1 PROLOG

Di rumah sederhana pada umumnya di pagi hari, aroma hangat dari arah dapur memikat remaja laki-laki yang masih dalam dunia mimpi untuk terbangun dari pelukan nyaman selimut di pagi itu. Ia terduduk di pinggir ranjang dan merenggangkan tanganya sebelum mengambil botol mineral di dekatnya.

"Apakah ayah bangun lebih cepat hari ini juga?" tanyaku melihat ke arah jam dinding di kamar. Lalu aku berjalan ke luar kamar dan menuju dapur dimana asal aroma hangat wangi yang membuatku terbangun.

"selamat pagi ayah"

"hmm.. ya selamat pagi juga, nak. Sarapan akan segera siap sebentar lagi, bisakah kamu menyiapkan meja"

"tentu"

Setelah menyapa ayah seperti biasa, aku berjalan menuju cabinet dan mengambil peralatan makan untuk di gunakan. Dan tanpa perlu lama sarapan yang di siapkan oleh ayah sudah siap untuk di santap.

"Oh iya, hampir saja lupa, ini silakan ambil dan juga Selamat ulang tahun nak" ucapnya dan menyerahkan sebuah kado berbungkus warna merah dengan di ikat pita biru.

"terima kasih ayah" dengan tersenyum menerima kado yang selalu ku nantikan tiap tahun di tanggal ini, aku segera membuka kado kecil yang aku terima dengan hati hati.

Selamat ulang tahun yang ke-18 anak ku, saat kamu lahir dulu, kamu sangat kecil dan mugil dalam dekapan ibu. Kini kamu sudah beranjak dewasa dan melangkah ke dunia mu sendiri yang kamu pilih untuk menjadi sukses, dalam doa ibu mu di hari suka cita muyang tidak bisa melihat mu untuk tumbuh dewasa seperti sekarang dan memelukmu langsung, ibu hanya berharap semoga kamu menjadi anak yang sehat, pemberani dan kuat seperti ayah mu. Salam cinta dari ibu selalu

-Rena-

"Ibu…." Tetesan air membasahi surat yang ku baca. Lalu aku mengelap mataku yang basah dengan lengan dan melipat Kembali surat berharga yang selalu ku nanti setiap tahun dibandingkan barang lainnya yang tersemat dalam surat.

Ayahnya yang melihat putranya membaca surat, bergetar karena harus menahan rasa rindu dan sedih dari mediang istri tercintanya yang sebelum kepergiannya menitipkan kado dan surat untuk putranya hingga hari ini.

Ya hari ini adalah kebahagian dan kesedihan untuk keluarga Keylux, dimana sosok ibu dan istri tercinta bagi kedua pria dari keluarga ini tiada namun juga merupakan hari berbahagian untuk sepasang kekasih dimana putra yang mereka nantikan terlahir ke dunia ini.

Remaja itu mengambil sebuah liontin emas dalam kotak yang tersemat surat sebelumnya. Itu bukalah liontin biasa, dimana terdapat ukiran singa dan bisa di buka menjadi dua dimana ada foto seorang Wanita cantik berumur sekitar 20-an yang tersenyum mengenakan topi besar putih dengan background rumah besar cantik dan pandang rumput di sekitarnya. Seperti rumah pertenakan pada umumnya namun jauh lebih seperti rumah peristirahatan.

"ayah apakah foto dalam liontin ini adalah ibu?" tanyaku dan memperlihatkan foto ke ayah.

"Iya ia Rena, ibu mu Ketika seusia mu, dimana ayah dan ibu pertama kalinya bertemu." Tatapan mata rindunya ke pada kekasih hati pujaan hatinya terasa sedih saat melihat foto tersebut sambil mengenang Kembali hari hari mereka bersama.

"Ibu mu adalah putri keluarga ternama di daerah sana, ia sangat periang dan hangat serta mudah bersahabat oleh siapa saja, dan karena itu ia punya banyak teman. Tidak seperti ayahmu yang berbeda jauh dari ibu mu." Ia memotong kecil roti bakar miliknya dan memakanya sebelum melajutkannya.

