1 Anak dari Keluarga Kuliner Insecta

Cleendia Azzahra. Sebut saja "Yang Berkulit Putih" maka semua orang mengenalnya. Kulitnya putih seputih ubi yang dikupas dan mulus semulus permukaan kaca. Tidak ada sehelai bulu pun tumbuh dikulitnya. Ia adalah gadis yang memiliki kulit terbagus sepanjang masa.

Hanya saja, ia tidak merasa hal itu adalah kelebihan yang patut dibanggakan dan dijaga. Ia tidak mengerti bahwa seseorang bisa diunggulkan karena keindahan fisiknya. Azzahra adalah seorang gadis yang mengutamakan pendidikan, dia menilai orang-orang dari kualitas otaknya, dan menghormati mereka yang lebih pintar darinya. Azzahra sangat senang apabila berteman dengan orang-orang yang bisa memberinya pengetahuan baru setiap hari. Terlepas hal itu benar atau tidak.

Azzahra berasal dari desa yang masih semiprimitif di pedalaman Kalimantan. Dimana kampung adalah hutan, hutan adalah kampung. Itu sebabnya penduduknya jadi Manusia Omnivora, manusia pemakan segalanya. Mau tumbuhan, hewan, tikus, rayap, belalang, ulat, bahkan katak beracun dan ular berbisa juga dimakan dan gak mati.

Karena mereka adalah manusia rimba yang terlanjur hidup gak nomanen lagi. Jadinya, mereka pukul rata semua binatang, gak ada istilah kasta, kingdom, filum, kelas, family, ras, spesies apalagi golongan darah. Makanya mereka suka kepeleset sampai makan hewan piaraan mereka sendiri, kayak kucing, anjing, burung, monyet bahkan tikus juga. Tapi tikus yang ekornya boros alias tupai bukan yang ekornya hemat kayak yang suka gigit ujung karung beras itu.

Karena makanan utama dan favoritnya masih hewan buruan. Sekat dipasang dimana mana, dihutan, kebun, gunung dan sebagainya. Akibatnya hewan buruan pun nyaris punah. Penduduk sudah kesulitan mendapatkan hewan buruan, dan inilah akhir masa semiprimitif itu. Penduduk mulai berpindah pada hasil pertanian.

Tapi gara gara masalah ini, ada satu keluarga yang kelaparan karena belum bisa memanfaatkan lahan dengan baik. Anak-anak dari keluarga itu berjumlah 12 orang, mereka sangat rakus dengan jatah makan satu orang minimal 2 piring nasi penuh, sekali makan. Salah satu anak dari keluarga inilah yang menjadi teman kesayangannya Azzahra.

Namanya, Aria, badannya pendek, kulitnya gelap dan perutnya buncit seperti orang hamil. Usianya lebih tua dari Azzahra namun dia adik kelas Azzahra.

Azzahra menjuluki keluarga Aria dengan sebutan "Keluarga Kuliner Insecta" hal itu dikarenakan bapaknya Aria sangat kreatif mengatasi keluarganya yang kelaparan dan ketagihan binatang. Apa saja hewan yang masuk kerumahnya dia masak, mau kalajengking, kaki seribu, cicak, tikus, denggung, kecoa sampai sampai kotorannya sendiri dimasak, katanya itu tempoyak segar. Itulah sebabnya, semua orangtua melarang anaknya bergaul dengan anak dari "Keluarga Kuliner Insecta". Termasuk orangtuanya Azzahra yang paling posesif dengan anak-anaknya. Orangtua Azzahra adalah tipe orangtua yang sangat teliti akan kesehatan maupun perkembangan anak-anak mereka. Ya setidaknya dalam ruang lingkup pengetahuan mereka yang terbatas. Ibunya Azzahra, Arina, juga ikut andil dalam masalah sosial anak-anaknya, ia takut anaknya kelaparan meskipun sebenarnya tidak ada nasi dirumah. Setidaknya ia akan buat cemilan atau sebagainya untuk mengganjal perut mereka. Lagian Arina juga takut anaknya salah pergaulan, terlebih jika bergaul dengan Aria yang notabene berasal dari orangtua yang tidak memperhatikan anaknya.

