webnovel

Blue Diamond Ring

Berawal dari kegagalan hubungan sebelumnya, Vina akhirnya tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat tangguh, mandiri dan memiliki kerajaan bisnis yang besar. keluarganya mencoba untuk membantunya melupakan masa lalunya dengan menjodohkan Vina pada beberapa eksekutif muda. tetapi, semua ditolak oleh Vina yang belum bisa melupakan pria di masa lalunya. setelah sepuluh tahun perpisahan, tanpa sengaja, Vina bertemu kembali dengan seseorang yang telah dirindukannya selama 10 tahun. akankah mereka kembali bersama? Atau dapatkah Vina menghindarinya, sehingga Ia tidak akan jatuh pada luka yang sama sepuluh tahun lalu? ikuti kisah vina dalam blue diamond ring..

Ri_Chi_Rich · Urban
Not enough ratings
44 Chs

Jangan Menangis

Vina Plot -

"Rangga, kamu mau kemana? Tunggu aku!!", tapi Rangga tetap menunjukkan wajah dingin, menggandeng tangan wanita itu dan pergi meninggalkanku.

"Rangga.. Rangga... Ranggaaaaaaaa", tapi dia tidak kembali, justru berjalan semakin cepat meninggalkanku dan memasuki mobil.

"Ranggaaaa...!!"

 

Aku terkaget dan membuka mataku, ada butiran air mata disudut mataku. Sejenak, aku merasa lega, ternyata itu hanya mimpi. Untunglah, pikiriku. Aku ga bisa membayangkan jika itu adalah kenyataan.. Hah... Mimpi yang melelahkan!

"yang?", aku coba memanggil rangga.. Ketika aku tersadar bahwa aku tidur sendirian. Rangga tidak ada disampingku. Yah, aku sendirian! Saat ini, aku mulai panik. Kemana suamiku?

Apa dia meninggalkanku untuk bertemu wanita itu? Yah, wanita yang telah membuat kepalaku sakit kembali seperti ini!! Apa rangga mencarinya? Ah, memikirkannya membuatku sakit.. Air mataku sudah mulai mengalir sekarang, aku semakin panik.

"yang.. Yang... Kamu dimanaaa? Ranggaaaaa...!!", aku berteriak kencang, tapi tak ada jawaban.. Kamar ini... Kedap suara! Mana mungkin dia mendengarku?? Dengan kondisi masih menangis dan panik, aku coba bangun, dan apa ini? Tanganku menyentuh benda pipih segi empat ditempat tidur, aku pun dengan cepat menyadari fungsi benda itu! Benda persegi panjang, dengan cashing berwarna pink dan bandul pom pom pink.. Segera kuraih dengan tanganku, aku berusaha untuk duduk. Dan membuka layar utama handphone, sudah menunjukkan pukul 2:30 pagi. Aku cepat-cepat membuka lambang telepon. Hanya ada satu nomor disana, dengan nama kontak "Suami sahku".

Tanpa pikir panjang, aku mengklik tanda telepon dan menghubungi nomor tersebut!! Saat itu, aku sudah menangis cukup kencang, karena rasa takutku akan kehilangannya, takut apabila rangga mencari wanita itu dan aku kembali dikhianati seperti 10 tahun lalu.

"hallo sayang?", tak butuh waktu lama, teleponku sudah terhubung. Tapi, mendengar suara itu, justru tangisanku semakin pecah!

"kamu dimana, yang? Hwawaawawa!!", aku menangis histeris.. Tak mengerti dengan jalan pikiranku saat ini.. Tapi aku merasa sangat lemah tanpanya disisiku..

"aku diruang baca utama. jangan menangis, cinta.. Aku segera ke kamar! Tunggu sebentar, sayang!"

Dan

Klek..

Rangga membuka pintu, berlari menghampiri dan memelukku. Sepertinya dia berlari cukup kencang untuk segera kembali. Detak jantungnya masih terasa kencang saat dia memelukku dan menyandarkanku ke dadanya.

"maafkan aku, sayang.. Aku terlalu larut bekerja. Maafkan aku, meninggalkanmu terlalu lama...", masih mengeratkan pelukannya kepadaku.

"a..aku takuuut, yang...", aku masih menangis sesegukan, dengan suara terisak, aku coba berbicara dengannya. "a.. Aku.. Bermimpi, kamu meninggalkanku dan pergi bersama wanita itu.. Hwaaawawa!!!", dan tangisku kini pecah lagi. Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya. Aku tak ingin melepaskannya, aku tak ingin kehilangan suamiku..

