12 Jebakan Dari Pria Brengsek

Happy Reading

Brian kembali masuk ke dalam klinik, pria itu langsung berjalan menuju ke ruang perawatan di mana Imelda berada. Di saat yang sama Kevin dan Laura baru akan keluar dari ruangan itu. "Bagaimana keadaannya?" tanya Brian pada Kevin yang berdiri di samping Laura.

"Keadaannya cukup stabil, jangan terlalu khawatir pada Dokter Imelda. Dia adalah wanita yang sangat kuat, bahkan Laura sangat mengenal siapa Imelda Mahendra," jelas Kevin dengan ekspresi wajah yang cukup tenang dan tanpa ada kegelisahan di dalam hatinya.

"Siapa Laura?" tanya Brian singkat.

Kevin tersenyum hangat memandang wajah sahabatnya yang terlihat cukup cemas sekaligus gelisah. "Dia adalah Laura." Kevin menatap wanita yang berdiri di sampingnya itu. "Dokter anestesi yang membantu Dokter Imelda mengambil tindakan pada Om Adi, sekaligus rekan kerjanya selama bekerja di Rumah Sakit." Pria itu menghentikan ucapannya untuk melihat ekspresi sahabatnya ketika mendengar hal itu.

"Rekan kerja Imelda? Jadi kamu juga tahu, siapa kekasih Imelda?" tanya Brian dengan tidak sabar.

Laura langsung mengembangkan senyuman penuh arti pada pria yang berdiri di hadapannya. Dia dapat melihat, ada sebuah cinta yang mendalam dalam sorot mata Brian. Wanita memajukan langkahnya lalu berbisik di telinga Brian. "Anda harus berjuang sangat keras, Dokter Imelda tak pernah jatuh hati pada pria manapun." Laura kembali memundurkan langkahnya kemudian memandang Brian dalam sebuah tatapan yang cukup mengintimidasi. "Sudah puluhan pria yang sudah ditolak mentah-mentah oleh Dokter Imelda," tambahannya lagi.

Mendadak wajah Brian memucat seketika, seolah nyalinya mulai menciut. Dia tak dapat membayangkan sebuah cara untuk menaklukkan wanita yang sedang mengandung buah cintanya itu. Sebuah cinta sepihak yang disimpannya selama bertahun-tahun. "Aku akan melihat calon istriku," ucapnya pada dua dokter yang masih memandang dirinya sejak tadi.

"Calon istri?" Laura menunjukkan sebuah keterkejutan yang cukup hebat di dalam wajahnya. Wanita itu terlihat bingung mendengar ucapan Brian barusan. "Benarkah seorang Imelda Mahendra akan menikahi Brian Prayoga? Sepertinya langit akan segera runtuh," sahutnya dalam ketidakpercayaan yang begitu besar. "Kevin! Apakah ada yang sedang kamu tutupi dariku? Ayolah ... jangan menutupi apapun dariku. Kamu tahu, siapa diriku." Laura semakin mendesak sahabatnya itu untuk menjelaskan sesuatu yang terlalu membingungkan baginya. Beberapa kali wanita itu mengerutkan keningnya, merasa sangat tidak sabar untuk menunggu sebuah penjelasan tentang apa yang baru saja didengarnya.

Kevin terlihat begitu tak inginnya untuk mengatakan kesalahan besar yang sudah dilakukan oleh Brian. Namun selama ini, Laura sudah cukup tahu dengan bisnis ilegal yang dilakukan oleh keluarga Prayoga. Seolah semakin terdesak dengan tatapan wanita di sampingnya, Kevin pun hanya bisa pasrah dan juga menyerah. "Brian telah menghamili Dokter Imelda," cetusnya dengan tatapan sedih dan sangat kecewa.

"Apa! Bagaimana itu bisa terjadi? Dokter Imelda tak mungkin melakukan hal itu dalam keadaan sadar," sahut Laura dalam ekspresi yang sangat terkejut dari sebelumnya.

"Dia melakukannya dalam keadaan mabuk," balas Kevin dengan senyuman kecut.

"Aku sudah menduganya .... Aku yakin, Brian pasti sudah menjebaknya. Bagaimana mungkin Dokter Imelda menyerahkan tubuhnya pada pria yang tak dikenalnya?" Laura semakin geram pada pria yang sudah menjebak rekan kerjanya itu. "Aku harus memberinya pelajaran." Laura langsung masuk dan mendorong Brian yang berdiri di samping Imelda. "Brengsek! Setelah apa yang kamu lakukan pada Dokter Imelda kamu masih bisa berdiri di sini menatap!" Wanita itu berteriak sangat keras seolah ingin memecahkan gendang telinga pria yang terlihat sangat menyesal itu. "Ingin rasanya aku membius mu sampai mati," ucapnya dengan tatapan dingin.