Azzahra yang terlanjur menyukai Aria lebih memilih melanggar larangan orangtuanya daripada tidak berteman dengan Aria. Lagian ia risih dengan berbagai aturan Arina yang menurutnya aneh.

Seperti hari ini, Azzahra telah janjian dengan Aria untuk tidak langsung pulang kerumah sepulang sekolah. Karena jika Azzahra pulang kerumah, Mama Azzahra tidak akan mengizinkan Azzahra keluar lagi dengan Aria.

Aria mengajak Azzahra masuk kedalam hutan belantara di belakang desa.

"Zahra" panggil Aria "Coba lihat lumpur tanah ini, apakah kamu pernah memakannya?"

Azzahra menatap lumpur tanah yang sudah beku itu seraya menggelengkan kepalanya "Itu kan gak boleh dimakan, emangnya kamu pernah makan?"

Aria mengangguk pasti "Rasanya sangat manis seperti kue. Coba deh rasain!"

"Ah kamu bohong, aku gak mau"

"Aku gak bohong, aku serius, nih liat ya" Aria mencolek lumpur itu dengan telunjuknya lalu ia menjilat ujung telunjuk itu. Ia menampilkan ekpresi yang menggiurkan seperti habis makan kue enak.

Azzahra jadi tergoda dan segera mencobanya. Mencolek lumpur dengan telunjuknya lalu menjilatnya.

Namun rasanya tidak manis sama sekali.

"Kok gak manis sih, katanya manis" protes Azzahra

"Emang gimana rasa punyamu?"

"Gak ada rasa, kayak air putih" jelas Azzahra dengan jujur. Namun reaksi Aria sangat mengejutkan, dia malah tertawa nyaring sampai perutnya sakit.

"Emang enak aku kerjain, aku juga gak pernah kali makan lumpur, tadi aja sebenarnya telunjuk aku gak kena ke lumpur, makanya aku berani jilat"

Azzahra jadi kesal, ia mengejar Aria hingga ia kelelahan dan berhenti disebuah lapangan kosong yang tertinggal.

"Aria apa itu?" Azzahra menunjuk sesuatu yang keluar dari dalam rumput. Warnanya hitam pekat.

Aria dan Azzahra memperhatikan hewan itu dengan seksama. Ternyata itu adalah kaki seribu, tubuhnya cukup panjang hingga 30 cm, namun ukurannya sangat besar sebesar bola pingpong.

"Wah, itu luing raksasa!" pekik Aria seraya mengganggu luing itu agar melingkar. Namun luing itu sangat kuat, ia tidak mau melingkar sama sekali.

Aria kemudian mengambil sampah kantong plastik hitam dan memasukkan luing itu kedalamnya.

"Mau kamu apakan luingnya?" tanya Azzahra

"Ini kan bisa dimakan, nanti kamu yang masak"

Azzahra yang selalu aktif makan 3 kali sehari pun jadi teringat dengan makan, ia sadar bahwa ia sedang lapar, lagian hari juga sudah sore.

"Tapi aku udah lapar, dan aku gak mau makan luing" kata Azzahra.

Aria tersenyum seraya menunjuk sebuah pohoh yang dipenuhi semut rangrang. Pohon itu memiliki buah yang kecil-kecil namun banyak.

"Ayo kita panjat pohon ini dan makan buahnya"

"Emang buahnya bisa dimakan Ya?"

"Bisa dong" Aria dengan cepat memanjat pohon itu lalu duduk disalah satu cabangnya, ia memetik beberapa buah lalu menyantapnya. "Ini adalah buah dari nenek moyang kita. Semut-semut ini lah nenek moyangnya" jelasnya

Azzahra segera ikut memanjat dan duduk disalah satu cabang juga. Malangnya, ia digigit semut rangrang tanpa ampun. Aria menertawakan Azzahra.