"jangan khawatir, sayang! Itu hanya mimpi.. Aku ga akan tinggalkan kamu sampai kapanpun.. Vina... Vina sayang, udah dong.. Jangan nangis lagi.. Yah??", kali ini rangga menarikku dari persembunyianku didada bidangnya yang hangat, dan memegang wajahku untuk menatapnya. Kemudian ciuman hangat sudah diberikannya pada bibir, hidung, mata, pipi, dan semua yang bisa diciuminya di wajahku.

"maafkan aku.. Kamu mau memaafkan aku?", tanyanya sambil menatap wajahku dan aku mengangguk padanya.

"terima kasih, sayang..", lagi, rangga mengecup keningku. Kemudian mengambil segelas air diatas meja dan memberikannya kepadaku. Aku minum beberapa teguk dan kini emosiku sudah terasa lebih baik.

"sudah, yang..", kataku. rangga menaruh gelas kembali di atas meja.

"apa pekerjaanmu sudah selesai?",

"tinggal sedikit lagi, tapi jangan khawatir. Aku akan menemanimu tidur, dan cukup bekerja untuk malam ini.", Rangga merapihkan bantal untuk bersandar, dan menarikku perlahan mendekatinya, memelukku kembali dalam pelukannya.

"tidurlah sayang... Aku ga akan kemana-mana dan akan menemanimu disini...",

"yang, maafkan aku.. Kamu bisa kembali bekerja, aku.. Tadi sangat histeris karena mimpiku, aku takut itu jadi nyata..", aku mengangkat kepalaku, dan meminta maaf atas kesalahanku. Aku tahu betapa sulitnya mengendalikan perusahaan dan bekerja. Aku juga sama sepertinya. Malam seperti ini, adalah waktu paling kutunggu untuk kembali mengecek semua urusan perusahaan, menganalisa, dan mencari solusi untuk semua masalah. Tak jarang, ide dan jalan keluar untuk memperbaiki performa dan menaikkan keuntungan Juga kudapatkan saat bekerja larut malam seperti ini. Karena keheningan malam, biasanya dapat membantuku bekerja optimal. Dan sekarang, pasti banyak sekali yang harus dikerjakan suamiku.. Karena beberapa hari ini rangga sibuk denganku, dan sekarang bebannya bertambah dengan mengurus perusahaanku.

"jangan khawatir sayang.. Sekarang tidurlah. Aku juga akan beristirahat.. Besok adalah hari yang panjang!", sambil kembali membuat kepalaku menyandar didadanya.

"apa banyak masalah di light company? Atau justru perusahaanku yang membuatmu bekerja lembur?", aku kembali mengangkat kepalaku dan menatapnya.

Seutas senyum terpancar dari wajahnya yang lelah.. Ya, suamiku terlihat sangat lelah..

"kamu jangan khawatir sayang.. Sini, tidurlah. Aku sudah terbiasa mengerjakan ini semua.", rangga menarikku lagi dalam pelukannya, dan kali ini aku tak akan bertanya lagi.. Bersandar dan Memeluknya sangatlah membuatku nyaman. Dan entah dari kapan, inilah posisi favorit yang selalu ku rindukan saat berdekatan bersama dengannya.

Tidak ada aktivitas suami istri malam ini. Untunglah rangga tidak meminta jatah, hihi.. Karena aku rasa, aku belum bisa melayaninya dengan optimal.. Rangga tidak berkata apapun, tapi aku yakin dia mengerti kondisiku yang membutuhkan istirahat. Hanya saja, aku tak ingin berlama-lama dengan kondisi ini.. Hematoma, itu yang dikatakan ika, perawat pribadiku mengenai penyakitku saat ini. Seberapa berbahaya penyakit itu? Akan kucari tahu nanti. Kupejamkan mataku, karena sejujurnya, aku masih mengantuk dan tak berapa lama.. Akupun terlelap kembali.

 

Sepertinya tempat tidur ini bergerak.. Dari kehangatan, kini aku merasa menempelkan wajahku ke bantal yang dingin. Kubuka mataku perlahan..

"sayang, maafkan aku.. Apa kamu terbangun karena gerakanku?", rangga mencoba memindahkan sandaranku dari dada bidangnya ke bantal dkasur ini. Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku.

"jam berapa sekarang, yang?"

"masih jam 5. Tidurlah lagi.."

