2 Chapter 02

Aku membuka pintu rumah dan menemukan belum ada tanda-tanda keberadaan Brian dirumah.

Ya, dia bilang dia akan pulang sedikit telat. Padahal aku pulang juga sedikit terlambat dari jam biasanya.

Aku menoleh dan berbalik kebelakang saat mendengat suara pintu kamar terbuka.

"Kau sudah datang sejak lama?" Tanyanya dan menanggalkan jasnya.

"Baru saja, tadi Viola memintaku menemaninya belanja" jelasku dan mulai membersihkan make up.

Ia hanya diam dan melangkah menuju kamar mandi yang ada dikamar. Sedangkan aku beranjak dan kelur menuju kamar mandi luar.

Aku sudah di pantry dan menyiapkan makan malam. Ia belum keluar juga.

"Apa kau sudah makan malam?" Aku menatapnya sambil berdiri dipintu kamar.

"Ahh iya Lexie, tapi aku akan menemanimu. Tunggu sebentar." Aku menangguk dan menuju pantry lebih dulu dan ia mengikuti dibelakang.

Aku membersihkan piring yang habis aku gunakan tadi. Ada pergelangan tangan yang memelukku erat. "Aku merindukanmu Lexie..maaf aku sangat sibuk" lalu ia membalik badanku perlahan.

"Aku juga sangat sibuk Brian. Maafkan aku juga." Dan memeluknya erat.

Memang pernikahan kami karena yah comblangan dari teman-temannya yang tak ku tahu bagaimana bisa mengenalku. Bahkan Viola sempat shock karena mendengarku menikah.

Karena aku perempuan yang tak suka bergaul dengan orang lain selain Viola dan mereka yang ada hubungan pekerjaan denganku.

Keluargaku? Ayah meninggalkan ibuku. Dan saat usiaku dua belas tahun ibu meninggal. Dan aku tinggal di yayasan sekolahku. Dari sanalah aku mulai menulis. Apa saja yang bisa aku ceritakan.

Karena lewat menuliskah aku bisa bicara pada dunia.

Dan aku bertemu dengan pria ini. Brian Cristian Hudson. Aku jatuh hati padanya dan menyetujui saat ia menginginkanku menjadi istrinya.

Memang ia terlihat cuek. Tapi sebenarnya ia sangat menyayangiku.

Brian menatapku dan langsung memagut bibirku lembut yang langsungku balas dengan lembut pagutan bibirnya.

Ia meraih tengkukku dan memperdalam ciuman kami. Aku melenguh takkala tangan yang satunya menyentuh dan meremas bokongku pelan.

Ia melepaskan tautan kami. Menatapku dengan tatapan mendamba. Membuka baju kaosnya hingga menampakkan otot badannya yang sangat mengoda untuk disentuh.

Ia mengangkatku dan membawa menuju sofa panjang disalah satu ruangan, sambil menciumku gemas.

Membaringkanku pelan. Aku mengalungkan kedua tanganku dilehernya. Tangannya tak bisa diam. Setelah meremas bokongku, tangannya mulai bergerak kedepan. Ia memasukinya dengan jarinya tanpa melepaskan tautan bibir kami.

"Eugh, Brian.." aku mendesah. Ia menampilkan seringainya.

"Please.." ucapku dengan mata sayu.

Ia semakin mempercepat temponya. Membuatmu blingsatan. Dan meremas rambutnya tak karuan, membuatnya acak-acakan.

Bibirnya bergerak ke bawah, berhenti di perpotongan leherku dan membuat beberapa tanda disana. "Briann.." aku melenguh panjang. Aku sudah mencapai pelepasan pertamaku.

"Say my name, baby.."

Ia malah semakin mempercepat temponya di bawah sana. Aku menarik kepalanya yang sedang memainkan bukit kembarku.

"Se..karang Bri..an Crist..ian Hudson" ucapku sedikit geram.

"Yes Mrs. Hudson" ia tersenyum menyeringai.

"Well, Lexie sepertinya cuaca tadi malam cukup panas"

"Diamlah Viola, aku sedang terburu-buru" ucapku cepat.

"Jangan lupa naikkan syalmu sedikit bila tak ingin mereka terlihat" katanya sambil terkikik.

Aku mendengus. Ini semua karena Brian.

*

*

Terkesan kaku gitu ya 😅

Namanya juga pemula hehe

avataravatar