6 BAGIAN TERLARANG ISTANA

Setelah selesai mandi dan kakinya diobati dengan salep, Lyn kemudian dipakaikan gaun serta jubah tipis berwarna biru dengan motif bunga-bunga indah.

Bukannya tak suka, tapi Lyn jadi bertanya-tanya dalam hati, kenapa sedari tadi dia terus diberikan pakaian berwarna biru seakan-akan tidak ada pakaian warna lain. Apakah itu sesuatu yang disengaja untuk menunjukkan identitasnya sebagai Sang Teratai Biru, si Nona Cenayang utusan Dewa kesayangan Kerajaan Shyma?

Mari anggap saja seperti itu. Ucap Lyn dalam hati.

Setelah berada di kamarnya, Lyn dibiarkan duduk pada satu bangku kayu tanpa sandaran dengan ukiran naga emas dan sebuah meja bundar serupa. Menit selanjutnya beberapa pelayan mulai berdatangan untuk menyuguhkan makan malam kepada Lyn.

Makanan di atas meja terlihat amat lengkap dan sangat mewah khas kerajaan. Semua sayur, lauk pauk bahkan sup hangat pun tersedia. Mungkin ada sekitar tiga puluh macam lebih hidangan tersaji di atas piring-piring kecil dan mangkuk-mangkuk keramik. Lyn pun bingung ingin memakan yang mana, jadi ia hanya makan hidangan yang menurutnya tampak tak asing saja.

Sesuai janji Shu, pria itu mengunjungi Lyn tak berapa lama sesudah gadis itu selesai makan malam. Lyn yang senang akan kehadiran Shu, mempersilahkan lelaki itu duduk di kursi lain di hadapannya.

"Tuan Shu!" sapa Lyn berseri-seri. "Aku sudah menunggumu. Aku senang kau menepati janji."

Shu terpaku sesaat melihat senyuman Lyn. Ia bertanya-tanya kenapa gadis itu terlampau gembira menyambut kehadirannya. Sikap Lyn tersebut membuat laki-laki itu teringat akan seseorang.

"Ini sudah menjadi tugasku, Nona. Terimakasih Anda berkenan menunggu kedatangan saya." Shu tersenyum pada Lyn sambil membungkuk sekali sebelum duduk. "Saya berharap hidangan makan malam tadi sesuai dengan selera Anda."

Mata Lyn membesar. "Apakah... apakah Tuan Shu yang memilihkan jenis hidangan tadi untukku?"

Shu tersenyum mengangguk.

"Tentu saja aku sangat menyukainya! Bahkan hidangan itu terlalu mewah, aku tak yakin apa aku pantas menerima hidangan kerajaan seperti itu." Lyn tersipu dan mengalihkan pandangan ke arah lain. "M-maksudnya, aku amat sangat berterimakasih atas perhatian Tuan Shu dan Istana ini, tapi mungkin agak berlebihan mengingat aku bukan siapa-siapa..."

"Anda salah." potong Shu. Ia menatap lembut wajah Lyn tapi nada suaranya terdengar tegas. "Tolong jangan lupa bahwa Anda adalah Putri Dewa, Nona Lyn. Saya tak mau mendengar Anda berkata bahwa dirimu bukan siapa-siapa di Istana ini. Nona adalah orang yang sangat berharga bagiku dan seluruh kerajaan Shyma."

Wajah Lyn memerah. Ia tahu Shu menganggapnya sangat penting karena kerajaan ini pun berpikir demikian. Tapi bolehkah gadis itu menganggapnya sebagai perasaan pribadi Shu? Seandainya saja seperti itu.

Lyn terdiam dan suasana jadi agak canggung.

"Oh ya, bagaimana keadaan kaki Anda, Nona Lyn?" Shu membuka pembicaraan.

"Ah, i-itu... sepertinya membaik." Lyn menjawab cepat-cepat. "Memarnya memang masih terlihat jelas, tapi entah kenapa aku tak merasa begitu kesakitan lagi. Kurasa obatnya bekerja sangat baik."

"Syukurlah kalau begitu. Saya harus segera melaporkan keadaan Anda kepada Yang Mulia."