Aku menggelengkan kepala. Aku terbiasa bangun jam segini, lagipula, aku hari ini akan ikut suamiku ke kantor. Aku akan menyerahkan semua milikku kepadanya. Sudah tak penting lagi harta untukku, aku hanya tak ingin kejadian seperti kemarin dengan james terjadi lagi.

"aku akan bersiap, aku akan ikut kamu ke kantor hari ini, yang.. ", aku mencoba bangun.

"sayang, pelan-pelan.. Kepalamu.."

"aku gapapa yang, sudah mendingan. Sudah ga sesakit kemarin.", rangga coba membantuku untuk bangkit, tapi.. Wajahnya terlalu dekat denganku.. Membuat kewarasanku sedikit terganggu dan membuatku mendaratkan ciuman di pipinya. "selamat pagi, yang!", kataku kemudian.

Rangga menatapku, dan langsung melumat bibirku. Aku jujur belum ada persiapan. Dan aku tak tahu akan berujung seperti ini. Awalnya, dia melakukan sangat lembut, tapi berapa lama, napas kami sudah terengah-engah.

"kenapa kamu membangkitkan gairahku, sayang.. Padahal aku sudah berusaha menahannya dari tadi malam..", kata-katanya saat melepaskan bibirku dan melanjutkan aktivitasnya pada tubuhku

Beberapa kali pagi ini aku mendapatkan pelepasan, sebelum akhirnya kami berdua mencapai klimaks bersamaan dalam aktivitas pagi ini.

Rangga menatapku, tapi tatapannya aneh, biasanya, setelah bercinta dia akan tersenyum lebar dan terlihat puas.. Tapi sekarang..

"yang, apa aku kurang memuaskanmu?", tanyaku

"bukan sayang, aku selalu merasa puas dan ingin lagi dan lagi setelah bercinta denganmu. Tapi kali ini, maafkan aku sayang.. Aku ga bisa mengontrol nafsuku padahal kamu seharusnya beristirahat. Maafkan aku..", wajahnya kini terlihat sangat bersalah.

Aku berusaha bangun untuk memeluknya. Rangga membantuku untuk mencapai keinginanku, berada dipelukannya.

"terima kasih, yang.. Aku juga pengen dari tadi malem.. Tapi ga berani minta, soalnya muka kamu keliatan cape banget.."

Rangga tertawa mendengar penjelasanku..

"rupanya kali ini istriku sudah ketagihan, hehe.." refleks, aku cubit pinggangnya, tempat terdekat dari tanganku.

"aa..aaaaaw sayang... Sakiiiit dong!"

"biarin aja!"

"ehm.. Apa kepalamu sakit setelah aktivitas hot kita?"

Aku mengangkat wajahku dan menatapnya dan tersenyum, menggelengkan kepalaku. Ada seutas senyum darinya saat mengetahui keadaanku baik-baik saja. Sejujurnya, ada sakit yang luar biasa saat aktivitas tadi. Tapi aku menutupinya dengan teriakan dan desahanku. Aku tak ingin memberitahukannya dan membuatnya menghentikan menyentuh dan mendapat kepuasan karena tak ingin membahayakanku.

"yang, sudah setengah enam.. Aku mau bersih-bersih! make up an ku kan lama, hehe..", aku berusaha mengingatkannya kalau kami akan bekerja hari ini.

Rangga mengerti maksudku. Dia kemudian berdiri, mengangkatku dan melakukan apa yang selalu dia lakukan beberapa hari ini untuk membersihkan tubuhku. Bedanya, saat ini aku minta mandi bersama dibawah shower. Hihi... Aku memakai plester anti air dilukaku, jadi tak masalah bagiku untuk membasahi rambutku.

Kami melakukannya dengan cepat, jam enam kurang sepuluh aku sudah berada didepan meja rias dengan rangga menyisir rambutku.

"yang, aku sisir sendiri aja..", pintaku .

"sakit?"

Aku mengangguk dan tersenyum padanya. Rangga mengerti dan memberikan sisirnya padaku.

"sayang, aku izin ke ruang baca utama dulu dilantai dua, mempersiapkan data-data yang harus aku bawa. Aku akan kembali sekitar jam 6:30 dengan membawa sarapanmu juga.", aku mengangguk mendengar penjelasannya.

TOK TOK TOK

"kedua perawatmu sudah tiba, aku pergi sekarang, ya..",

"iya yang...", lagi.. Aku kembali tersenyum dan mengangguk paham.