Imelda yang mulai terganggu dengan suara yang cukup keras perlahan langsung membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah Brian. Sosok pria yang menjadi ayah dari anak di dalam perutnya. "Hentikan, Laura! Apa kamu menginginkan anakku lahir tanpa ayah?" sahutnya tiba-tiba dengan suara yang terdengar cukup lirih namun masih terdengar sangat jelas.

"Dokter Imelda!" Laura begitu terkejut saat menyadari rekan kerjanya itu sudah sadar. "Pria ini telah melakukan pemerkosaan pada Anda, jadi aku berpikir jika Brian harus mati," seru Laura sangat geram.

"Aku yang lebih dulu menggodanya," cetus Imelda dengan ragu.

"Tak mungkin Dokter Imelda menggoda seorang pria yang tidak dikenal. Aku sangat mengenal siapa Dokter Imelda bagi kami semua." Tiba-tiba saja Laura menjadi sangat sedih. Dia masih tidak percaya dengan takdir yang begitu kejam telah menimpa wanita cantik yang masih terbaring lemah di atas ranjang.

Imelda sangat mengerti kepedulian dari Laura itu. Selama di rumah sakit, semua staf dan juga dokter sangat menghormati dan membanggakan seorang Imelda Mahendra. Dokter bedah terbaik yang begitu hebat dalam melakukan segalanya. Bahkan Imelda juga sangat jago beladiri. Pernah suatu hari ada seorang preman yang membuat kekacauan di Rumah Sakit. Dengan sangat lincah dan cepat dia bisa membekuk para pembuat onar itu. Wanita itu mencoba bangkit dari tidurnya dan memandang Laura dengan senyuman simpul yang menghiasi wajahnya. "Brian adalah teman sekelas ku waktu sekolah dulu. Aku mengenalnya sudah sangat lama, mungkin sudah puluhan atau belasan tahun ... " jelasnya dengan suara lirih.

"Apa! Jadi kalian berdua sudah saling mengenal?" Laura sampai menutupi mulutnya dengan kedua jemari tangannya. Dia masih belum bisa percaya jika seorang Imelda Mahendra bisa mengenal pria brengsek seperti Brian. "Rasanya aku tidak rela Dokter Imelda jatuh ke dalam jebakanmu!" cetusnya sambil menatap sinis pria yang masih terdiam tanpa melakukan perlawanan apapun. Laura melangkahkan kakinya ke arah Brian lalu dengan gerakan sangat cepat, dia dorong pria itu dengan kasar. "Brengsek!" makinya pada Brian yang hanya bisa pasrah menerima kemurkaan darinya.

"Hentikan, Laura!" teriak Kevin pada sahabatnya itu. Pria itu pun menarik Laura ke sampingnya, dia tak ingin keadaan menjadi lebih buruk lagi.

"Laura! Bantu aku melihat keadaan Om Adi. Aku ingin memastikan jika operasi benar-benar berhasil," ucap Imelda pada rekan kerjanya selama bertahun-tahun.

Laura langsung menghampiri wanita yang masih duduk di atas ranjang itu. Dia pun membantu Imelda melepaskan selang infus di tangannya. Lalu dengan bantuan Laura, wanita itu berdiri lalu berjalan pelan keluar dari ruangan.

"Dokter Imelda ... seharusnya Anda masih harus beristirahat," seru Kevin sambil berjalan mengikuti dua wanita di depannya.

"Tutup mulutmu, Dokter Kevin! Biarkan aku melihat pasienku," sahut Imelda dengan suara dingin.

Kevin langsung menatap Brian dan menggelengkan kepalanya. Kemudian mendekatkan wajah di dekat telinganya. "Sepertinya kamu akan kesulitan menaklukkan calon istrimu," bisik Brian lirih di belakang dua wanita yang sedang berjalan pelan ke ruang perawatan Adi Prayoga.

"Asal dia bersamaku, aku rela melewati siksaan terberat di dalam hidupku," balas Brian dengan suara lirih agar tidak terdengar oleh dua wanita itu.

avataravatar
Next chapter