10 Tak Peduli Dengan Legalitas

Happy Reading

Brian dan Kevin saling menatap satu sama lain. Mereka tak sadar jika sudah melupakan sesuatu yang sangat penting. "Bodoh! Bagaimana kita bisa melupakan hal itu?" gerutu Brian sambil menatap tajam sahabatnya yang sedang berdiri tepat di sampingnya.

"Sayangnya ... keadaan Dokter Imelda sangat lemah. Kita tidak bisa memaksanya untuk melakukan operasi ini." Kevin pun sedikit bingung dengan keadaan yang sama-sama tidak menguntungkan itu. Pria itu terlihat sangat frustasi, dia tak ingin kondisi keduanya memburuk.

Martin mendekati dokter keluarga Prayoga lalu mendekatkan wajahnya ke telinga pria itu. "Bukankah Imelda hanya kekurangan nutrisi bukan kehilangan kemampuannya menjadi seorang dokter bedah? Aku yang akan membawa seorang Imelda Mahendra ke klinik ini," ucapnya sambil memandang dua pria yang masih berdiri dengan wajah bingungnya. "Bahkan dia akan dengan senang hati menyelamatkan nyawa seorang Adi Prayoga," tambahnya lagi sebelum meninggalkan dua orang yang terlihat tidak bernyawa. Mereka berdua hanya melihat Martin yang meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apapun.

Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Martin melajukan mobilnya ke rumah besar keluarga Prayoga. Pria itu langsung masuk ke dalam rumah sambil melihat sekeliling. Setelah beberapa saat, pria itu sudah menemukan seseorang yang sangat dicarinya. "Bagaimana keadaan Anda, Dokter Imelda?" tanyanya sambil berdiri di belakang wanita itu.

Imelda yang menyadari seseorang yang datang dan menyapanya, langsung bangkit dari tempat duduknya dan membalikkan badannya. Dia sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu di depannya. "Martin!" sahutnya dengan wajah terkejut. Dia tak menyangka akan berhadapan langsung dengan kaki tangan Adi Prayoga yang begitu sulit ditemukan oleh BIN.

"Aku tak menyangka kamu akan mengenalku, padahal selama ini kita tak pernah bertatap muka," balas Martin sambil terus menatap seorang wanita yang sangat dikenalnya itu.

"Tentu saja, aku sangat mengenalmu. Di ruang kerja Papa terpampang banyak fotomu dalam berbagai penyamaran." Imelda sama sekali tak menunjukkan ketakutan sedikit pun berhadapan dengan seorang mafia yang sangat berbahaya seperti Martin. Wanita itu justru penasaran dengan alasan pria di depannya itu datang ke hadapannya. "Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Imelda tanpa basa-basi.

Martin melemparkan sebuah senyuman pada wanita yang sedang mengandung keturunan Prayoga itu. Dia sangat mengagumi sosok Imelda yang tegas namun memiliki sisi kelembutan seperti ibunya. "Aku membutuhkan sedikit bantuanmu," jawab pria yang masih berdiri dengan tatapan kekaguman. "Adi Prayoga baru saja tertembak di dadanya, sedangkan seluruh dokter di negara ini tak ada yang berani mengambil resiko karena peluru itu menembus dadanya dan bersarang sangat dekat dengan jantung. Hanya kamu yang bisa aku percaya untuk menyelamatkan Adi Prayoga sekaligus merahasiakan keadaannya," jelas Martin pada wanita hebat di sampingnya.

"Apa! Om Adi terluka? Bagaimana keadaannya? Bawa aku menemuinya sekarang juga." Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Imelda berjalan keluar dan langsung masuk di sebuah mobil yang terparkir di depan pintu itu. Sedangkan pria itu langsung mengikuti wanita yang terlihat sangat panik dan juga cukup sedih.

Di dalam mobil, Martin tak langsung menjalankan mobilnya. Pria itu menatap lekat seorang wanita di sampingnya. Dia tak menyangka jika Imelda akan begitu sangat peduli pada Adi Prayoga. "Apa keadaanmu sedang baik-baik saja? Sebuah operasi membutuhkan tenaga dan juga suasana hati yang cukup baik." Martin mencoba memastikan keadaan wanita yang duduk di sampingnya itu.

