5 Sagara (2)

Sagara, nama lelaki itu. Anak lelaki kecil yang selalu menemani mingggu Kinan. Anak kecil yang selalu menyuguhkan senyum manis sambil bercerita tentang dunianya. Bercerita tentang impiannya. Anak lelaki yang mengajarkan cara tersenyum pada dunia. Anak lelaki yang memberikan ketulusan. Persahabatan. Anak lelaki yang selalu ada di ingatan Kinan kecil. Sagara

Setelah mendapat ijin dari Rose untuk memberikan nomer HP nya pada Sagara, Rudi langsung mengirimkan kontak Rose pada Sagara. Selepas itu, Sagara mulai menghubungi Rose. Mereka berencana untuk makan siang akhir pekan ini. Pikiran Rose mulai sering melanglang buana ke masa lalu. Masa kecilnya di panti asuhan. Masa kecil yang getir. Masa dimana Sagara kecil tersenyum manis padanya. Bermain bersamanya. Bercerita bersamanya. Bermimpi bersama.

*sabtu

Nampak seorang pria berusia pertengahan 20 an duduk di kursi di dalam sebuah cafe. Sambil sesekali melihat HP nya ia menyeruput kopi hitam di depannya. Sesekali pula ia menengok ke luar jendela. Melihat apakah ada sahabat masa kecilnya di luar. Hatinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sahabatnya itu. Kenangan masa lalu mulai muncul. Ia tersenyum mengingatnya. Dia adalah Sagara.

Anak lelaki kecil yang dulu kurus dan sedikit pendek, sekarang telah berubah. Tubuhnya tidak kurus, tapi juga tidak gemuk. Kaos polo yang menempel di tubuhnya membalutnya dengan baik. Membuatnya tampak gagah dengan bahu lebar dan dada bidang yg sedikit menonjol dari kaosnya. Ia juga tidak pendek. Tinggi badannya setidaknya lebih dari 170 cm. Ya...Sagara sekarang bukan Sagara yang dulu. Sekarang ia rajin berolah raga. Hal ini nampak dari otot di lengannya yang sedikit menonjol. Seksi.

Di luar nampak seorang gadis berlari kecil menuju ke pintu cafe. Begitu pintu terbuka dan ia masuk ke dalam, matanya berkeliling, mencari sosok sahabat kecilnya. Sagara melihatnya. Sambil tersenyum Sagara memanggil namanya pelan.

"Rose...!" panggilnya sambil melambaikan tangannya. Senyum nampak menghiasi bibirnya. Rose pun menoleh ke arah suara itu. Tersenyum. Lalu ia berjalan riang ke arah Sagara. "Lama gak ketemu, Rose..." imbuh Sagara seraya menyambut sahabatnya itu.

Rose yang tiba di hadapan Sagara segera memeluk kecil sahabatnya itu. "Lama gak ketemu Ga.." ucapnya di sela senyumnya. Sagara yang menerima pelukan itu segera membalas dengan melingkarkan satu lengannya di pinggang Rose. Senyumnya semakin lebar.

"Gimana kabarmu?" tanya Sagara lembut.

"Baik..... kamu??" jawab Rose bertanya balik.

"Baik...baik... cuman sayang...ada temen yang ganti nomer gak bilang-bilang.... jadi sedikit sedih..." ucap Sagara mmelas. Wajahnya ia buat sesedih mungkin dengan mata sendu.

Rose yang melihat tingkah sahabatnya itu tertawa kecil. "Ma'af..ma'af... kemarin lagi butuh ngilang... Andini juga sempet kelimpungan pas aku ngilang, sampe marah-marah ke aku pas ketemu" jelas Rose singkat. Ia tak mau menjelaskan alasan ia ganti nomer. Sagara tahu itu. Maka dari itu ia tak melanjutkan pertanyaannya.

Mereka berdua saling bercerita tentang pekerjaan dan kehidupan mereka. Tapi tak sedikitpun menyinggung tentang orang tua angkat Rose, maupun keluarga lama Rose. Bagi mereka itu hal paling tabu untuk dibicarakan. Sagara paham betul tentang hal ini.

Tak terasa sudah hampir 2 jam mereka mengobrol. Melepas rindu. Sampai akhirnya Rose berpamitan. Mereka lalu berpisah, tapi sebelum itu mereka beranji untuk bertemu lagi bertiga dalam waktu dekat.

Selepas kepergian sahabatnya, Sagara tak langsung meninggalkan cafe. Matanya mengantar kepergian Rose dengan sendu. Wajahnya yang awalnya tersenyum gembira kini sedikit menampakkan kegetiran. Rian. Nama ini muncul di pikirannya. 'Karenamu Rian..tunggu...pasti karma segera mendatangimu' ucapnya dalam hati

******

avataravatar
Next chapter