3 Chapter 03

Sayangnya, Merry terlalu naif sehingga terkesan mengabaikan. Baginya bisa berada dekat dengan sang billionaire adalah kesempatan langka dan kesempatan seperti itu tidak boleh dilewatkan begitu saja.

--

Merry tampak memutar bola matanya. "Uh, hadiah ... " lirihnya dengan binar - binar bahagia sembari menggigit ujung bibirnya. "Jangan bilang bahwa hadiah darimu itu berupa ... "

Ditatapnya ketampanan bak Dewa Yunani dengan tatapan penuh minat mengiringi pergerakan jemari lentik pada kerah kemeja. "Apa kau mau memberitahuku hadiah apakah itu, Tuan ku?" Nada suaranya terdengar seksi menggelitik pendengaran.

Jika saja lelaki tersebut bukanlah Darren. Sudah bisa dipastikan bahwa sang wanita akan langsung dibanting ke atas ranjang king size. Sayangnya, sang billionaire tampak jijik pada wanita tidak tahu malu tersebut.

"Oh, ayolah! Jangan diam saja, Tuan ku Qilbert. Katakan sesuatu!"

Bibir kokoh tampak menyungging senyum licik. "Satu hal yang pasti. Hadiah dariku sangat spesial, Nona."

"Katakan, hadiah apakah itu, Tuan ku. Jangan membuatku mati penasaran."

Bibir kokoh kembali mengukir senyum smirk. "Dan inilah hadiah dariku, terimalah!" Bersamaan dengan itu menyeret tubuh Merry kemudian melemparnya ke tengah – tengah lantai dansa. Bibir kokoh tampak mengulas senyum mengerikan. "Inilah hadiah yang ku janjikan itu, bitch! Nikmatilah!"

Setelahnya, ditatapnya para lelaki hidung belang. "Siapa pun di sini yang ingin mencicipi barang bekas, silahkan! Tidak perlu merogoh kocek karena barang bekas tidak layak dinilai dengan uang." Berpadukan dengan seulas senyum penuh hinaan.

"Wanita terhormat akan diperlakukan dengan penuh penghormatan dari lelaki terhormat sepertiku. Sedangkan wanita rendahan seperti mu lebih pantas dinikmati oleh para lelaki hidung belang."

Tidak terima atas perlakuan Darren telah membuat sang wanita naik pitam. Sementara itu Darren seperti tidak mendengar sehingga terkesan mengabaikan.

Para lelaki hidung belang tampak tersenyum kegirangan. Malam ini mereka bisa menikmati tubuh wanita paling seksi - Merry Qarrshicx - tanpa harus merogoh kocek.

"Uh, Nona cantik. Jangan gunakan bibir mu yang seksi ini untuk terus menerus memaki, Mr. Qilbert. Tetapi gunakanlah untuk-"

"Diam!" Bentak Merry berpadukan dengan sorot mata nyalang. Tak ayal sikap Merry yang seperti ini justru memaksa para kumbang meneteskan air liur. Terlebih bermanjakan kemolekan tubuh yang terlihat sangat menggiurkan. "Uh, Nona Merry ... tubuhnya terlihat sangat seksi dan menggiurkan. Seolah - olah mengundang untuk segera ku sentuh."

"Singkirkan tangan kotor kalian atau ku patahkan sekarang juga, hah!" Bentaknya dengan menepis kasar para tangan - tangan lapar.

"Lancang! Jangan sok bersikap jual mahal, bitch. Mr. Qilbert, pasti sudah membayar mu dengan nilai yang sangat fantastis sehingga mengijinkan kami semua yang ada di sini menikmati mu secara bergantian."

"Kurang ajar! Aku bukan piala bergilir, bodoh!" Menampar salah satu lelaki bertubuh kekar hingga lelaki tersebut terbakar ke dalam amarah. "Wanita hina seperti mu berani sekali menamparku. Rasakan ini." Melayangkan tamparan balik hingga jari - jari kekar tampak membentuk di sana.

Sementara itu, sang billionaire hanya mengamati dari kejauhan dengan bersedekap dada.

Merasa sangat terhina atas sikap para lelaki hidung belang. Merry pun tak henti - hentinya melayangkan caci maki atas kelancangan Darren yang telah merusak harkat dan juga martabatnya.

Tidak tahan dengan kata - kata memuakkan yang terus menerus meluncur dari bibir Merry telah memaksa Darren mendekat. Meskipun begitu Merry tak juga berhenti memaki.

"Dasar lelaki hina! Lelaki tidak tahu diri. Lelaki ba-" kalimatnya terjeda ketika bermanjakan langkah tegas yang semakin mendekat berselimut tatapan tajam mematikan.

