46 Akhir Kejayaan

27 September 1274 AG - 03:00 Pm

Benteng Courbe de Taille

—————

FIIIEEEWWWW .…

BLARRRRRR!!!

Serpihan batu beterbangan mengiringi hancurnya gerbang benteng berikut para pemanah yang berjaga di atasnya. Walaupun mata Encolé masih buram, tapi dia bisa melihat  serangan itu mampu menghancurkan benteng batu seperti benteng pasir mainan anak-anak.

"Ini mimpi buruk!!!"

Earl itu berlari menjauhi benteng di kala suara kicauan mulai bersahut-sahutan. Dia rasakan mara bahaya sehingga dia berlalu menuju kastil sambil sesekali menoleh ke belakang. Encolé semakin terbirit ketika dia melihat kicauan itu, membuat serpihan batu dan kayu mangonel andalannya berjatuhan seperti hujan.

"Mereka bersekutu dengan Iblis!" Encolé berteriak serak melihat prajuritnya kocar-kacir. "Terkutuk, Kalian Ysdeville!!!"

Meski hanya sebagian kecil dari serangan aneh itu yang berakhir ledakan, serangan asap tebal masih berdatangan tanpa jeda ke arah mereka. Encolé melihat sendiri benda-benda yang nampaknya dari logam itu berpantulan di sekitarnya.

"Tutup gerbang kastil! Cepat! Uhuek!" Encolé memberi perintah begitu berhasil memasuki kastil. "Ini sihir! Mereka menggunakan sihir!"

Dia hendak berlari ke dapur di mana para knight elite siap melindunginya menuju jalan rahasia. Tapi dia juga harus meyelamatkan para tamu agamawan yang pasti tidak lagi tenang menikmati jamuan makan. Earl berzirah itu berlari menuju lantai dua untuk menyusul mereka.

Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika dia tanpa sengaja melihat pemandangan memilukan dari balik lubang jendela.

Panah-panah berdatangan. Perang itu lebih mirip pembantaian karena semua prajuritnya sudah membuang senjata mereka. Earl itu merasakan pilu karena bendera putih tidak mungkin lagi bisa dia kibarkan untuk menyelamatkan ratusan anak buahnya.

Pantas saja Ysdeville hanya membawa archer dan cavalry penyerbu. Mereka juga tidak membawa alat gempur karena adanya benda sihir itu. Encolé pun melihat beberapa prajuritnya lagi-lagi berjatuhan dengan kepala pecah. Dia tak mau buang waktu lagi. Dia harus menyusul para tamu itu daripada kematian mereka menjadi bencana baru bagi negerinya.

"Demi Lord! Selamatkan kami Tuan Earl!"

Encolé melihat Bishop Poulette berlari tunggang langgang sambil merentangkan tangan. Bishop tua itu mengangkat bagian bawah jubah sutranya dan menahan topi miter-nya agar permatanya tidak berjatuhan.

"Ini perintah Lord! Tahan mereka, Earl! Tahan mereka agar kami bisa meloloskan diri!"

Amarah Encolé sejenak terpercik. Dalam benaknya dia ingin mengumpat, 'Minta tolong pada Tuhanmu, Keparat!'

Tapi kata-kata itu dia tahan. Jangankan hinaan vulgar, kalimat yang terdengar biasa pun bisa Celeste olah menjadi fitnah. Dia tak sanggup membayangkan jutaan tentara Celestesphaira menyerbu Kerajaannya hanya karena sebuah umpatan.

Earl itu hanya mampu berlutut memberi hormat. Dia tuntun para pemuka agama tua itu menelusuri lorong didampingi puluhan knight elit. Namun yang tidak dia sangka, dua orang knight terdekatnya bergelagat lain.

DOR! DOR! DOR!!!

Suara dentuman menggema di lorong panjang. Dua knight itu membuat lorong bersimbah darah setelah menembakan sesuatu seperti crossbow tanpa busur. Serangan itu sangat kuat sehingga melemparkan para knight asli dengan zirah remuk seperti dihantam palu besar. Salah satu knight palsu itu juga melemparkan sesuatu kepada belasan knight yang datang berkerumun.

BANGG!!!

Lemparan itu berakhir cahaya silau dan suara nyaring berdenging. Semua orang kebingungan sehingga knight palsu itu bisa menghabisi mereka satu persatu. Setelah hanya tersisa beberapa orang tanpa senjata, salah satu dari mereka bicara sendiri dengan benda aneh di tangannya.

"Lantai dua bersih, dua VIP diamankan, Roger!"

"~Brtttzzz ... bersihkan sisanya, Roger! Brrttzzzzzzztt,"  jawab kotak ajaib itu yang bisa bersuara.

Kaki Encolé gemetaran. Pedang yang dia banggakan terjatuh begitu saja karena ketakutan dengan dua knight palsu dan senjata aneh mereka. Encolé terlalu terguncang sehingga tidak bertanya-tanya kenapa kotak kecil itu bisa bicara. Dia juga tidak mempertanyakan siapa VIP yang mereka maksud, atau kenapa pula si bishop tua merentangkan tangan seperti sedang memberi dua knight palsu itu pemberkatan.

"Kalian pasti mau membawa dua orang dari kami? Bawa aku saja dan habisi sisanya! Lord tidak akan menghukum—

DOR!!!

Kalimat bishop itu terhenti ketika dahinya berlubang oleh senjata lain yang lebih kecil.

Knight palsu itu tidak berhenti di situ saja. Dia juga menembakkan senjata tangan itu ke tiga tawanan lain setelah memeriksa dada mereka. Sehingga pada akhirnya, hanya tersisa Vice Àdroi, seorang cleric dan Earl Encolé sendiri.

Encolé berspekulasi. Jantungnya berdetak kencang mengira-ngira siapa satu orang lagi yang akan dieksekusi. Dia gemetaran ketika ujung senjata aneh itu ditodongkan ke semua kepala tawanan bergantian.

"~Brrzzztt ... Kondisi?" Kotak kecil itu lagi-lagi berbunyi.

"Ruangan aman, Roger! Diluar?"

"~Beres! Jangan sisakan satu musuhpun selain VIP … Brtttt …"

Kotak itu sejenak terhenti seakan terganggu oleh sesuatu.

"~Kotak yang anda pegang bisa bersuara, Tuan Catus! Brrttt …" Muncul suara lain yang terdengar berbeda.

"~Tolong jangan merebutnya, Count Grenouil! Biarkan kami bekerja! ... Brtttt … Brrttt …"

"~Tapi demi Lord, Tuan Catus! Anda bicara dengan kotak itu! Dan siapa itu Roger?"

Otak Encolé bekerja. Dia yakin kotak itu pasti alat komunikasi karena mendengar suara dari seorang yang sangat dia kenal. Sejenak, dia kagumi kecanggihannya dan menerima kekalahannya. Earl itu pun siap menerima detik-detik kematiannya ketika dua knight palsu itu bersikap hormat pada seorang vice dan seorang cleric.

Pasti … Encolé sendiri lah yang akan dieksekusi setelah ini. Dia memberikan anggukan perpisahan kepada seorang vice yang selalu memberinya saran. Dia pejamkan matanya saat kotak kecil itu kembali bersuara.

"~Tambahan satu VIP lagi ... brrtttzz ... Segera bawa ketiganya ke Kota Maylon, Roger?"

avataravatar
Next chapter