18 Bagian XVII (Suka?)

Beberapa waktu setelah Nasir yang dikabarkan ikut bermain peran bersama pada sebuah film, dunia entertainment rupanya mulai membicarakannya. Dia yang mulanya hanya bermain peran kecil-kecilan, sekarang menjadi lebih ketara di hadapan media. Banyak dari kalangan penggemar mulai mengklaim Nasir sebagai idolanya pula. Pun cuplikan-cuplikan cerita yang muali beredar membuat mereka yakin akan kemampuan Nasir sebagai aktor. Meski dia memerankan peran antagonis, tetapi pembawaannya tak kalah menarik dari apa yang Legra mainkan sebagai tokoh utama bersama Daneen.

Semua orang akan menyangka bahwa project film ini akan menjadi laris karena adanya sosok Legra bersama Daneen sebagai bintang pemerannya karena nama mereka yang sedang ngetop, pun permainannya yang tak dapat diragukan lagi. Tetapi jika Nasir, mereka tak begitu yakin, bahkan sang sutradara yang dulunya Legra bujuk pun demikian. Sebab dengan melihat pengalamana Nasir yang tak begitu tinggi saja sudah tertolak. Dan Legra tetap saja membujuk.

Namun, siapa sangka jika Nasir akan begitu jitu membawakan peran yang bahkan kemampuannya hampir setara dengan Legra. Mereka bisa saling mendominasi satu sama lain dalam satu waktu yang digunakan. Hingga pada akhirnya project film ini menguar keluar, membuat mereka penasaran ingin segera melihat apa-apa yang ada dalam film satu ini. Sayangnya, pekerjaan itu belum selesai hingga membuat mereka menanti-nanti rasa penasaran yang tertanam segera mati dan dengan mudah mereka cabut.

"Cut! Bagus, bagus." Semua orang bertepuk tangan tanda selesainya adegan terakhir untuk hari ini.

"Terima semuanya. Kita cukupkan pekerjaan kita untuk hari ini. Tetap semangat dan selalu memperbaiki hari dengan yang terbaik." Begitulah kata bapak sutradara setelah mereka semua menyelesaikan pekerjaan mereka untuk hari ini. Begitu pula anggota kru segera membereskan alat-alat yang tadi digunakan.

Sang sutradara segera berjalan menghampiri Legra, Nasir, juga Daneen yang berdiri tak jauh darinya. "Legra, Nasir, Daneen kalian sudah luar biasa untuk hari ini. Jangan lupa untuk persiapan keberangkatan kalian ke Singapura hari lusa. Itu adalah syuting terakhir kita. Jaga kesehatan kalian baik-baik."

"Bapak bisa aja nih, pak sutradara. Bapak lebih luar biasa dari kami atas apa yang sudah bapak beri. Kami akan berusaha tidak akan mengecewakan." Mereka tersenyum. Lega sebab film ini akan segera di selesaikan tanpa ditunda-tunda. Juga senang karena mendapatkan pujian oleh sutradara mereka.

"Terima kasih karena bapak mau memberikan saya kesempatan dalam bermain di karya film ini," Nasir berkata seakan dia melanjutkan ucapan Legra sekaligus untuk dirinya sendiri. Dilanjutkan dengan Legra dan Daneen yang ikut-ikutan berterima kasih pun berjabat tangan seolah sehabis mendapatkan kontrak kerja sama.

"Sudah-sudah, pulang dan istirahatlah. Kalian perlu energi untuk hari kemudian." Bapak sutradara ini sudah seperti ayah dalam keluarga. Sebab sikapnya yang selalu mengutamakan istirahat pekerja lain dibanding dirinya sendiri. Meski sudah berumur, tetapi jiwanya masih seperti anak muda.

Berita tentang karya film yang diperankan oleh Legra, Daneen, dan Nasir akan menjadi film terlaris di era ini pun sudah Ara dan Astri dengar. Tentu saja hal tersebut berawal dari Astri yang selalu tau akan hal-hal yang sedang populer. Astri yang selalu menghampiri Ara membawakan cerita-cerita yang telah ia dapatkan. Katanya dia dapat dari teman-temannya juga ponsel kesayangan. Mungkin hanya Ara yang terlalu katrok, dia akan memegang ponsel ketika ada yang diperlukan atau memerlukan.

Mereka berbincang-bincang di dalam kos-kosan Ara di temani camilan yang Ara beli sepulang bekerja sore tadi. Banyak yang mereka perbincangan setiap harinya mulai dari hal yang umum sampai ke hal yang bersifat pribadi. Ara pun percaya pada Astri, dia adalah orang yang Ara percaya selain Legra saat ini.

