8 Masalah (3)

Setelah berpamitan pada ibu tua itu, Rose malanjutnya pekerjaannya. Ia betjalan berkeliling mall, mengunjungi toko yang paling laris dan toko-toko lainnya, termasuk toko yang memiliki paling sedikit pembeli.

Setelah genap satu jam, Rose pun meninggalkan mall M. "Nona, penerbangan ke jogja diundur menjadi jam 3, karena ada masalah cuaca" terang Damar sambil duduk di kursi samping sopir.

Rose mengangguk, "kita makan siang dulu saja" jawabnya pelan seraya memilngkan wajah ke arah jendela. Titik air mulai berjatuhan. Kembali ia teringat kenangan masa lalunya. Diam.

Damar hanya mengangguk seraya berkata "cafe lunar" pada sopir yang hanya dijawab dengan anggukan. Damar melihat kesedihan di mata bos nya itu. Ia tahu apa makna di balik gerimis bagi bos nya. Ia pun kembali mengingat awal pertemuan mereka. Pertemuannya dengan wanita yang kini menjadi panutannya. Ia tahu asal-usul 'nona' mudanya itu. Bagaimana pahit hidup yang dialami oleh wanita itu. Maka dari itu, ia berjanji pada dirinya sendiri...bahwa ia tak akan membiarkan kejadian buruk di masa lalu terulang kembali. Ia akan melindungi nona mudanya dengan sepenih hati. Dengan nyawanya kalau perlu. Diam kembali menoleh, melihat bos nya. Matanya masih sendu.

Sampai akhirnya mereka sampai di cafe lunar barulah ia memecah keheningan dengan membuka pintu. Setelah terbuka, ia berujar "sudah sampai, Nona" sambil mengulurkan salah satu tangannya untuk membantu bos nya keluar dari mobilnya. Rose yang melihat sikap Damar hanya mengangguk sambil meraih uluran tangan Damar. Ia meletakkan tangan kanannya di atas tangan Damar yang siap menyambutnya dengan payung hitamnya di tangannya yang lain.

Mereka berjalan memasuki cafe. Sesampainya di pintu cafe, mereka disambut oleh pelayan yang menerima payung mereka. Mereka lalu berjalan naik ke lantai dua. Memasuki bilik khusus. Ya..ini adalah tempat bagi para VIP alias tamu spesial cafe lunar.

Begitu memasuki bilik mereka duduk berhadapan. Tak lama kemudian, makanan mulai berdatangan. Ya, sebelumnya Damar telah menelepon cafe, menginfokan bahwa 'nona' nya akan makan siang di sana. Oleh karena itu, pihak cafe segera menyiapkan makanan kesukaan Rose.

Mereka berdua kemudian makan dalam diam. Tak ada sepatah kata pum keluar dari bibir mereka. Damar paham. Damar tak ingin mengganggu Rose yang tengah sibuk dengan hatinya dan sedang menata ulang pikirannya. Tak lama setelah makan, teh hangat tersuguh di hadapan mereka.

Seusai menyeduh tehnya, barulah Rose bersuara. "Batalkan semua rapat untuk sisa hari ini. Kita terbang ke Jogja besok pagi saja" ucapnya pelan. Damar hanya mengangguk. "Ahh, kamu berangkat saja sesuai jadwal, laporkan padaku besok begitu aku toba di Jogja" imbuhnya kemudian.

"Baik, Nona" jawab Damar akhirnya.

Tiga puluh menit kemudian mereka keluar, meninggalkan cafe lunar. Damar mengisyaratkan agar mereka kembali ke rumah bos mereka. Hampir satu jam kemudian barulah mereka sampai di gerbang rumah Rose. Begitu pintu gerbang terbuka, mobil mereka segera memasuki halaman. Tak selang berapa lama, mereka sampai di pintu depan. Di sana pelayan sudah bersiap menyambut kedatangan nona muda mereka tersebut.

"Selamat datang, Nona" sambut mereka serentak. Rose hanya mengangguk sambil terus berjalan menuju kamarnya. Sebenarnya Rose tidak suka dengan 'sambutan' yang selalu dilakukan oleh staff rumah tangganya, tapi apa daya, orang tua angkatnya adalah 'orang terhormat'. Ibu angkatnya adalah seorang wanita Jogja sedangkan ayah angkatnya adalah salah seorang terpandang yang berasal dari Inggris. Itulah sebabnya, peraturan di rumahnya 'sedikit' berbeda dari kebiasaan di Indonesia.

Staff rumah tangganya menggunakan seragam untuk bekerja sehari-hari. Mereka digembleng sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan ayahnya. Termasuk selalu mengantar kepergian Rose ketika berangkat bekerja maupun menyambutnya ketika tiba di rumah. Itu merupakan suatu kewajiban bagi mereka apabila ingin terus bekerja di rumah itu.

******

avataravatar
Next chapter