4 Musuh Baru

Bicara apa orang ini? Sejak kapan aku jadi pacarnya? Aku sudah tidak tau lagi harus berkata apa pada orang yang sifatnya seenak jidat seperti dia ini. Kalau aku melawan pasti nanti dia mengamuk, aku nggak tau apa yang akan dia lakukan pada Ka Guna nantinya.

"Heee.. kalian pacaran? Ko bisa? Kapan deketnya?" Tanya Sasa dan Marry saat mereka datang ke tempat kami berdiri.

"Iyaa, pokoknya sekarang kita udah pacaran. Yakkan sayang?" Kata Garry sambil menatapku.

Aku yang kesal melihat kelakuannya sudah tidak tahan lagi. Aku menyubit perut Garry sekeras yang aku bisa.

"Aduh! Sakit oy!" kata Garry "Kalo malu bilang aja jangan dicubit eh." Lanjutnya sambil memegangi perutnya yang aku cubit.

"Ehm.. kalo gitu aku minta maaf sudah memegang pacarmu ya." Kata Ka Guna.

"Vir! Pokoknya kamu harus cerita ya sama kita gimana kamu kok bisa pacaran sama Garry!" kata Sasa.

"Iyaa vir! Aku juga penasaran!" kata Marry. "Walaupun banyak desas desus kalo dia itu cowo nggak bener tapi menurutku dia itu atraktif juga." Bisik Marry padaku.

Mendengar perkataan kedua temanku itu, aku menoleh kearah Garry. Dia memasang wajah yang seolah mengatakan "coba saja kalo kamu berani cerita akan kubunuh kau". Menghadapi kejadian hari ini, aku sudah terlalu lelah. Akhirnya aku berjalan kembali ke tenda dan meninggalkan Garry. Sampai di tenda, Sasa dan Marry tidak berhenti memberikan aku pertanyaan. Aku nggak tau harus jawab gimana, jadi banyak cerita yang aku karang saja. Untungnya mereka percaya-percaya aja.

Akhirnya setelah pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan Sasa dan Marry berakhir, aku bisa tidur juga. Kupejamkan mataku dan tertidur.

"Hwaaaaa!!!!" Teriakku dan membuat seisi tenda terbangun.

"Kamu kenapa vir??" Tanya Sasa.

Untunglah itu hanya mimpi. Aku melihat Genderuwo dan ketiga hantu itu mendatangiku untuk membalas dendam mereka. Saking takutnya membuatku sampai berteriak.

"Eh maaf, aku tadi mimpi buruk hehe" Kata ku minta maaf pada semua orang yang terbangun karena jeritanku.

"Eh.. Cuma mimpi buruk tapi teriaknya sekeancang itu." Kata salah seorang mahasiswi yang ada di tenda.

"Iyaa. Iyaa bener juga tuh" Bisik beberapa anak yang ada di tenda.

Mereka melanjutkan tidur kembali, tapi aku merasa tidak bisa tidur. Akhirnya mataku tetap terbuka samapi akhirnya pukul 5 pun tiba. Semua panitia membangunkan para mahasiswa yang masih tertidur.

"Kamu kalau mimpi buruk lagi nanti malem jangan teriak-teriak lagi ya. Aku jadi kurang tidur nih" kata mahasiswa yang semalam menegurku.

"Eh.. iyaa maafkan aku hehe" Kataku padanya dengan wajah polos.

Diapun pergi keluar tenda terlebih dahulu. Saat itulah Marry tiba-tiba terbangun dan bertanya.

"Kamu ada masalah apa sama Bella?"

"Ohh dia namanya Bella. Ituloh Ry semalem aku mimpi buruk terus teriak. Akhirnya semua orang bangun dan Bella negur aku." Jawabku.

"Emang kamu semalem nggak denger dia teriak Ry?" tanya Sasa

"Ahh, aku semalem tidur sambil nyumpel telinga pake kapas, takut ada serangga yang masuk ke telinga kan hehe" Kata Marry sambil melepas kapas yang terpasang di telinganya. "Oiya pokoknya kamu hati-hati aja sama Bella, dia itu anak orang kaya jadi kelakuannya ya kayak tuan putri gitu deh. Kalo ada orang yang dia suka pasti orang itu bakal dia kerjain sampe nggak berani nentang dia." Lanjutnya.

"Loh, kok kamu tau darimana kalo dia orangnya gitu ry?" Tanya Sasa penasaran.

"Dulukan aku satu SMA sama dia dan ada satu cewe yang waktu itu ngerebut gebetannya dia, akhirnya dikerjain sama Bella sampe nggak mau masuk ke sekolah lagi."

Mendengar perkataan Marry, sepertinya aku harus mulai berhati-hati sama Bella. Aku nggak mau kalau harus menambah masalah baru lagi. Berurusan dengan Garry saja sudah cukup membuat kepalaku pusing.

