6 Aku Akan Menikahi Imelda

Happy Reading

Pagi itu Imelda terbangun setelah tidur panjangnya, lebih tepatnya ... tersadar setelah semalaman pingsan. Wanita itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar, dan melihat sekeliling. Rumah itu terlihat lebih sepi dari biasanya. Dia pun berinisiatif bertanya pada seorang penjaga yang masih stand by di depan rumahnya. "Di mana semua orang?" tanyanya pada pria gagah yang berdiri tegap dalam ekspresi dingin.

"Selamat pagi, Nona. Saya ditugaskan berjaga di sini karena Tuan Davin dan yang lainnya pergi ke rumah Adi Prayoga," jawab pria itu sangat yakin.

Untuk beberapa detik ... seolah jantung Imelda berhenti berdetak. Wanita itu cukup terkejut mendengar penjelasan dari pria yang berjaga di rumahnya itu. "Untuk apa mereka ke sana?" tanyanya begitu penasaran.

Pria itu langsung menatap Imelda dengan tatapan aneh. Sejujurnya, ada hal yang tak ingin dikatakannya. Namun sebelum wanita itu mengamuk, dia lebih memilih untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena amukan seorang Imelda Mahendra jauh lebih berbahaya dari seorang pria berpengaruh seperti Davin Mahendra. "Tuan Davin mengatakan akan menghabisi anak dari bos mafia, Adi Prayoga," jawabnya.

"Apa!" Imelda mendadak sangat takut, wanita itu mengambil kunci mobil yang tertata rapi di atas gantungan lalu berlari menuju sebuah mobil yang berjejer di garasi. Imelda melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tak peduli dengan rambu-rambu lalu lintas wanita menerobos jalanan. Hingga tak lama kemudian, sampailah wanita itu di halaman rumah besar milik Adi Prayoga. Tanpa permisi ataupun mengetuk pintu Imelda menerobos beberapa orang yang berada di dalam rumah itu. Bahkan wanita itu mendorong beberapa pria yang menghalangi jalannya.

Namun sebuah pemandangan di depannya sungguh membuat dadanya menjadi begitu sesak. Imelda melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika ayahnya sedang menodongkan senjata api tepat di kepala Brian. "Papa. Hentikan itu!' teriaknya cukup nyaring. Wanita itu menghampiri ayahnya dan berusaha merebut senjata yang sedang di pegang oleh seorang Davin Mahendra.

"Hentikan, Imelda. Pria brengsek ini pantas mati!" seru Davin dengan segala amarah yang terpancar dari setiap sorot matanya. Pria itu seolah tanpa ampun, bahkan dia sudah bersiap menembakkan peluru ke kepala Brian. Secara tiba-tiba, Imelda merebut sebuah senjata dari seorang pengawal yang berada di ruangan itu. Lalu mengarahkan senjata itu ke kepalanya.

"Hentikan, Papa! Atau Papa ingin melihatku menembak kepalaku sendiri dengan peluru ini?" ancam Imelda pada ayahnya. "Apa kesalahan Brian hingga Papa harus membunuhnya? Bukankah menjadi bandar narkoba ataupun penjual senjata api ilegal ada hukumannya sendiri?" Imelda sudah tidak tahan lagi jika ayahnya harus membunuh seseorang yang dikenalnya.

"Dasar bodoh! Apa kamu sadar, siapa ayah dari anak yang sedang kamu kandung itu?" Davin semakin murka dengan sebuah teriakan yang menggema di seluruh rumah itu.

Mendadak Imelda lemas seketika, dia tak percaya jika dirinya sedang hamil. Dia sangat tahu pria mana yang sudah menghamilinya, karena wanita itu hanya melakukannya dengan satu orang pria saja. "Bagaimana Papa bisa yakin jika aku sedang hamil?" Wanita itu terlihat cukup frustasi dan kehilangan kekuatannya, hingga dirinya sampai terduduk di lantai rumah itu.

Mendengar semua yang dikatakan oleh Davin, secara spontan Adi menendang anaknya sendiri. Dia terlalu kecewa dengan kebejatan Brian. "Dasar brengsek! Bagaimana kamu bisa menghamili anak Mahendra? Papa berulang kali mengatakannya kepadamu, jangan pernah kamu menyinggung keluarga Mahendra. Anak bodoh, aku sendiri yang akan menghabisi mu." Adi mengambil sebuah senjata andalannya yang tergantung di dalam lemari. Dia sudah bersiap untuk menghancurkan kepala anaknya sendiri. "Lihatlah, Mahendra! Aku sendiri yang akan menghabisi anak bodoh ini," seru Adi Prayoga dengan geram.

