2 He Did Me Dirty

"Gendut! Kau baru datang, huh?"

Itu adalah kalimat sapaan pertama yang Tera dapatkan dari Sebastian Lim sesampainya di kantor. Kalimat yang sebenarnya sangat menyebalkan, namun Tera sudah terbiasa dengan setiap jenis panggilan yang pria itu gunakan untuknya.

"Hmn…" jawab Tera dalam gumaman kecil sambil menampakkan raut wajah yang sangat ogah-ogahan.

Wanita bertubuh bak hourglass alias jam pasir yang tak proporsional itu melewati Big Boss yang berkacak pinggang di samping meja kerjanya.

"Oi, biasa saja dong, tidak usah nyenggol seperti itu. Pasti kamu sengaja 'kan nyenggol saya dengan badan truk trontonmu itu!!" seru Sebastian heboh saat Tera tak sengaja menyenggol pundaknya.

"Makanya jangan menghalangi jalan saya, Boss. Kembalilah ke kantor kalau Anda merasa bosan!" Tera melirik pintu kantor Sebastian yang ada di belakangnya, wanita itu terlihat bosan dan malas meladeni Boss besarnya yang sedang dalam mode berisik seperti ini.

"Bohay, sudah sarapan belum? Kenapa pagi-pagi sudah cemberut seperti itu, hmn!? Pasti belum sarapan 'kan? Pantes mukanya jelek kayak kelinci tanpa bulu!"

Tera mengernyit mendengar ejekan Big Boss yang semakin jadi. Ia pun melemparkan tasnya ke dalam lemari meja kerjanya, lalu menutup lemari itu dengan keras.

Dengan sikap acuh dan sedikit emosi, Wanita itu mengambil botol tumbler kopinya dan kembali berjalan melewati Sebastian.

"Wohooo… gede sekali. Makan apa sih, Dut? Kok bisa segede melon gini…"

Mendengar itu Tera menjengit mundur, wajahnya mengernyit jijik pada sang pimpinan.

Tera adalah sejenis big-boned woman. Tubuhnya tinggi dan besar, wanita itu pun gemuk namun terlihat sehat dan bugar, tidak loyo dan kendor seperti yang orang-orang bayangkan tentang wanita gemuk yang memiliki badan besar.

Kontradiksi-kontradiksi inilah yang membuat tubuh Tera terlihat tidak proporsional. Tera berwajah kecil sedikit chubby, namun memiliki dua buah payudara yang membusung kencang dan menggantung berat bak buah melon yang ranum dan matang. Di bawahnya terdapat perut yang rata, pinggang yang kecil lalu di belakangnya terdapat pinggul yang menggembung. Tak hanya sampai disana, Tera pun memiliki bokong yang terlihat tidak natural alias berukuran sangat besar hingga membuat pinggulnya tanpak seperti jam pasir yang menggelembung ke bawah lalu turun ke bokong dan pahanya yang tak kalah besar.

Semua orang mengira Tera telah menyuntikkan cairan atau benda aneh ke dalam payudara dan bokongnya sehingga memiliki bentuk yang sangat tidak wajar seperti itu. Bahkan orang-orang sirik nan dengki itu menuduh Tera telah melakukan sedot lemak di bagian perut agar terlihat rata walau bertubuh besar di bagian-bagian tertentu. Namun Tera berani bersumpah bahwa semua aset miliknya adalah alami dan natural. Dia memang terlahir dengan tubuh lebih besar daripada bayi pada umumnya, ia tidak pernah kurus, bahkan pertumbuhan pantat dan payudaranya membuat Tera merasa insecure sepanjang menjalani masa remaja hingga dewasa. Lihat saja pahanya, jauh lebih besar daripada paha sapi glonggongan sekalipun.

Tera merubah wajah jijiknya dan hanya tersenyum miring sambil melirik Sang Big Boss.

Ia tak bisa ditindas seperti ini terus menerus!

"Saya aduin ya, ke HRD?"

"Kenapa ngadu?"

"Pelecehan di kantor itu namanya! Walau Anda pemilik perusahaan ini, tapi Anda tidak bisa memperlakukan saya seenaknya!" Tera menekan-nekan dada Big Boss dengan jari telunjuknya.

"Dih, barusan itu Saya memuji kamu loh – bukan pelecehan. Asal kamu tahu, wanita-wanita di luar sana pada pengen punya tetek dan bokong yang segede kamu. Bahkan mereka sampe repot-repot operasi ngeluarin banyak cuan untuk terlihat seperti ini!!"

"Setelah apa yang Anda lakukan tadi pagi, saya tidak ingin menerima pujian seperti itu lagi! Cukup ya! Udah minggir, saya haus mau ngopi!" tegas Tera. Matanya tajam menatap manik mata Sebastian. Wajah Tera yang biasanya selalu ramah hari ini sangat berbeda. Raut wajah itu selalu dipenuhi kemarahan.