Rangga membuka pintu kamar kami, dan berjalan meninggalkan kamar. Sedang ika dan sandra masuk kedalam

"selamat pagi!", aku tersenyum menyapa mereka

"selamat pagi, nyonya..", jawab mereka bersamaan.

Aku sudah selesai dengan make up ku. Light make up. Hampir seperti aku tak ber make up. Karena aku ga suka dengan topeng yang terlalu tebal, selain karena tak sesuai dengan kepribadianku, aku juga tak ingin terlihat seperti wanita penggoda dengan aplikasi make up yang berlebihan pada wajah.

"nyonya, mari kami bantu.."

Refleks, kucegah mereka dengan tanganku.

"tak apa, aku harus bisa terlihat se normal mungkin dihadapan karyawanku," kataku, sambil tersenyum.

Memang agak pusing, tapi hanya beberapa detik awal. Dan aku bisa berjalan kearah kasur tanpa bantuan mereka. Aku juga mencoba jalan bolak balik. Kamar ini cukup luas, sehingga pas untuk latihan berjalan. Mereka berdua tampak sangat khawatir dan ketakutan dan aku berkali-kali meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja.

Sekitar 15 menit aku mencoba berjalan, tapi kemudian perutku terasa mual, aku juga merasa lapar, hihi.. Akhirnya kuputuskan untuk duduk di sofa.

"nyonya, saya mau mengecek tekanan darah nyonya..", sandra membawa alat tensi digital. Aku mengangguk dan dia memasangnya ditanganku. Tak berapa lama, selesai dan dia mencatat kedalam buku askep nya.

"sekarang, jelaskan padaku, apa hematoma cukup berbahaya?"

Mereka berdua saling pandang

"kalian berdua jangan khawatir, aku pasti bersikap cooperatif, karena aku juga ingin sembuh!", kataku kemudian.. "aku ingin info transparant. Aku ingin kalian memberitahuku semua info dari dokter tentang penyakitku, perkembangan penyakitku, baik itu berita bagus ataupun buruk!", aku menjelaskan.

Mereka berdua mengangguk, mengerti.

"tt...tta-pi nyonya, tuan bilang, semua harus dirahasiakan da..."

"tuan tidak akan tahu. Kalian cukup memberitahuku saja. Karena aku ingin tahu kondisi kesehatanku yang sebenarnya!", aku memotong perkataan sandra.

"baiklah, nyonya.."

"baiklah, apa yang harus aku lakukan hari ini? Apa akan ada tindakan medis?",

"nanti sore, ada tindakan CT scan, seharusnya pagi ini, tapi tuan meminta pada dokter airin un.."

Klek

Rangga memasuki ruangan dengan baki makanan ditangannya, dan membuat dua perawat itu kaget dan panik

"apa yang sedang kalian bicarakan?", dia tampak curiga melihat mereka terlihat panik.

"tidak ada, aku hanya bertanya kepada mereka, masalah penyakitku yang sebenarnya. Tapi mereka bilang mereka tidak tahu. Jadi aku sedikit memaksa, walaupun mereka terus menjawab tidak tahu!", aku menjelaskan sambil tersenyum padanya.

"keluarlah, dan persiapkan diri kalian untuk mendampingi istriku ke kantor hari ini!", rangga menginstruksikan pada mereka untuk meninggalkan kami berdua.

Kemudian dia berjalan kearahku, tatapannya sangat serius, tapi tak ada yang dikatakannya. Hanya menaruh baki makanan dan mengambil piring.

"makanlah, jangan banyak pikiran. Semua akan baik-baik saja! Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu! Jangan khawatir!", menceramahiku sambil memberikan suapan pertama kedalam mulutku.

"hmmm.. Enaaaak yang.. Aku suka nasi gorengnya!!", aku tersenyum padanya.. Mencoba mengalihkan pikiran dan memperbaiki moodnya.

"habiskan makanannya, lalu minum obat, supaya kamu kuat untuk aktivitas hari ini!", pintanya sambil tersenyum dan memberikan suapan kedua. "lalu kita bisa berangkat ke kantor!", katanya lagi.

"yang, aku pinjam sendoknya", tanpa menunggu persetujuan Rangga, aku mengambil sendok ditangannya.

"buka mulutmu.. Aku udahan makannya kalau kamu ga mau buka mulut.. Aaaaaa!!", otomatis Rangga membuka mulutnya dan menerima suapan nasi goreng dariku. Aku senang bisa menyuapinya juga.. Ini pertama kalinya kami makan dalam satu piring. Aku sangat senang.