Sampai pada waktunya perbincangan di antara mereka berubah topik ke arah Legra dan Nasir. "Ara, Nasir sekarang udah mulai populer ya sekarang. Dunia kamu sudah dikelilingi artis-artis terkenal."

"Kenapa gitu?"

"Karena udah ada Legra yang dari dulu jadi teman kamu, sekarang ditambah Nasir pula yang gabung."

"Enggak, Astri. Aku baru kemarin ketemu sama kak Nasir waktu sama kamu."

"Masak, sih? Beneran?" tanya Astri tak percaya, Ara pun hanya mengangguk polos. "Ra, kamu benar nggak suka sama Legra? Dulu waktu aku tanya kamu cemburu atau enggak sama Daneen kamu bilangnya enggak. Kamu juga ngehindar dari Legra sesuai apa yang aku sarankan. Tapi kenapa sekarang berteman lagi? Kamu nggak takut dikalahkan sama penggemarnya Legra?"

"Iya Astri, nggak ada salahnya bertemankan? Lagian aku juga nggak ada teman selain kamu. Legra tulus mau berteman sama aku, jadi apa salahnya berteman, nggak akan merugikan aku juga selagi aku bertindak wajar." Jawaban Ara sungguh ambigu antara dia suka atau tidak dengan Legra. Lagi pula siapa yang bisa menebak jatuhnya perasaan tetapi Astri mempertanyakannya.

"Jadi kamu suka sama siapa? Jawab dong, kamu belum pernah cerita tentang itu denganku," pinta Astri. Tangannya mengguncang-guncang lengan Ara meminta jawaban. "Jangan suka sama Legra, ya? Seperti yang aku bilang sepulang dari berkumpul dengan Legra dan Nasir waktu itu. Mungkin Aku suka dengan Legra. Tapi aku belum tau. Tapi kamu jangan suka dulu sebelum aku memastikan, ya?"

Sungguh Ara tak dapat menjawab apa pun. Dia juga tidak tau apakah dia menyukai Legra atau tidak. Jika iya, sama saja dia tidak tau diri. Sudah untung Legra mau berteman dengan Ara dan Ara malah menyukainya. Jika jawabannya tidak pun, Ara tidak tau apa yang sedang dia rasakan sekarang ini. Sebab tak tau harus menjawab dengan kata apa, Ara hanya mengangguk akan permintaan Astri.

Tidak banyak yang mereka bicarakan seputar itu. Astri yang katanya lelah ingin kembali ke dalam kamar untuk beristirahat.

"Capek, nih, Ra. Aku mau tidur dulu aja, ya. Udah malam juga."

"Jangan lupa cuci tangan, cuci kaki, terus berdoa sebelum tidur."

"Iya, Ara. Makasih udah diingatkan. Aku suka lupa kalau dalam hal ini. Dah, ya. Aku mau tidur."

Selepas kepergian Astri dari kamarnya, Ara jadi memikirkan apa yang dikatakan oleh Astri sebelumnya. Sebenarnya Ara menyukai Legra atau tidak? Bukan hanya tidak tau diri jika jawabannya iya. Ara merasa bahwa ia dan Legra tidaklah sebanding jika dilihat dari penampilan saja, pun latar belakang mereka yang sangat mendukung mereka untuk tidak bersatu. Kalau pun sama, akan timbul pertanyaan juga apakah Legra juga menyukai Ara? Melihat kondisi sekarang ia yakin jawaban yang akan didapat adalah tidak. Mana mungkin seorang Allegra Arizki menyukai perempuan sebangsa Ara.

Ah, sudahlah memikirkan itu semua tidak akan pernah habis jika tidak disangkal. Lebih baik ia menyerah sebelum kedapatan dirinya menyukai Legra. Mungkin juga lebih baik ia tidur setelah melakukan hal yang dia ingatkan pada Astri.

Belum sempat ia beranjak naik ke atas tempat tidur, ponselnya berbunyi menampilkan notifikasi pesan masuk. Rupanya itu dari Legra.

Ara: Aku belum tidur, Gra. Mau kasih tau tentang apa?

Legra: Besok aja lah, Ra. Nggak jadi sekarang, lebih baik kamu tidur, udah malam. Kita ketemu aja di kantin kantor tempatmu bekerja.

Ara tidak membalas, ia hanya membaca isi pesan kemudian mematikan ponselnya dan meletakkan di atas nakas. Tak mau pula berpikir lebih, ia segera memejamkan matanya segera tidur.

avataravatar
Next chapter