Sebastian tercengang mendengar ketegasan itu, bahkan mulutnya membuka dan menutup spontan saat Tera mengungkit kejadian tadi pagi di kamar anak semata wayangnya yang bernama Nora.

Pagi tadi Sebastian tak sengaja mencicipi buah melon itu dalam tidurnya. Ia bermimpi sedang bersama seorang wanita sexy di sebuah pantai yang indah. Mimpi yang sangat sering menghantuinya sebagai seorang single daddy yang kesepian. Tapi ternyata apa yang Sebastian lakukan di dalam mimpi itu telah dipraktekan tanpa sengaja pada Tera yang sedang menginap di kamar Nora.

Naasnya, kejadian tersebut justru diketahui oleh Mamak Sebastian alias Nyonya Herlinda Sihombing – Lim, hingga wanita paruh baya itu menuntut mereka untuk menikah daripada harus terus membuatnya ketar-ketir memikirkan nasib keturunan keluarga Lim yang terancam "kering" karena saat ini mereka hanya memiliki satu cucu perempuan sebagai penerus Keluarga Lim, sementara tidak ada tanda-tanda bahwa Sebastian akan memberikannya cucu kedua bagi keluarga mereka. Bukannya sibuk menikah, pria itu malah sibuk bekerja dan tidak memikirkan masa depan pernikahannya.

"Apa?" tanya Tera yang sudah masuk ke dalam lift. Wanita itu melotot galak kepada Sebastian yang memandangnya tanpa henti.

"Enggak! Sudah sana bikin kopi."

Pria itu pun membiarkan Tera berlalu meninggalkan lantai dua puluh dan turun ke lantai sembilan belas dimana Pantry berada.

Ada alasan tersendiri mengapa Tera memperlakukan Sebastian selaku Big Boss nya dengan begitu buruk hari ini. Bagaimana tidak, pagi tadi pria itu terbangun di samping Tera dalam kondisi memeluk dan mencicipi buah melon Tera yang segar di pagi hari. Tak hanya sampai disana, kelakuan mesum pria itu terpergok oleh Ibundanya hingga wanita paruh baya itu mengamuk dan memaksa Sebastian untuk menikahi Tera.

Tera yang mengetahui bagaimana watak asli Sebastian tentu saja menolak permintaan itu dengan sangat keras. Penolakan yang membuat Sebastian dan Nyonya Herlinda terperangah hebat dan tak mampu berkata-kata.

Dua orang itu pun terdiam sampai pada akhirnya mereka menyerah dan membiarkan Tera untuk pulang ke apartemen studionya untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

"Gila saja! Wanita waras mana yang mau nikah sama lelaki seperti Sebastian Lim! Pria dengan kemampuan bully tingkat tinggi, dan juga punya kebiasaan kencan sana sini! Cih! OGAH!" geram Tera dalam hati. "Lebih baik jomblo saja!"

Tera bergidik ngeri membayangkan pernikahan dengan Sebastian. Pasti harinya dipenuhi kecemasan dan sakit hati. Tak hanya oleh sikap playboy Sebastian, namun juga oleh kebiasan pria itu dalam mengejek dan membully nya.

"No fucking way!" gumam Tera.

Bukan apa-apa. Bukan Tera sok jual mahal dan anti – billionaire Hero. Hanya saja dia lebih memilih Brandon Dexter sang pegawai biasa dibanding Sebastian Lim yang belum apa-apa sudah berani mencicipi buahnya.

"Cih! Pakai alasan mimpi! Ketiduran! Apalah! apalah! Bokis!!" geram Tera dalam hati sambil berjalan keluar dari Lift dan menuju Pantry. "Gimana bisa orang yang tidur di kamar pribadi tiba-tiba pindah ke kamar anaknya begitu saja – tepat di sampingku pula!? Emang dia bisa tidur sambil jalan? Enggak 'kan? Karena kalau iya, maka dia pasti sudah jungkir balik jatuh dari lantai dua ke lantai satu! Pasti itu akal-akalan dia saja supaya bisa berbuat mesum! Kampret emang!"

Tera membanting tumbler kopinya ke atas meja, lalu mengeluarkan toples bubuk kopi hitam dari dalam lemari pantry.

"Selama ini aku sabar menghadapi dia, tapi aku sudah tidak tahan lagi! Aku harus segera mengundurkan diri jika dia tidak mau mengembalikanku kepada posisi yang seharusnya. He did me dirty! He did me very dirty! Dia tidak hanya menyentuh-nyentuhku seperti tadi pagi, tapi dia juga menyentuh ketenangan hidupku! Dia telah merenggut impianku!"

***

avataravatar
Next chapter