Seratus persen aku yakin, Rangga belum sarapan, dan tadi katanya, setelah aku minum obat, kami akan berangkat. Pasti dia akan melewatkan sarapannya. Aku ga mau suamiku sampai sakit karena kelelahan mengurus istrinya dan mengurus perusahaan.

"mulai hari ini, kamu siapin dua sendok, ya yang.. Aku mau makan berdua sama kamu, aku seneng bisa suapin kamu, yang..", rangga mengangguk setuju, dan kami makan bergantian satu suap rangga menyuapiku, satu suap aku gantian menyuapinya. Sampai nasi dipiring habis.

Kemudian dia memberikanku juice jeruk. Aku meminumnya setengah, dan aku memintanya menghabiskan. Setelah itu. Aku meminum obatku.

"yang, aku mau jalan.."

"ga boleh!! Aku tinggal kamu dirumah, kalau kamu tetep maksa jalan!"

aku cuma cemberut, akhirnya aku mengalah, karena aku ga mau ditinggal sendiri dirumah sebesar ini sampai sore, huffff... Bisa gila, aku!!

Rangga merapihkan barangku, termasuk memasukkan handphone yang baru dia belikan untukku ke dalam tasku, dan kemudian membawaku turun dengan lift, langsung menuju pintu luar.

Dua buah mercedes-maybach S 600 pullman guard sudah ada di depan pintu masuk utama. Jujur, aku sedikit kaget dengan banyaknya orang berpakaian setelan jas serba hitam, suasana didepan rumah seperti aku berada disarang mafia. Hanya dua orang berbaju putih, ika dan sandra yang tak lain adalah perawat pribadiku.

"simpan satu mobil di garasi. Kita hanya pakai satu mobil hari ini!", rangga berbicara dengan seorang pria berjas dengan gaya eksekutif muda, yang ditangannya sudah ada tas kerja milik Rangga.

"baik, pak!", dia berjalan patuh menjalankan perintah Rangga dan membukakan untuk kami pintu mobil. Rangga mendudukkanku dikursi, dan dia menutup pintu, menuju pintu yang berada diseberang tempat dudukku, lelaki itu kembali membuka pintu untuk rangga, memberikan tasnya dan rangga duduk disebelahku. Kemudian dia berlari, duduk dikursi depan mobil bersebelahan dengan supir.

Orang-orang berpakaian serba hitam itu memasuki mobil didepan dan belakang kami. Tiga mobil didepan kami, dan tiga mobil dibelakang kami. Ika dan sandra mereka juga masuk ke dalam mobil didepan kami bersama dengan wanita yang memakai setelan jas serba hitam.

Kutarik napasku dalam-dalam.. Aku sedikit tak percaya dengan apa yang dilakukan suamiku. Seberapa seriuskah penyakitku, sampai harus seperti ini? Kurasa ini terlalu berlebihan. Buang-buang uang! Kulirik suamiku, ingin aku segera bertanya tentang situasi ini. Tetapi kuurungkan niatku, setelah melihat betapa seriusnya rangga!

Dipangkuannya sudah ada laptop, dan ditangan kanannya ada kertas-kertas yang sedang dibacanya. Dia terlihat sangat tampan apalagi dengan kacamata baca yang sedang dipakainya.

"sayang", katanya kemudian yang membuatku terkaget karena tertangkap basah sedang melamun menikmati wajahnya. Walaupun matanya masih mengarah ke laptopnya.

"eh. Iya yang?"

"jangan menatapku seperti itu, karena kamu akan membuatku lemah dan ingin melahapmu!", kali ini Rangga menengok dan menatapku.

"ehmm.. Jadi.. Salah kalau aku memandangi suamiku?"

Rangga tersenyum dan memberikan ciuman di keningku.

"bersikap baiklah, jangan menggoda suamimu yang lemah ini, sayang!", rangga mengingatkanku, tapi justru membuatku tertawa ngakak.

"baklah! Bekerjalah yang rajin, suamiku!! Jangan sampai istrimu ini kekurangan uang untuk shopping!", aku tersenyum padanya.

"itu tak akan kubiarkan sayang! Aku pasti lakukan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhanmu!", sambil mengelus rambutku, dan matanya kembali fokus ke kertas dan laptonya.

Aku tak berniat mengganggunya. Aku mengambil handphone dan membuka aplikasi game. Sudah lama aku tak punya waktu luang untuk bermain game.. Akan kucari game yang bagus untuk merayakan hari kebebasanku, bebas dari berbagai urusan kerjaan!"