webnovel

Bagian 1, Laki-laki Aneh

Lira menoleh ke sekelilingnya, ia merasa ada mata yang tengah memperhatikannya sejak tadi, tapi siapa? Lira jadi parno sendiri mengingat ia hanya sendirian di dalam ruangan ini. lagian siapa juga yang mau membuang waktu di dalam perpustakaan hingga pukul empat sore?, Tentu hanya Lira saja.

Lira Kembali menyusun setiap buku yang tercecer di lantai, meski dalam hatinya ia menggerutu gelisah, ia tidak tau mengapa baru kali ini dia jadi penakut begini.

Setelah semua kegiatannya selesai, Lira bergegas keluar dari tempat itu, langkahnya sedikit tergesa, perasaannya semakin tidak karuan, hingga saat ia tiba di parkiran ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah kotak berwarna Hitam tergeletak tepat di samping mobilnya.

"Pak, ini kotak bapak tau siapa yang naruh?" Tanya Lira kepada Pak Sapri, supir di rumahnya.

"Gak tau neng, bapak barusan balik dari WC"

Kening Lira mengerut, ia mengambil kotak tersebut lalu memperhatikan sekelilingnya, Lira terpaku saat tanpa sengaja, matanya bertubrukan dengan netra seorang laki-laki berkacamata yang saat ini memandangnya datar, Cepat-cepat Lira masuk kedalam mobil detak jantungnya bekerja lebih cepat, ia kemudian meneleti setiap sudut kotak itu. Tidak ada nama pemilik di sana, yang ada hanyalah Nama Lengkap Lira yang di tulis dengan spidol berwarna Merah. Tapi baunya terasa sangat anyir di penciuman Lira, ini... Seperti bukan bau spidol.

Saat membuka kotak itu, Mata Lira membulat sempurna, refleks ia menjatuhkan kotak tersebut dari pangkuannya, ia benar-benar terkejut melihat isi dari kotak itu. Sebuah pisau berlumur darah yang sudah mulai mengering.

"Ada apa neng?" Tanya pak Sapri yang sepertinya juga ikut terkejut mendengar teriakan Spontan lira.

"Gak papa pak"

Lira melirik kotak itu sekali lagi, dan tatapannya tertuju pada sebuah kertas yang terselip di bagian bawah pisau tersebut..

Dengan hati-hati, ia mengambil Kertas itu dan menumukan kata yang berhasil membuat Lira meremang.

Jangan dekat dengan laki-laki lain kalau kamu gak mau mereka mati di tangan aku.

Deg.

Siapa pengirim surat ini? Lira sudah terlihat berkaca-kaca, ia terlalu cengeng untuk hal-hal yang menekan batinnya.

Saat ingin menyimpan kembali surat di kotak tadi, ia kembali menemukan sesuatu yang lagi-lagi membuat ia tercengang. Sebuah cincin dengan hiasan berbentuk tengkorak dari permata yang berada di sudut kotak tadi.

Siapa sih ? Batin Mey bertanya, seumur hidupnya, Hidup Mey begitu damai dan tenang, ia tidak pernah diancam seperti ini, apalagi diteror dengan barang-barang mengerikan.

"Apa mungkin laki-laki tadi?" Lira kembali menggelengkan kepalanya kasar saat menyadari bahwa itu semua tidak mungkin karena laki-laki itu.

****

Lira mendengus sebal melihat kakaknya yang baru datang dengan wajah penuh lebam dan sudut bibir yang robek. Lira tidak habis pikir, mengapa kakaknya itu tidak pernah jera untuk bertengkar, padahal kini ia sudah menginjakkan kaki di Bangku kuliah.

"Abang kok hobi banget berantem, Lira bosen, liat muka bang Raka yang jelek,"

"Udah cepetan naik, udah sore ini,"

Lira menggerutu kesal dengan respon Raka yang selalu menyebalkan, ia lalu naik di jok belakang motor setelah memasang helmnya.

"Bang, Mampir di kedai ice cream bentar yah,"

"Hemm"

Saat sampai di kedai ice cream, Lira ikut mengantri untuk memesan beberapa cup ice cream, ice cream itu bukan untuk dirinya saja, melainkan juga untuk bunda dan Raka, sisanya akan di taruh di kulkas untuk simpanan.

Beberapa kali, Lira melirik Raka yang sudah memberinya kode agar cepat-cepat pulang, dan di lirikan terakhir, Lira terpaku saat tak sengaja, matanya bertubrukan dengan netra Abu-abu yang juga kini tengah memandangnya datar di sudut ruang kedai itu, buru-buru Lira mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Sepuluh menit mengantri, Lira tersentak saat ada sebuah kantong plastik tergantung bebas di hadapannya, Lira menengadah menatap siapa pemilik kantong tersebut, dan ia terkejut kala ia melihat sosok laki-laki jangkung yang tadi di dilihatnya berada di sudut ruangan kini berdiri tepat di hadapannya. Dia, Arash, laki-laki paling Aneh di sekolahnya.

"Ini," Laki-laki itu menyodorkan kembali kantong kresek yang tadi sempat di sodorkan kepadanya. Lira mengernyitkan keningnya bingung.

"Buat kamu," ucap laki-laki itu datar, merasa tidak ada pergerakan dari gadis di hadapannya, dengan gemas laki-laki itu mengambil tangan kanan Lira dan mengaitkannya dengan kantong kresek yang tadi. Setelah itu, laki-laki itu pergi meninggalkan Lira yang masih mematung bingung di tempatnya.

Apa-apaan sih dia, gumam Lira yang kini menunjukkan raut wajah takut, pasalnya ini kali pertama ia berbicara dengan Arash, namun laki-laki itu bertindak seolah mereka sudah lama saling mengenal. Lira melihat isi dari kantong kresek pemberian laki-laki tadi, dan isinya membuat ia semakin tercengang, tiga cup ice cream coklat dan dua cup ice cream vanilla, sama persis dengan ice cream yang biasa di belinya.

"Bagaimana dia bisa tau?" Tanyanya dalam benak. Lira kemudian keluar dari toko dengan perasaan yang campur aduk, Takut, Gugup, beberapa pikiran negatif bermunculan di dalam benaknya, Laki-laki tadi adalah Arash, sosok paling aneh di angkatannya.

"Kenapa?" Suara Raka membuat Lira tersentak, Kakaknya itu memang paling peka, ia lantas menggeleng lemah.

"gak papa bang"

Raka mengangguk, lalu menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, ia tau ada yang tidak beres dengan adiknya itu, meski Raka tidak tau alasannya apa.

Tanpa Lira sadari, Laki-laki berkacamata tadi belum beranjak dari sana, ia tersenyum tipis dibalik dinding, senyumannya kini lebih mengarah ke serengaian mengerikan, tidak lama lagi rencananya akan berhasil.

"Tinggal mengulur waktu, sebelum kamu sepenuhnya berada dalam genggaman ku Alira" ucap lelaki itu kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.

Next chapter