1 ■ Minggu si menyebalkan ■

""""""""""""""""""""""""""""

Bagi semua orang, hari minggu itu adalah surga. Apalagi buat anak sekolahan, pasti langsung kegirangan. Hari dimana mereka bisa bermalas - malasan. Tamasya bersama keluarga, pergi kewahana permaianan. Ngumpul bareng temen di warkop atau kafe. Kencan bareng pacar dan masih banyak lagi kesenangan di hari minggu. Semua orang senang dengan hari minggu. Mau anak sekolahan, orang sudah bekerja. Bahkan yang sudah pensiun sekalipun, akan bahagia jika sudah mendengar hari yang selalu di beri warna merah di kalender.

Tapi semua itu tidak berlaku untuk seorang Jovanka Lovata, karna hari minggu adalah kesialan di umurnya yang ke dua puluh tujuh. Mengapa begitu? Sebab hari minggu adalah panennya orang pada married. Udangan akan berserakan di meja ruang tamunya.

Sebetulnya, dia tidak kesal pada banyaknya orang married di hari minggu. Hanya saja, ibunya itu selalu saja mengajaknya untuk datang ke resepsi pernikahan tersebut. Kalau sekali tak masalah sih, cuma yang jadi masalah adalah hampir setiap undangan dia yang menemani ibunya. Kesal ? Jelaslah! dia bukan bocah ingusan lagi kalau perlu dingetkan. Lagian dia ingin menghabiskan weekendnya seperti orang pada umumnya. Jalan - jalan misalnya, cuma sampai detik ini hal itu tidak pernah kesampaian. Semua itu karna ulah ibunya, padahal dia punya adik bungsu yang masih bocah. Orang yang pas untuk di bawa oleh ibunya.

Tapi sang ibu berdahli, kalau adiknya itu tidak bisa di atur bikin pusing katanya. Terus jika dia bilang ada adik - adik yang lain, sang ibunya akan mengatakan tidak ada yang bisa nyupirin soalnya kedua adiknya yang lain rabun. Kalau bukan orang tuanya dia akan berteriak APA GUNANYA MEREKA PUNYA KACAMATA! tapi dia masih punya akal sehat teman. Belum siap dia dikutuk seperti malin kundang.

Jadi dia menurut saja layaknya seorang pelayan. Tapi kali ini dia tidak akan mau lagi. Kupingnya sudah tidak tahan dengan ocehan ibu - ibu yang selalu menyindir dengan dahli bertanya " Jova kapan nyusulnya jeng?"

Disusul dengan delikan maut ibunya. Kalian tau kan iklan pigi - pigi yang selalu temenin ibunya pergi ke resepsi pernikahan ? Lalu sang anak dapat delikan dan cubitan dari sang ibu di susul kata " kapan kamu nyusul? " Nah Itu yang Jova rasakan dan tentunya membuat dia mau teriak saja bawaannya.

Oke oke, sekarang bukan waktunya dia kesal - kesal karna mengingat hal yang membuatnya tidak suka hari minggu. Dia harus kabur sesegera mungkin.

Ini sudah sore, niatnya sih dia mau kabur pagi - pagi sekali. Cuma karna semalem dia menemukan manhua mengasikkan, membuatnya membaca maraton sampe pukul empat dini hari. Berefek molor sampai jam tiga sore. Kalau bukan karna adek sulungnya yang judesnya sebelas dua belas sama chef Juna. Sudah di pastikan dia kena guyuran air dari ibunya yang kalem itu dan berakhir dengan pasrah ke undangan lagi. Uhh ogah ogah, mending ke warnetnya kak Marchel sampe lima jam deh pikirnya.

Ting!

Satu notif masuk dari aplikasi whatsapp Jova. Langsung saja dia buka.

Chika Awokawok 🐸

Jojo jadi kan nee ?

Jova mendengus membacanya. Kebiasaan pikirnya, sudah di bilang panggil Jova saja bukan Jojo. Emang dipikir dia itu salah satu duo yang lipsing lagu keong racun ape huh.