Refleks, tubuh Merry pun langsung bergetar hebat hingga menopang beban tubuh sendiri pun terasa sangat berat. Perlahan tapi pasti mulai melangkah mundur berusaha untuk melarikan diri.

Sayangnya, gerakannya tertangguhkan oleh rengkuhan tangan kekar. "Kau bilang apa barusan? Aku lelaki hina?"

Entah mendapat kekuatan dari mana. Yang jelas Merry telah mendongakkan wajahnya seolah menantang sang billionaire. "Ya, kau memang lelaki hina! Lelaki tidak bermoral!" Nada suaranya terdengar tajam berpadukan dengan penekanan pada setiap kata.

"Lancang kau, bitch!" Bentaknya hingga suara bentakannya terdengar menggaung ke seluruh ruangan. Bersamaan dengan itu mencengkeraman kuat rahang sang wanita. "Masih beruntung seorang Darren Ewald Gilbert, hanya melempar mu ke tengah - tengah para lelaki hidung belang dan tidak melemparkan tubuh mu yang molek ini ke jalanan."

"Dasar lelaki tidak tahu diri. Aku bukan barang obralan yang bisa kau lempar dengan sesuka hati mu!" Bersamaan dengan itu langsung menendang dengan sangat keras. Sialnya, tendangannya pun mengenai kekokohan bak Menara Eiffel sehingga membuat sang pemilik merintih kesakitan sembari memegangi miliknya yang terasa akan meledak.

Kini, habis sudah kesabaran yang coba Darren pendam sedari tadi. Darahnya semakin mendidih, rahang tegas mengeras, sorot mata berubah nyalang, kedua tangan mengepal erat diiringi dengan suara gemelatuk gigi. Sebuah pertanda bahwa sang billionaire berada pada puncak emosi.

Rasa frustasi dan juga sakit hati akan pesakitan yang telah Calista lemparkan padanya telah dia lampiaskan kepada wanita naas tersebut.

"Seret dia!" Satu perintah mutlak meluncur dari bibirnya.

Tanpa adanya bantahan tubuh Merry diseret keluar dari area club kemudian dilemparkan ke jalanan. "Jika ada yang tertarik menikmati barang bekas. Nikmati saja!" Ucap para bodyguard beriringan dengan langkah kaki meninggalkan sang wanita yang menjerit histeris karena diperlakukan dengan sangat hina.

Dan inilah akibat dari kelancangannya karena telah berani mendekati sang billionaire. "Seharusnya Anda tidak mencari masalah dengan, Mr. Qilbert." Ucap sang security sembari mengulurkan sebelah tangan. "Mari saya bantu berdiri, Nona Merry."

Sialnya, Merry terlalu angkuh sehingga yang diterima oleh sang security adalah tatapan penuh hinaan. "Singkirkan tangan kotor mu itu! Kecoak seperti mu tidak layak menyentuh kulitku yang putih mulus."

"Sangat pantas jika Mr. Qilbert memperlakukan Anda dengan sangat tidak hormat. Anda memang tidak pantas untuk dihormati, Nona Merry."

"Kau!" Geramnya.

Tidak mau meladeni kegilaan Merry. Sang security langsung melenggang dari sana beriringan dengan umpatan - umpatan kesal. "Dasar gila!"

Sementara itu Merry tampak menggeram. "Darren Ewald Gilbert, awas saja kau. Perlakuan mu malam ini akan kau bayar dengan sangat mahal. Aku, Merry Qarrshicx tidak menerima yang namanya kekalahan, penolakan, apalagi penghinaan." Geramnya dengan kedua tangan mengepal erat hingga darah segar tampak merembas melalui sela - sela jari akibat tertancap kuku sendiri.

Dia terlihat menghapus kasar air matanya beriringan dengan langkah lebar menuju taxi yang akan mengantarkannya meninggalkan kawasan Barnard Club.

Malam ini Merry memutuskan absen kerja atas kondisinya yang mengenaskan. Tidak hanya riasan yang rusak, akan tetapi hatinya tercabik - cabik akan perlakuan sang billionaire.

Tak pernah Merry sangka sebelumnya bahwa malam ini akan menjadi malam paling tragis di dalam hidupnya.

Seharusnya wanita malam sepertinya sudah kebal dengan penghiaan dan juga perlakuan tak layak, akan tetapi sebagai wanita tercantik di Barnard Club sudah seharusnya seorang Merry Qarrshicx diperlakukan layaknya princess.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

avataravatar
Next chapter