Kamipun keluar dari tenda dan menuju kamar mandi yang tersedia di kaki gunung Salak. Sampai disana, aku melihat sudah banyak mahasiswa yang mengantri di depan pintu kamar mandi. 10 menit kemudian tibalah giliran kami untuk masuk kedalam kamar mandi.

"Tes... Tes.. Waktu kalian bersiap-siap 10 menit lagi ya. Setelah itu kalian berkumpul dan berbaris sesuai kelompok kalian masing-masing."

"Vir, ayo buruan. Itu ka Guna bilang tinggal 20 menit lagi abis itu kita harus baris." Kata Sasa.

"Iya iya, sabar ini masih sikat gigi." Jawabku.

"Sa, aku minta odol ya. Ternyata aku nggak bawa odol haha." Kata Marry sambil menadahkan tangannya.

"Nih ry odol.." Aku memberikan odol milikku pada Marry.

"Oh iya, makasih vir." Marry dengan cepat mengambil odol dari tanganku dan langsung menyikat giginya.

Setelah selesai dari kamar mandi, kami bertigapun bergegas ke tenda untuk meletakkan peralatan mandi yang tadi kami pakai. Tanpa membuang waktu lagi, kami langsung berlari menuju titik tengah untuk berbaris.

Sesampainya di titik tengah, aku melirik ke kanan dan ke kiri. Aku mencoba mencari Garry dalam barisan kelompok 6. Aku melihat Garry berdiri di barisan paling belakang degan mengenakan jaket parka tebal berwarna biru donker. Jaket itu terlihat cocok sekali dengan warna matanya yang agak kebiruan.

"Eh vir, liat tuh Garry ada disana." Kata Sasa sambil memasang wajah yang seakan menggodaku.

"Apaansih sa, biasa aja kali mukanya-_-" kataku

"Kamu nggak mau nyamperin dia dulu gitu? Siapa tau kangen haha"

"..."

Sasa terus saja menggoda ku dan Garry. Padahal aku hanya mengarang cerita dan mengikuti permainan Garry supaya dia tidak membunuhku. Melihat kekuatan yang diperlihatkan Garry saat melawan para hantu kemarin, aku mengerti kalau membunuh seorang manusia adalah hal yang sangat mudah baginya. Dengan satu hempasan tangannya, dia bisa memotong tangan Genderuwo, hempasan sayapnya yang beasr itu mampu membuat 3 hantu terpental sekaligus. Benar-benar kekuatan yang tidak masuk akal.

"Yak, untuk kegiatan kita kali ini adalah mengidentifikasi dan sampling biota yang ada di Gunung Salak. Titik-titik yang digunakan sebagai tempat sampling juga sudah di bagikan sebelum perrjalanan kita kesini. Bagi yang masih bingung nanti silahkan mengikuti kakak-kakak pembimbing untuk masing-masing kelompok." Ka Guna berkata sambil menunjuk kearah mahasiswa pendamping yang berada di belakang kami.

Aku melihat jumlah kaka pendamping yang berdiri dibelakang kami berjumlah 4 orang. Jika masing-masing kelompok mendapatkan 1 pendamping berarti jumlahnya masing kurang. Dimana pendamping yang lainnya. Saat otakku masih berpikir tentang jumlah pendamping, tiba-tiba salah satu pendamping mahasiswa berteriak.

"Kelompok 1 dan 2 silahkan mendatangi kearah saya!"

Mendengar perkataannya itu, aku mengetahui kalau 1 pendamping bertanggung jawab untuk 2 kelompok. Satu persatu penamping memanggil angka kelompok-kelompok yang mereka dampingi. Akan tetapi pendamping kelompok 6 dan 7 masih belum memiliki pendamping. Tiba-tiba Ka Guna yang tadinya berdiri di depan menghampiri kearah kelompokku.

"Saya akan mendampingi kelompok 6 dan 7. Nanti kalau ada yang kurang enak badan atau tidak kuat berjalan lagi, langsung bilang ke saya ya." Kata ka Guna sambil tersenyum.

"Vir, vir. Ka Guna jadi pendamping kita!!! Yes!!!" Sasa berbisik padaku dengan nada yang sangat gembira.

Ahh, tetntu saja dia akan senang karena Ka Guna adalah orang yang dia taksir. Kalau ka Guna menjadi pendamping kelompok 6 dan 7, artinya Garry juga akan didampingi oleh ka Guna. Aku menoleh kearah barisan belakng kelompok 6. Garry berdiri disana dengan wajah kesal. Seakan tidak menyukai ka Guna menjadi pendamping kelompoknya. Beberapa saat setelah aku menengok kearah Garry, dia tiba-tiba menatap kearahku dan tersenyum.

"Kenapa dia tiba-tiba tersenyum?" kataku dalam hati. "Apakah dia senang kelompoknya dan kelompokku akan pergi bersama dalam identifikasi ini."

Ka Guna berjalan didepan dan kami mengikutinya dari belakang. Mahasiswa cewek berjalan tepat di belakang ka Guna sedangkan mahasiwa cowok berada di belakang kami.

avataravatar
Next chapter