Me

Gak sekalian aja kau tambah n di belakangnya chik biar rame 😑

Chika Awokawok 🐸

Anjirrr🤣🤣🤣🤣

Kok inget pak ucok ya uwe ya? Kalau pake celana gak atas perut gak senang tu bapak.

Me

Tiati jodoh.

Chika Awokawok 🐸

Dihhhhh amit amit ya Allah! #ketokpalasamameja

uda cepetan jo. Selak emak mu itu bangon dari bobok cantiknya dan kau harus jadi pengawal pribadinya lagi wkwkwk.

Jova langsung memasukkan ponselnya ke saku celana, tanpa membalas pesan dari temen greseknya itu.

Setelah selesai mengikat tali sepatu kets kesayangannya, Jova langsung berdiri. Dia menoleh kebelakang dengan senyum pongah yang minta di tipuk. Membayangkan bagaimana ibunya itu kebakaran jenggot, karna dirinya kabur membuatnya terkekeh tanpa sadar. Dia sudah bosen terus menurut, sekali - kali melawan dikit gak apa lah ya ? Hehe.

Dia menghadap kedepan lagi dengan senyum mengembang.

Selamat tinggal penderitaan pamit batin Jova. Dia pun memegang handle pintu untuk keluar.

Namun.....

Clekk! clekkk! clekkk!!!!

Sudah beberapa kali dia manarik handle pintunya, tapi tetap tidak terbuka. Pintunya di kunci pasti pikirnya, tapi yang dia bingungkan kenapa di kunci ? Tidak mungkin kan kalau...

oh tidak! tidak! Apa ibunya itu sudah tau rencana kaburnya. Sial! dia harus cari kuncinya sesegera mungkin. Tapi kuncinya dimana ? Aduh, kenapa dia tidak merencanakan dulu dasar oon. Kalau gini gagal sudah. Jova mengigit kuku jarinya frustasi dia mencoba mengingat - ngingat berada dimana kunci serep rumahnya. Hanya itu jalan keluar Jova saat ini karna kunci rumahnya pasti sudah diketeki (dibaca disimpan) ibunya.

Ayo otak Jova yang sebelas dua belas sama Albert Einstein berpikir. Dia memukul kecil keningnya berharap menemukan jawaban.

Seperti sebuah sihir, tiba - tiba Jova mengingat dimana kunci serep rumahnya disimpan. Kalau tidak salah di sebuah vas bunga yang tidak terpakai. Di letakkan di etalase tempat para boneka koleksi adik bungsunya. Berada di ruang tengah. Jova langsung mengelus kepalanya dengan bangga. Tanpa ba bi bu lagi Jova langsung ke tkp. Membuka tutup kaca dan mengambil vas bunga berwana ke unguan. Langsung saja dia tuang isinya keluar. Beberapa kunci mulai beserakan di karpet berbulu. Dia segaja menuang isi vas bunga tersebut ke karpet berbulu yang berada di ruang tengah. Alasannya agar tidak menimbulkan suara.

Jova mulai mencari kunci serep pintu rumahnya, tapi sudah ke lima kali dia mencari tetap tidak ketemu juga. Kemana perginya ? Tidak mungkin kan kuncinya jalan sendiri. Huh yang benar saja! Otaknya sudah lelah untuk berpikir lagi. Sekali lagi dia mencoba untuk mencarinya, sambil bersumpah serapah bagaikan seorang rapper profesional.

Tanpa disangka, sesuatu jatuh ditumpukan para kunci. Membuat Jova terkejut bukan main. Lalu tanpa sengaja melihat sebuah kunci yang sedari tadi di carinya. Hal tersebut membuat matanya berbinar - binar bagaikan menemukan sebuah berlian. Dapat! Kuncinya dapat! batin Jova kegirangan. Tapi dari mana jatuhnya kunci ini ? Langit ? Gak lah jatuhnya aja bukan dari atas tapi dari arah belakangnya. Berarti ada yang melemparnya. Siapa orang rese itu ya ?