"Coba lihat aku, aku tidak digigit semutkan? Tau gak kenapa?"

Azzahra menggeleng seraya mengusir semut-semut yang terus berdatangan.

"Karena mereka mengenalku, kan sudah kubilang semut ini nenek moyang kita. Mereka sebenarnya baik kalau sudah kenal dengan kita"

"Gimana cara biar mereka kenal sama aku juga?" tanya Azzahra penasaran.

Aria tertawa, lalu dengan gamblangnya ia meludah di cabang pohon. Ia kemudian bernyanyi "Nenek oh nenek akulah cucumu... Nenek oh nenek janganlah menggigitku" lalu ia menutup lagunya dengan meludah lagi.

"Begitulah caranya" kata Aria "Cepat lakukan"

Azzahra tampak bingung dan tidak percaya, Aria memang temannya yang aneh.

"Siapa yang memberitahunya padamu?"

"Nenekku dulu, dia sudah mati"

Azzahra mengangguk percaya seraya meludah dicabang pohon didekatnya. Azzahra jijik melihat air liurnya sendiri.

Azzahra kemudian menyanyikan lagu Aria berulang-ulang hingga Aria mengikutinya bernyanyi.

Azzahra terpana akan hasilnya, benar juga, semut rangrang mulai berkurang mendekatinya, malah justru mendekati air liur itu. Sepertinya semut rangrang itu hanya kehausan.

"Gak digigit lagi kan?" kata Aria "Nih buat kamu" ia kemudian melemparkan buah pohon itu kepada Azzahra. Buahnya sebesar kelereng, berbulu halus, dan bergetah. Azzahra menggigitnya, rasanya kelat seperti jambi biji mentah. Namun ada manis-manisnya sehingga Azzahra masih sanggup memakan lebih banyak.

Ketika asyik dengan buah-buah itu, tiba-tiba hujan lebat turun diiringi dengan angin badai. Karena tidak siap, Azzahra dan Aria terjatuh dari atas pohon. Tidak ada yang terluka, namun badan mereka menjadi sangat kotor.

"Yah badan kita kotor Ya. Mama aku pasti marah besar" Azzahra tampak panik.

"Tenang aja, kita gak usah pulang kerumah"

"Trus kita tidur dimana?"

"Ikut aku aja"

Rupanya Aria mengajak Azzahra masuk kedalam kotak pasir didepan rumah orang. Mereka berdua duduk diatas pasir itu. Berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.

Mereka bahkan mendengar orang-orang kampung heboh mencari Azzahra yang hilang. Azzahra juga mendengar suara Arina yang panik. Sepertinya Arina bersama Farhan, adiknya yang lebih muda dua tahun darinya.

"Zahra, itu suara mama kamu" bisik Aria

"Aku takut Ya, kalau mama aku tau, dia pasti akan mencubitku" Azzahra semakin takut, ia bahkan tidak pernah main kucing tikus dengan ibunya seperti ini "Aku keluar aja ya! "

"Jangan!" sergah Aria "Mereka gak akan tau kita disini"

Arina yang saat itu sedang mengobrol dengan orang desa, sekitar 10 meter dari kotak pasir, mendengar ada suara bisik-bisik yang entah berasal dari mana. Arina berhenti ngobrol dan menyelidiki arah suara itu.

"Emangnya mama kamu gak cari kamu ya Ya?" tanya Azzahra

"Ya gak lah, hidup aku itu enak banget. Mama aku gak peduli sama aku. Ak bebas mau kemana aja, mau ngapain aja, gak dibatas-batasi kayak binatang peliharaan, kayak kamu" bisik Aria yang sombong dan bangga karena gak diperhatikan orangtua.