"Apa kau akan pergi sekarang?" tanya Lyn murung.

"Mungkin sebentar lagi." jawab Shu datar. "Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan pada Nona sebelum pergi."

"Apa itu?"

"Mengenai seluk-beluk Istana." Shu berdeham sekali sebelum menjelaskan. "Istana ini sangat luas dan terbagi menjadi lima bagian. Ada Istana Utara, Istana Timur, Istana Tengah, Istana Selatan dan Istana Barat. Lalu kamar Nona Lyn sendiri ada di bagian Istana Barat, sementara kediaman Yang Mulia berada di Istana Utara."

Lyn menganggukkan kepala dan mencatat informasi baru itu di dalam otaknya.

"Untuk bagian Istana lain, Nona boleh mengunjunginya, hanya saja pergerakan di Istana Tengah dibatasi karena di sana merupakan ruang kerajaan tempat singgasana Yang Mulia berada. Biasanya pertemuan para pejabat, Jenderal dan Menteri Kerajaan serta penyampaian keluhan dari rakyat, semua dilakukan di sana. Sehingga hanya pada saat tertentu saja Nona bisa mengunjunginya."

"Baiklah, aku mengerti." kata Lyn.

"Lalu, ada dua bagian Istana yang dilarang untuk dikunjungi oleh siapa pun tanpa seizin Yang Mulia, yang pertama adalah Istana Utara tempat beliau sendiri. Untuk Istana Utara itu hanya boleh dimasuki oleh para prajurit dan pelayan pribadi serta orang-orang kepercayaan Yang Mulia. Kemudian yang kedua adalah Istana Timur. Tempat itu bahkan sangat terlarang melebihi Istana Utara, dan jarang sekali Yang Mulia memerintahkan orang untuk masuk ke sana kecuali dirinya sendiri. Maaf, saya pun tak bisa menjelaskan lebih jauh tempat apa itu, Yang Mulia tak ingin saya membicarakannya. Jadi, tolong berhati-hatilah agar tak membuat masalah."

Shu menatap tajam mata Lyn, pria itu kelihatan bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tatapan Shu membuat gadis tersebut sedikit takut.

"Aku tahu, aku tak akan masuk ke tempat-tempat terlarang itu jika tak ingin Yang Mulia marah."

Mendengar jawaban Lyn, akhirnya Shu kembali melembutkan tatapannya.

"Saat ini hanya itu yang ingin kusampaikan pada Nona dan sekarang saya harus segera pergi menemui Yang Mulia. Besok siang saya akan mengunjungi Anda kembali."

"Ya, terimakasih atas penjelasanmu tadi Tuan Shu. Aku menanti kedatanganmu kembali besok." Lyn tersenyum kecil.

Shu berdiri dari kursinya, membungkuk ke arah Lyn lalu keluar dari ruangan itu.

Setelah sosok Shu pergi, kepala Lyn dipenuhi tanda tanya tentang Istana Timur. Kenapa daerah itu sangat terlarang? Letak kamar Yang Mulia bahkan bukan di sana. Ia dapat mengerti jika bagian Istana itu dihuni oleh seorang Raja, tapi nyatanya bukan. Shu sendiri tadi tak menjelaskan, apa memang ada anggota kerajaan yang tinggal di bagian Istana Timur?

Semakin dipikirkan semakin membuatku penasaran. Lyn menggumam.

Apakah Istana Timur tersebut sangat terlarang karena menjadi tempat penyiksaan rahasia para tawanan kerajaan? Atau semacam tempat pengasingan anggota keluarga kerajaan yang berkhianat? Jadi, agar aib mereka tak begitu tersebar maka mereka dikurung di bagian Timur Istana dan dibiarkan menjalani sisa hidup mereka di sana seakan-akan mereka lenyap dari dunia ini? Jika benar, berarti Yang Mulia merupakan sosok sadis yang menyeramkan sehingga gadis itu merasa tak boleh bermain-main dengan kebaikan beliau. Ia harus menjaga sikap jika ingin bertahan hidup.

Lyn cepat-cepat menggelengkan kepalanya dan menepis pikiran mengerikan itu.

avataravatar