1 Ada apalagi?

Lelah, lelah rasanya. aku tahu aku harus hidup!

bukan waktunya ku mengeluhkan hal-hal sepele yg tak guna ini-batin gadis itu mendudukan dirinya di pinggir jembatan dengan kaki yg menjuntai ke bawah.

"ahhh, apakah ini adil?"keluhnya dengan tatapan menengadah ke ataa langit.

bajunya yg lusuh, rambut panjang terurai begitu saja, baju seadanya yg melekat di tubuhnya, membuatnya tampak lusuh. hari-harinya selalu seperti ini, tak ada yg perlu dia sesali. dia selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan keras yg membantunya mendapatkan uang untuk diberikan kepada ibu angkatnya.

Dia, perempuan itu adalah Veronica Bintang, gadis yang tumbuh di tengah atmosfer panti asuhan Binar Bintang. jangankan hidup mewah, dia memiliki sesosok ibu yg menyayanginya saja sudah membuatnya bahagia.

hingga kini dirinya menginjak umur ke delapan belas tahunnya, dia sadar karena keadaan panti asuhan yg ia anggap rumah berpulangnya butuh dana untuk adik-adiknya. tentu saja adik-adik angkat.

tes

tes

langit kian mendung, satu persatu hujan lolos dengan sendirinya membuat gadis itu beranjak dari duduknya.

"ahhh hujan, aku harus pulang"tegasnya bergegas pergi dari situ.

Bintang berjalan lebih cepat, tak ingin tubuhnya terkena air hujan yg dingin. dia akirnya mempercepat jalannya dengan berlari menyusuri trotoar itu. tak butuh waktu lama, Bintang sampai di depan rumah kuno dengan plang Binar Bintang di depan gerbang, membuatnya berdiri dan menatapnya sejenak.

terlintas dibenaknya, bahwa dirinya telah tinggal dirumah ini selama tiga belas tahun lamanya.

"Bintang, Masukk"teriak wanita paruh baya yg melihatnya berdiri di depan gerbang. Bintang yg mendengar teriakan itu pun langsung berlari menghampirinya.

"ibuk, makasih ya"ucap Bintang tiba-tiba.

"ada apa sih? kamu kenapa?"tanya Wanita paruh baya yg dikenal dengan nama Ibu Wina.

"gak papa Buk"jawab Bintang melepas pelukannya dan menatap Wina sendu. Bintang melihat kerutan yg mulai muncul di wajah wanita di depannya. melihat bagaimana lelahnya ia mengurus panti ini sendirian.

"ini buat ibuk"Binta menyodorkan amplop coklat ke arah Wina.

"ini apa?"tanya Wina heran.

"buat beli baju untuk adik-adik buk"jawab Bintang tersenyum.

"kamu maaih kerja di sana?"tanya Wina dengan sorot mata khawatir.

"iya buk"jawab Bintang menggangguk.

"enggak capek?"tanya Wina menatap Bintang semakin dalam.

"enggak Buk, ibuk juga capek kan?"

"ibuk susah biasa. ayok masuk badan kamu basah semua, nanti masuk angin kalau gak mandi dulu"

keduanya masuk kedalam. mereka berdua sudah seperti anak dan ibu kandung yg saling mengerti satu sama lain. tak heran jika melihat Bintang begitu menyayangi sosok yg selama ini merawatnya sampai sebesar ini. bersusah payah menyekolahkannya hingga ia duduk di bangku sma.

unuk biaya sekolah, Bintang mengerahkan otaknya agar bisa mendapat beasiswa, hingga akhirnya sekolah itu memberikan beasiswa padanya, dan membanrunya meringankan beban Ibu Wina selama ini.

tak jarang dirinya sering ikut olimpiade di sekolahnya dan uang hasil lomba itu akan ia berikan kepada ibu wina untuk adik-adiknya.

* * *

"kak bintang makasih ya baju balunya"ucap anak kecil itu menggemaskan.

"Iya sama-sama. nanti kalau Kak binta dapet uang lagi Kakak beliin kalian semua es krim"ujar Bintang membuat anak-anak kecil di sana bersorak senang.

"YEAAAAAA"

"kakak janji ya"ujar salah satu dari mereka mengacungkan jari kelingkingnya.

"iya"ucap Bintang tersenyum dan menautkan kelingkingnya.

"anak-anak ayo tidur, sudah malam"ujar Bu Wina tiba-tiba masuk keruang tengah.

"yahhh aku kan mau main sama kak Bintang"ujar gadis kecil yg setia memeluk Bintang dari samping.

"Besok ya sayang, besok bisa main lagi"ujar Bintang pelan.

"okey deh"ujar gadis kecil itu lalu menyusul teman-temannya masuk ke kamarnya.

"Bintang Ibuk mau ngomong sama kamu"ujar Wina dengan nada seriusnya.

"iya Buk"jawab binta lalu mengikuti Wina ke arah ruang tamu.

mereka duduk berhadapan dengan raut muka yg sama-sama bertanya.