Arina kini tau suaranya berasal dari dalam kotak pasir. Ia segera menuju kesana dan betapa sakit hatinya melihat ada dua bocah duduk diatas pasir itu.

Mereka tampak sangat kotor mengalahkan kekotoran bapak-bapak yang bekerja menggali sumur. Mereka benar-benar dekil dan kumal, kedinginan dan tampak seperti anak gembel yang tidak memiliki orangtua.

Malangnya, salah satu anak itu adalah anak kedua Arina yang menghilang.

"Zahra! " bentak Arina, Azzahra dan Aria terkejut, mereka segera berdiri dengan waspada, siap siap pukul "Ngapain kamu disini, mama dan papa udah cari kamu kemana-mana dan kamu malah sembunyi disini. Kamu itu belum makan dari tadi siang, kamu bisa sakit" Arina kemudian mencubit pantat Azzahra hingga membiru.

Azzahra menangis dengan sangat kencang

"Keluar kamu, pulang!!" Arina menarik Azzahra keluar "Udah mama bilang, jangan berteman dengan Aria. Gara-gara Aria kamu jadi gak terurus. Kamu itu masih kecil, jangan membiasakan diri kabur dari rumah begini, nanti kebiasaan sampai besar"

Arina mencubit Azzahra lagi. Ia menyeret Azzahra pulang kerumah, lagian sebenarnya jarak kotak pasir itu dekat dgn rumah Azzahra.

Sambil memarahi Azzahra, Arina memandikan Azzahra lalu memberinya makan.

"Berkali-kali mama i gatkan, jauhi Aria. Kamu jangan mau samain diri dengan dia. Dia wajar aja gak pulang kerumah, dia itu gak diperhatikan sama orangtuanya, dia udah biasa gak makan dan udah biasa tidur kedinginan diluar rumah. Kamu itu beda Zahra, kamu bahkan alergi kulit jika terkena matahari dan berendam di dalam air"

"Lihat, bintik-bintik merah dikulit kamu sudah muncul" Arina menunjukkan bintik-bintik merah kulit Azzahra yang sensitif.

Sion, ayah Azzahra segera mendatangi Azzahra, ia duduk disampingnya dan mulai bertanya dengan lembut.

"Kenapa kamu gak langsung pulang kerumah tadi?"

"Aku kan pengen main sama Aria"

"Tapikan kamu harus pulang makan dulu!" bentak Arina. Sion segera memberi kode agar Arina diam.

"Dimana?"

"Dibelakang desa, dilapangan kosong itu"

"Kalian main apa emangnya?"

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang menyenangkan bagi Azzahra. Dengan semangat Azzahra menceritakan kisah serunya bersama Aria, tentang ia makan lumpur, tentang kaki seribu, tentang buah nenek moyang dan sebagainya.

"Kalian makan buah liar ditepi lapangan itu ya?" tanya Arina dengan wajah marah

"Iya, itulah buah dari nenek moyangnya ma"

Arina terkejut mendengarnya, ia mencubit Zahra lagi "Siapa bilang itu buah nenek moyang, Aria itu gak tau apa-apa, dia cuman ngada-ngada buat jebak kamu. Buah itu gak boleh dimakan Zahra, buah itu beracun, bisa buat sakit perut."

"Aku gak sakit perut kok" bela Azzahra.

Sion pun jadi ikutan panik, pasalnya buah itu memang bukan buah untuk dimakan manusia, memang itu bukan buah beracun, namun buah itu bergetah dan berbulu halus, yang berbahaya jika dimakan begitu saja.

"Aku kan cuma makan 2 tandan aja ma"

"Apa???"

Arina semakin terkejut. Tepat saat itu juga perut Azzahra tiba-tiba sakit. Ususnya terasa berlipat-lipat, Azzahra kejang-kejang dan muntah darah.

Arina dan Sion sangat panik, Arina segera membuat obat herbal untuk Azzahra, sedangkan Sion yang menguasi ilmu akupuntur sederhana segera memijit Azzahra hingga Azzahra baikan.

