan. "Punya informasi?"

"Aku punya berita baik dan berita buruk. Mau yang mana dulu?"

"Buruk."

"Berita buruknya, ular itu hewan berdarah dingin di musim dingin. Jadi belum tentu bisa menahan Fiduci lama-lama."

"Berita baiknya?"

"Aku bisa melihat semua skill Fiduci. Aku juga tahu kekuatan dan kelemahannya."

Spontan, semua orang terbelalak. Terutama Simian yang tidak menyangka sepupunya memiliki kemampuan mustahil. Tanpa sadar dia memeluk Conna gemas dan mencium pipi bulatnya bergantian.

"Kyaa!!! Lepaskan! Dasar mesum!"

Suasana langsung berubah canggung.

"Ehem ... Apa strategimu, Firehead?" Yadz bersuara setelah menghabiskan berkilo-kilogram daging tikus yang sebelumnya dia bilang haram.

"Dehemanmu itu mencurigakan! Gadis ini sepupuku! Jangan punya pikiran aneh-aneh!"

"Tadi ada yang bilang kamu juga merayu kakak perempuanmu, Firehead."

Tanpa menoleh, tangan Simian mencubit pipi Conna keras-keras.

"Lebih baik kita bahas strategi. Kita tidak punya banyak waktu. Dengarkan aku baik-baik."

Simian memberi tugas kepada 10 anggota party dadakan itu satu persatu.

Setelah strategi itu diserap semua orang, dia berdiri dan menyampaikam briefing terakhir.

"Lawan kita kali ini tidak sembarangan. Butuh ketepatan waktu dan pengambilan keputusan tanpa ragu! Ingat baik-baik, satu kesalahan berakhir kematian semua orang!"

avataravatar
Next chapter