"Ayah hanya seorang bocah pesuruh yang bekerja di ladang milik kelurga Rena. Keluarga ayah sangat miskin dimana kedua orang tua ayah saat itu pergi dari rumah meninggalkan Ayah dan bibi mu yang masih kecil. Ayah harus mandiri dan kuat untuk bibi mu , berjuang untuk hidup di dunia yang kejam untuk seorang anak yang dibuang oleh kedua orang tuannya." Ratapan sedih terlihat saat ia mengangkat kopi dan meminumnya.

"Saat itu kami bertemu tidak sengaja dan ayah jatuh cinta saat pertama kalinya bertemu. Ia bagaikan tiupan angin segar dan hangat seperti matahari yang bersinar di musim panas dalam kehidupan ayah yang dingin. Rena selalu baik juga ke bibimu Telly, selalu menyayanginya bagaikan adiknya sendiri. seperti yang kamu tahu dimana orang miskin dan kaya tidak bisa di restui, kami memutuskan untuk kabur, meninggalkan keluarga kami."

Ia tersenyum sinis sedih saat menceritakan bagian terkahir, rahasia yang ia simpan rapat rapat hingga kini

"itu tidak mungkin" aku merasa terkejut.

"Ya, ayah membuang dan meninggalkan Telly disana sendiri, di rumah yang kotor dan dingin. Tidak mempedulikannya saat ia berteriak kencang memanggil nama ayah untuk Bersama matahari ayah. Sama seperti bagaimana kedua orang tua ayah membuang kami berdua. Telly harus merasakan pengkhiatan untuk ke tiga kalinya dari keluarga" Kali ini tangis yang di tahan oleh ayah tidak bisa di tahan Ketika ia menundukkan kepalanya ke bawah meja.

"Ayah." Aku duduk diam di sana melihat ayah.

"mungkin karena karma, ayah telah meninggalkan keluarga ayah yang lainya, tuhan merebut keluarga ayah yang paling tercinta, penyelemat ayah dalam kehidupan ayah yang kejam dan dingin. Merebut Matahari Ayah setahun setelah ia melahirkanmu. Tuhan membuat dunia ayah Kembali dingin dan gelap, saat itu ayah juga sempat berpikir untuk membuangmu dan mengejar Rena. Namun suara tangis mu menyadarkan ayah dan kehangatan tubuh mugilmu saat ayah memelukmu mengingatkan Kembali akan Rena dimana ia menarik ayah dari dunia yang kejam dan dingin."

Ketika mendengar cerita pengakuan ayah yang selalu berani dan tegap dimana pun aku melihatnya. Di depan ku kini hanya terlihat sosok dari pria lemah yang sedang mengaku akan kesengsaraan yang ia rasakan setelah di tinggal oleh kekasihnya. Aku segera mendekati ayah yang masih dalam posisinya merengkuk dan menahan tangis.

"Ayah"

"maafkan ayah ya nak, pernah berpikir untuk meninggalkan mu. Sampai saat ini ayah masih menyesal pemikiran yang sempat ayah ambil Ketika kamu masih bayi dan juga Ketika ayah harus membuang keluarga ayah yang lainya bibi mu.."

Aku menggengam erat tangan bergetar yang kasar dimana kupikir dulu sangaat besar tapi kini terasa kecil dalam gengaman tangan ku sendiri.

"Apakah ayah pernah mencari bibi sejak itu" tanyaku dan ayah menggelengkan kepalanya.

"Tidak, ayah takut ia membenci ayah dan tidak ingin menemui ayah sama seperti bagaimana rasanya ayah rasakan dulu".

Pagi itu di hari ulang tahun ku yang ke 18, aku mendapatkan kado yang mengejutkan dalam hidupku dari Ayah.

-HAPPY BIRTDAY, REO KEYLUX-

avataravatar
Next chapter