Setelah Azzahra tertidur, mereka mendatangi keluarganya Aria dan membahas perihal kenakalan Aria.

namun respon dari orangtua Aria sangat buruk. Mereka malah menghempaskan kepala Aria didinding berkali-kali hingga berdarah, lalu bertanya, "Apa sekarang kalian sudah puas?"

Sejak saat itu orangtua Azzarha tidak pernah lagi datang di rumah Aria, mereka sangat kasihan dengan Aria, maksud mereka kan supaya Aria lebih diperhatikan bukan di aniaya seperti itu. Akhirnya Arina dan Sion memutuskan untuk turun tangan demi memisahkan Azzahra dari Aria.

Dilarang berteman dengan Aria, Azzahra merasa sangat terpukul, dia lebih suka menyendiri, ia menghabiskan waktu dengan menyiska hewan piaraannya sendiri. Ia menenggelamkan anak ayam kedalam air hingga mati, mengeluarkan usus cicak dari perutnya tanpa membunuh cicak itu, mayatnya ia tumpuk didalam lubang denggung, lalu ia mengatakan pada Farhan bahwa semua itu menyenangkan. Ia juga memaksa boneka barbienya berhubungan dengan anak kucing, kemudian menghukum anak kucing itu dengan melemparnya dari lantai 2 rumahnya. Berkali-kali.

Azzahra sedih terutama karena Aria juga menjauh darinya. Setiap bertemu dengan Aria, di jalan atau disekolah, Aria selalu melihat ke arah lain dan tidak pernah membalas senyum Zahra lagi.

Zahra termenung mengingat kenangan singkatnya bersama Aria, ia ingat bagaimana Aria mengajaknya menjadi penyanyi dengan bunga petai. Menurut Azzahra berteman dengan Aria itu asyik banget, hidup jadi bebas dan banyak menemukan hal hal baru. Gara gara Aria, Azzahra belajar makan sabun mandi, menjilat bekuan lumpur tanah, makan odol jadi permen dan makan makanan burung. Bahkan yang paling seru adalah, Azzahra belajar cara baru memperlakukan hewan, yakni dengan menyakitinya.

Azzahra tiba-tiba teringat dengan kaki seribu dalam kantong hitam yang tidak sengaja ditinggalkan Aria di ranting kayu. Azzahra segera mengeceknya dan ternyata masih ada. Karena kaki seribu itu tampak sudah lemah dan nyaris mati, Azzahra tidak lagi menyiksanya. Ia hanya memasaknya tanpa garam micin dan memaksa Farhan memakannya. Farhan yang takut memakannya malah menangis dan mengadu pada Arina dan Sion. Hal itu membuat orangtua Azzarha marah. Rasanya sia-sia sudah memisahkan Azzahra dengan Aria, toh tabiatnya masih ada.

Yang paling fatal bagi orangtua Azzarha adalah, Azzahra menularkan kebiasaan 'menyakiti hewan' itu kepada Farhan. Dan mereka bersaudara mulai bersama-sama menyiksa binatang. Padahal sebelumnya, Azzahra dan Farhan adalah anak yang sangat sayang kepada binatang.

Menyadari perubahan yang terlalu jauh, orangtua Azzahra pun harus melepaskan Azzahra dari kebiasaan buruknya itu, yakni dengan menyekolahkannya tinggi-tinggi agar ia mengerti dengan kesalahannya seiring dengan berjalannya waktu. Gara-gara inilah, orangtua Azzahra memindahkannya ke kota untuk melanjutkan SMP diusianya yang ke-12 tahun itu, dan memecahkan rekor sebagai murid termuda dikelasnya.

-----

Tokoh utama pria akan muncul di bab 8, jadi baca terus ceritanya.

Latar tempat dalam cerita ini juga diangkat dari kisah nyata... namun namanya disamarkan.

avataravatar
Next chapter