Imelda yang sudah tidak tahan melihat pemandangan itu, langsung berlari menghampiri Brian. Wanita itu berusaha menghalangi kedua pria yang hendak memecahkan kepala Brian. "Sebelum kalian memecahkan kepala Brian, lebih baik kalian bunuh aku terlebih dahulu," sahut Imelda tanpa ragu sedikit pun. Wanita itu menatap tajam kedua pria yang bisa saja membuat Brian mati saat itu juga.

"Imelda! Hentikan kegilaanmu! Aku tak bisa membiarkan pria yang sudah merusak kehormatanmu ini hidup," teriak Davin dengan penuh amarah.

Dengan rasa bersalah dan penyesalan yang sangat mendalam, Brian menatap lembut wanita yang sedang mempertaruhkan nyawa untuknya. "Biarkan aku bertanggungjawab atas perbuatanku, aku akan menikahi Imelda," cetus Brian dengan semua kekuatan yang ada padanya.

"Brengsek!" Davin menendang Brian cukup keras hingga pria itu terjungkal ke lantai. Sekuat tenaga pria yang sudah menghamili Imelda itu mencoba bangkit dan berdiri di sisi wanita yang sangat dicintainya sejak lama. Sedangkan Adi menatap anaknya sendiri dengan aura ingin membunuhnya. Kedua pria kuat yang sama-sama membawa senjata itu melemparkan tatapan tajam yang siap menghunus seperti pedang. Seolah tanpa perasaan, Davin kembali mengarahkan senjata yang dibawanya pada pria brengsek yang sudah menghamili anaknya. "Lebih baik aku membunuhmu daripada harus menikahkan anakku padamu!" tegas Davin dengan tangan yang siap menarik pelatuk senjatanya.

"Papa ingin anakku terlahir tanpa ayah? Atau Papa ingin melihat aku mati dengan mata kepalamu sendiri?" Imelda mengarahkan senjata Davin tepat di jantungnya. "Cepat. Tarik pelatuknya!" Terdengar suara tegas dari Imelda yang terdengar sangat bergetar.

"Hentikan, Imelda! Biarkan aku saja yang mati untuk memuaskan ego kedua pria ini," sahut Brian dengan sangat yakin dan tanpa keraguan sedikit pun. Pria itu memandang lembut wanita yang terlihat cukup berantakan dengan wajah pucatnya. "Maaf. Aku sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar padamu. Seharusnya malam itu aku bisa menahan diriku," sesal Brian sambil memegang kedua jemari wanita yang berdiri dihadapannya. Namun tanpa mereka duga sebelumnya, Imelda justru hampir jatuh tersungkur ke lantai jika Brian tidak menangkapnya. Wanita itu kembali pingsan dengan tubuh lemahnya. "Imelda!" teriak Brian dan Davin hampir bersamaan.

Suasana ketegangan diantara mereka berubah menjadi sebuah kepanikan yang melumpuhkan otak ketiga pria itu. "Cepat panggilkan dokter!" perintah Adi pada anak buahnya yang masih berdiri di sana.

Dengan kecemasannya yang bertumpuk-tumpuk di atas kepala, Brian mengangkat wanita itu dan membawanya ke kamar. Dia sudah tak peduli lagi dengan dua pria yang ingin menghabisi dirinya. Brian membaringkan wanita yang sedang mengandung anaknya itu di sebuah ranjang di dalam kamarnya. Dengan tidak sabar, pria itu berjalan mondar-mandir menunggu seorang dokter. Brian menyeka wajah wanita itu dengan air hangat yang sudah dibawakan oleh seorang pelayan. Dengan sangat lembut dan cukup telaten, pria itu menyeka wajah Imelda. Seperti seorang suami yang merawat istrinya yang sedang sakit. Pemandangan itu, terlihat sangat menyentuh bagi Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga. Kedua pria itu saling menatap penuh arti, seolah jiwa mereka kembali bertemu setelah sekian lama mereka saling membenci.

avataravatar
Next chapter