webnovel

Bab 2.

Dengan cepat aku memberi ruang untuk nya duduk.

Awal itu...

Di waktu itu...

Adalah pertemuan pertama kami, di gazebo taman ditaman kota.

Dengan cepat angin dingin menghembus sekujur tubuh, hari mulai malam.

Aku pun bersiap untuk melangkah pulang, lalu aku persiapkan gerakan cepat.

Namun, terhenti oleh suara yang di ucapkan nya.

"Kamu masih sama, tak berubah. Apakah hati mu juga masih sama, Seperti saat kita melihat kilatan cahaya dibulan Oktober? Waktu itu cukup lama sudah berlalu."

Lalu ia meninggalkan ku, yang terdiam akan perkataan darinya.

Aku tak mengerti apa yang ia bicarakan itu, dalam perjalanan pulang, otak ku dipenuhi pikiran tentang perkataannya, entahlah apa yang di maksud dari perkataannya tadi.

"Maaf aku membuat ibu khawatir tentang ku."

"Tak apa, Mari kita makan mumpung ini masih hangat."

Aku tak bisa menikmati rasa enak dari makanan ibu ku, aku tak sekali pun (lidah ku.) merasakan enaknya makanan, Semenjak hari itu...

"Edo, edo... Bangun!"

"Ayah."

"Kamu sudah besar ya, ayah bangga kamu sudah menjadi lebih dewasa. Ayah sayang pada edo, dan jaga selalu ibu mu ya..."

Dalam mimpi aku bertemu dengan ayahku, ia tersenyum, berbicara kepada ku seperti waktu itu.

Namun, sesaat itu ia hilang dalam kabut mimpi dengan tangan melambai kearah ku lalu hilang secara perlahan-lahan tanpa jejak sedikit pun.

"Aku rindu ayah...!" ucap ku, menangis tersedu-sedu, Sesaat aku bangun, dan mengelap air mata ku.

Terdengar ibu sedang memasak.

Ibu begitu tegar dengan cobaan yang diberikan ini, menjadi tulang punggung selepas kepergian ayah, aku tau bahwa ibu begitu letih, namun ia masih sempat tersenyum kepada ku, mengurusi anak yang tak berguna ini setiap pagi nya.

Dalam benak, aku berpikir sekuat apakah ibu ku ini, adakah batas ketahanan yang ia miliki.

Suara lonceng berbunyi, Apel pagi dihari jum'at dan dilanjutkan senam pagi.

Matahari pagi yang menyehatkan membuat tubuhku berkeringat di setia gerakan yang aku tirukan dari instruktur senam.

Haus selepas senam, membeli air meneral. Menyejukkan tenggorokan ku. Hari ini tak ada kegiatan belajar, karena guru-guru mengadakan rapat bulanan, Kami tak dipulangkan dulu.

Kami disuruh menunggu pukul 11:00 baru kami bisa pulang, ya maklum saja jika kami langsung dipulangkan mungkin sebagian murid tak langsung pulang melainkan pergi ke berbagai tempat, mungkin termasuk aku juga...

Violin ku mainkan, sembari aku memainkannya, aku selalu berpikir tentang nya, tentang wanita yang bersama ku di gazebo di waktu itu, apa sebenarnya arti dari perkataannya, apakah dulu aku pernah bertemu dan mempunyai sesuatu hubungan dengannya?

apa maksud dari semua itu?

Jadi... Apa arti dari perkataan nya itu?

Bisakah aku bertemu dengannya lagi?

Dalam perjalanan pulang, lagi-lagi awan sudah menudung, bahkan rintik air hujan kini mulai berjatuhan, sebelum terlambat aku mencari tempat untuk berteduh, dan lagi-lagi aku berteduh di bawah gazebo ini, ya mungkin karena taman ini mengarah ke jalan pulang rumah ku.

Semua kini sunyi yang ada hanyalah suara dengusan nafas dari ku, atau pun suara angin berhembus melewati telinga ku.

Akhirnya hujan turun juga...

Karena itu aku pun cepat-cepat merogoh isi tas ku dan mulai mengambil buku dan pensil untuk menggambar suasana hujan di kala itu.

"Permisi apakah aku boleh ikut berteduh disini?"

Next chapter