"kamu fokus sekolah saja, biar ibuk yang kerja"ujar Wina tiba-tiba.

"aku gak papa, aku tetep sekolah kok. Aku kerjanya abis pulang sekolah"ujarnya.

"iya tapi, ibuk gak mau kalau kamu gak fokus dan nantinya capek ngerjain tugasnya"

"enggak buk, percaya sama aku"ujar Bintang. "sekarang ibuk istirahat ya"suruh Bintang membuat Wina pasrah. pasalnya setiap ditanya dan disuru berhenti bekerja pasti jawabannya selalu sama.

Bintang masuk kedalam kamarnya begitu melihat Wina sudah masuk juga. dia berjalan kearah meja belajarnya, lalu duduk di kursi kayu yg ada disana. membuka salah satu laci di meja belajarnya yg sudah usang itu.

diambilnya botol kecil berwarna putih san mengeluarkan isi dari dalam botol tersebut. butiran obat berwarna putih itu kini sudah pindah ke tangannya dan tangan satunya yg sudah memegang segelas air untuk membantu obat itu masuk kedalam tubuhnya.

jangan salah sangka dengan obat itu, Bintang bukan pecandu narkoba. entah sejak kapan Bintang sering merasa pusing dan sering mimisan jika lelah, maka dari itu dia haru meminum obat itu agar tidak merasakan pusing di kepalanya.

"hoaammmm"Bintang menguap, sudah malam dan tugasnya belum tersentuh. kini dirinya harus berkutat dengan tumpukan tugas di meja belajarnya. demi tahun terakhirnya di sekolah menengah atas dan ia ingin mendapat universitas terbaik di kotanya.

Bintang mulai menggerakan penanya pelan-pelan dan menyelesaikan tugasnya. jam terus berdentang, tanpa tahu kapan tugasnya akan berakhir dan ingin merebahkan tubuhnya diatas kasur kesayangannya.

"huaaaaa"Bintang menghelah nafasnya. akhirnya tugasnya selesai. ia tengok jam yg ada di ponselnya, hingga membuatnya terkejut.

jam empat pagi! kapan ia harus tidur? sudahlah sekolahnya masih tiga jam dari sekarang.

bintang perlahan berjalan ke arah kasurnya dan merebahkan dirinya diatas sana. setidaknya sebentar saja untuk melegakan punggungnya yg merindukan kasur itu.

bekum lama Bintang memejamkan matanya, tiba-tiba gedoran pintu kamarnya membuatnya harus kembali terjaga.

"sebentar"ucap Bintang beranjak dari kasurnya.

bintang membuka pintu kayu kamarnya dan menemukan gadis kecil yg selalu mengikutinya kemanapun saat dia berada dirumah.

"ada apa Alula?"tanya Bintang berjongkok untuk mensejajarkan dirinya.

"Kak ibuk Wina pingsan di sana"ujar gadis kecil itu dengan mata berkaca-kaca.

"dimana"pekik Bintang terkejut.

"sana"naka bernama Alula itu menunjuk ke arah kamar mandi yg ada dirumah itu.

Bintang segera berlari menunu kamar mandi, ingin cepat memastikan apakah Alula benar atau tidak. bagai di sambar petir, hatinya mencelos saat melihat tubuh Wina terkulai lemas di lantai kamar mandi yg dingin.

"Ibuk"pekik Bintang mencoba membangunkan Wina namun tak kunjung sadarkan diri. Bintang yg sedikit panik sempat menitihkan air matanya, namun ia harus terlihat baik-baik saja agar adiknya tidak ketakutan.

"Alula kak minta tolong kamu panggil Kak Anis ke sini"ujar Alula yg masih tersedu dibelakang Bintang.

Alula berlari kekamarnya dan memanggil Kak anis sesuai suruhan Bintang. tak lama kemudian Anis, gadis yg lebih tua dari Alula datang menghampiri Bintang.

"kenapa Kak?"

"kamu hubungi ambulan sekarang ya"ujar Bintang mambuat Anis berlari ruang tengah mencar telepon rumah yg bertengger di sana.

tak lama suara sirine ambulan menghiasi pelataean panti Binar Bintang. Bintang lalu membuka pintu depan dan segera menyuruh petugas yg datang masuk dan segera mengambil ibunya.

"pak cepat bawa ibuk saya"pekik Bintang membuat mereka segera mengangkat tubuh Wina dan segera membawanya ke dalam ambulance. sementara Bintang yg bimbang harus bagaimana, harus menemani Wina atau Adik-adiknya yg masih kecil.

"mbak tunggu dirumah saja, kasihan mereka"ujar salah satu petugas menunjuk anak-anak dibelakang sana.

"baiklah, tolong segera hubungi saya setelah ibu saya di cek oleh dokter"ujar Bintang membuat para petugas mengangguk.

mobil itu dengan cepat meninggalkan pelataran Binar Bintang, membuat mereka yg berdiri disana melambai dengan kesedihan.

"ada apalagi ya Tuhan"batin Bintang menengadah menatap langit yg mulai terang.

avataravatar
Next chapter