Saat Jova masih hanyut akan semua pertanyaan - pertanyaan dalam benaknya. Seorang wanita yang kisaran umurnya sudah lima puluhan, namun masih memancarkan aura ayunya sudah berkacak pinggang di belakang anak sulungnya.

" Itu kan yang kakak cari dari tadi ?" Pertanyaan tersebut membuat Jova tersentak dari lamunannya.

Suara ini dia hapal betul suara ini, bagaikan rumus logaritma dan aljabar kalau sudah merepet bikin pusing.

Dengan gerekan patah - patah, dia memutar kepalanya kebelakang. Senyum pepsodent ia pertunjukkan pada Ibu Negara Rubiani terhormat " Eh mamak uda bangun dari bocan nih? " ucap Jova dengan cengiran kakunya.

Rubi yang mendengarnya langsung mendelik. Membuat Jova meringis, ini ibunya uda mirip guru BK nya semasa SMK dulu.

Pake kacamata lagi, tinggal pengaris besar yang siap untuk di pukul saja yang belum ada.

" Gausah basa basi cepat ganti bajumu dan temani mamak ke pernikahan anaknya Bu Rina " setelah mengucapkan itu Rubi langsung melenggang pergi. Membuat badan Jova menjadi lesu seketika, gagal sudah harapannya untuk bebas kali ini.

Dengan ogah - ogahan, Jova mengeluarkan ponsel dengan merk apel digigit dari saku celananya. Membuka aplikasi whatsaap dan mengetik sesuatu untuk di kirim ke Chika si teman greseknya.

Me

Mission gagal!! 😭😭

Chika Awokawok 🐸

Alhamdulillah untung belum otw masih rebahan 🤪

Me

Sialan! Nampak kali gak niatnya ya chik.

Gak ada priketemanannya kau emang. Bantuin aku kek supaya gak ketempat terkutuk itu 😭😭

Chika Awokawok🐸

Sorry dorry stawberry lah yaw. Aku belum siap kenak amukan emakmu yang cetar membahana badai ulala. Udalah ikut aja mayan makan gratis sampe tumpe - tumpe. Oh jangan lupa bungkusin buat aku ye nanti aku kasih cipok basahnya si mihun mihun mu itu. Oce!

Me

Kau pikir ini bajar sekolahan apa ?! minta dibungkus segala lagi mau ditaruk dimana? di ketek aku iya ? Dan satu lagi namanya bukan Mihun tapi Sehun. S-E-H-U-N. ngerti!!

Setelah mengetik itu, Jova langsung melempar ponselnya kesembarang arah. Tenang gak sampe hancur kok ponselnya, bisa stress dia kalau benda kesayangannya itu sampe hancur.

" Kok nasib aku genes banget sih?! " monolognya sambil menengadah keatas.

"Ihhhhhhh!!!" Pekiknya penuh jengkel, dengan kaki yang di sepak - sepak ke arah kunci yang berserakan di karpet berbulu. Menimbulkan, bunyi berisik akibat kunci yang terlempar tak tentu arah ke lantai keramik rumahnya.

"JOVA JANGAN BERISIK, CEPAT GANTI BAJUMU DAN JANGAN LUPA DANDAN. AWAS KALAU GAK DANDAN MAMAK BAKAR HABIS KOMIK - KOMIK MU ITU."

Mendengarnya membuat Jova memutar bola mata jengah. Yang berteriakpun tidak sadar kalau dirinya juga berisik omel batin jova.

Dengan sangat terpaksa, Jova berdiri lalu menuju kekamarnya. Melakukan perintah ibu negara Rubiani terhormat, sebelum komik - komik berharga miliknya menjadi debu.

Langkahnya diiringi sumpah serapah yang keluar mulus dari bibirnya. Kasihan sekali si hari minggu ini, tidak tau apa - apa tapi mendapat makian yang seluruh isinya merujuk ke penghuni kebun binatang.

Sepertinya Jova harus berhati - hati, karna terlalu membenci bisa bersifat Antonim.

Seperti kata pepatah "benci dan jodoh itu beda tipis "

avataravatar
Next chapter