"Aku tak lebih baik dari sekarang. Cepat bawa aku menemui Om Adi," sahut Imelda tanpa ada ekspresi sedikit pun. Dalam wajahnya terlukis sebuah kekhawatiran yang sangat besar dan juga mendalam. Bahkan dia terlihat begitu gelisah dan juga tidak tenang.

Martin langsung membawa Imelda ke klinik milik Kevin. Sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi, membuat mereka berdua bisa sampai di depan klinik hanya dalam beberapa menit saja. Wanita itu langsung membuka pintu mobilnya dan berjalan cepat memasuki sebuah pintu kaca di klinik itu. "Di mana Om Adi?" tanya melda pada dua pria yang menatap kedatangannya dengan tatapan aneh.

"Imelda! Apa kondisimu sudah lebih baik?" Brian langsung menghampiri wanita itu dengan wajah cemas. Bahkan pria itu mencoba untuk merangkul pundaknya dan memastikan keadaannya.

"Tutup saja mulutmu itu! Antarkan aku menemui Om Adi," seru Imelda tanpa perasaan.

Brian langsung mengantarkan ibu dari calon anaknya itu untuk masuk ke sebuah ruangan di mana Adi berada di sana. Wanita itu mencoba memeriksa beberapa organ vitalnya untuk memastikan keadaan Adi untuk melakukan operasi. "Panggil dokter itu!" ucap Imelda dengan sangat dingin. Brian langsung keluar untuk memanggil Kevin yang masih berbicara cukup serius dengan Martin.

"Imelda menyuruhmu segera masuk." Ucapan dari Brian itu seperti sebuah perintah dari seorang atasan. Tanpa menunggu lagi, Kevin langsung menyusul Imelda di kamar perawatan Adi. Dia tak ingin jika dokter idolanya itu harus menunggu terlalu lama.

Kevin langsung masuk ke dalam ruangan itu dengan hati yang sangat berdebar karena berhadapan langsung dengan seorang Imelda Mahendra. "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya sambil terus memandangi wajah cantik wanita itu.

"Aku ingin melihat hasil Rontgen dari Om Adi," jawab Imelda pada pria di depannya.

Pemilik klinik itu langsung mengambil hasil foto Rontgen yang sudah disiapkan olehnya sebelum kedatangan Imelda di klinik itu. Wanita itu langsung melihat dan memperhatikan gambar itu dengan sangat teliti dan serius. Imelda mencoba untuk memastikan jika peluru itu tidak melukai jantung Adi Prayoga. "Siapkan ruang operasi secepatnya. Apa peralatan dan perlengkapan operasi di sini sudah tersedia?" tanya Imelda lagi.

"Bahkan klinik ini cukup memadai untuk melakukan operasi besar, sayangnya itu secara ilegal. Biasanya aku mengoperasi sendiri anak buah Om Adi yang terluka," jelas Kevin dengan sedikit ragu. Pria itu tidak yakin untuk mengatakan operasi ilegal yang biasa dilakukannya secara terselubung. Karena dari luar, klinik itu terlihat seperti klinik biasa. Namun semua itu hanyalah cangkang, bahkan Kevin sudah melakukan ratusan operasi untuk orang-orang Adi Prayoga.

Imelda langsung mengerti dengan penjelasan Kevin. Wanita itu berjalan keluar dan diikuti oleh pria yang sejak tadi berbicara dengannya di ruang perawatan Adi. "Aku tak peduli dengan legalitas, yang ku inginkan hanya menyelamatkan nyawa yang masih bisa diselamatkan. Antar aku ke ruang operasi sekarang juga, aku harus bersiap-siap. Lalu siapa yang biasa melakukan anestesi?" tanyanya cukup penasaran. Karena anestesi bukan hal yang main-main, Imelda tak mau melakukan itu dengan sembarangan.

"Aku sudah memiliki dokter anestesi terbaik, dia sedang dalam perjalanan ke sini." Kevin langsung menyuruh beberapa perawat mempersiapkan ruang operasi. Dan juga menyuruh beberapa dari mereka untuk membantu jalannya operasi besar yang akan dilakukannya bersama Imelda.

avataravatar
Next chapter