7 RASA SAKIT HATI JOHAN

"Aku mau kamu berbagi waktu, dalam satu minggu kamu bisa memilih di mana hari kamu tinggal di sini dan hari di mana kamu pulang ke rumah, khusus hari Minggu kamu harus di sini siapa tahu Chelo membutuhkan kamu." ucap Bara dengan suara berat.

Dealova menatap Bara dengan bibir setengah terbuka, tidak tahu harus menjawab apa yang jelas Dealova harus membicarakannya dulu dengan Johan sebagai Bos besarnya.

"Saya tidak bisa menjawab sekarang Tuan, aku harus bicara dulu dengan Nenek saya, kalau Nenek saya tidak membolehkan terpaksa saya tidak bisa tinggal di sini?" ucap Dealova mencari alasan atas nama Nenek, walau sebenarnya masalahnya adalah Johan.

Bara diam mendengar jawaban Dealova dengan alasan Neneknya.

"Baiklah kalau Nenek alasannya, Nenek kamu bisa tinggal di sini, di sini banyak kamar kamu tinggal pilih yang mana." ucap Bara yang membuat Dealova mati kutu.

"Tidak bisa Tuan, dari dulu Nenek saya itu tidak mau tinggal di mana-mana kecuali rumah yang sekarang saya tempati, sebaiknya saya pulang dulu sekarang untuk membicarakan hal ini dengan Nenek saya." ucap Deloava yang berputar-putar mencari alasan yang tepat.

Dengan terpaksa Bara memberi waktu untuk Dealova, agar membicarakannya dengan Neneknya.

"Baiklah aku beri kamu sampai besok pagi untuk memberikan jawaban, sekarang kamu bisa pulang dan minta antar sama pak saleh." ucap Bara dengan sorot mata dingin.

"Masa bodoh, persetan dengan tatapannya yang dingin, aku tidak perduli." ucap Dealova dalam hati, kemudian berjalan keluar dari ruang kerja Bara.

Setelah Dealova pergi, Bara termenung dan bersandar di kursinya.

"Gina, kenapa kamu tega pada anak kita? di mana hatimu Gina? andai saja aku tidak mengingat anak kita, mungkin sudah lama aku menceraikanmu." gumam Bara dengan hati yang sedih memikirkan pernikahannya yang tidak bahagia.

***

Sampai di rumah, Dealova mencari keberadaan Johan, namun kemana-mana Dealova tidak menemukannya, sampai pada saat ada pesan masuk dari Giant sahabat Johan yang memberitahunya kalau Johan mabuk berat di Night Club nya sendiri.

"Ada apa Johan minum di sana? bukannya night club hari Minggu libur?" tanya Dealova dalam hati.

Bergegas Dealova pergi naik motor ke night club TOP TEEN milik Johan yang mulai di rintisnya sejak bertemu dengan dirinya.

Sampai di Night Club, Giant sudah menunggu kedatangannya.

"Masuk saja Love, Johan ada di kamar pribadinya." ucap Giant seorang kaki tangan sekaligus sahabat Johan yang tubuhnya tinggi dan besar.

"Terimakasih Giant." ucap Dealova naik keatas tangga dan berjalan pelan kamar paling ujung kamar khusus milik Frans Johan pemilik Night Club TOP TEN.

Tanpa suara Dealova membuka pintu kamar Johan dan menemukan Johan yang duduk di kursi dengan membawa sebotol minuman yang beralkohol tinggi.

Dealova melirik beberapa botol kosong yang berserakan di atas meja. Dengan menahan nafas Dealova mengambil botol-botol yang kosong dan di buangnya ke tong sampah.

Setelah di rasa tidak ada lagi botol lagi yang tertinggal, Dealova menghampiri Johan yang tak menyadari kehadirannya.

"Johan kita pindah ke kamar ya?" ucap Dealova seraya mengambil botol minuman yang ada di tangan Johan, namun tangan Johan menepis kasar tangan Dealova.

"Biarkan aku di sini Love, kamu pulanglah." ucap Johan menegak minumannya kembali.

"Jo, sudah ya...kamu sudah mabuk berat." ucap Dealova kembali mencoba mengambil botol itu.

"Biarkan aku mabuk Love, agar aku bisa melupakan rasa sakit ini." ucap Johan dengan suara yang tidak jelas.

Dealova menatap wajah Johan yang terlihat sedih seperti orang yang patah hati.

"Jo, ada apa denganmu? cerita padaku?" tanya Dealova menarik punggung Johan dan memeluk Johan dengan perasaan iba.

Dalam pelukan hangat Dealova, Johan semakin menenggelamkan kepalanya dalam dada Dealova.

"Aku tidak bisa mengatakannya padamu Love." ucap Johan yang tidak sanggup jika perasaannya yang sesungguhnya akan di tolak oleh Dealova, karena Johan sadar karena perbuatannya Dealova akhirnya menjalani pekerjaan yang tidak benar. Dan itu selalu meghantui hari-hari Johan.

"Sejak kapan kita ada rahasia Jo?" tanya Dealova mengusap lembut rambut Johan.

"Sejak kamu selalu pergi tanpa bilang apa-apa padaku, apa yang kamu lakukan di luar Love?" tanya Johan sambil kembali menegak minumannya dengan hati yang terasa sakit.

"Aku tadi benar-benar ada urusan penting dan itu juga karena pekerjaan kita Jo?" ucap Dealova yang selalu terbuka pada Johan.

Johan tertawa sinis di ikuti suara cegukan keras, kemudian Johan menegak lagi minumannya bahkan sekarang benar-benar sampai habis tak tersisa.

Cegukan keras Johan yang berulang-ulang membuat dada Johan terasa semakin sakit. Sambil memegang dadanya yang terasa panas, Johan mengambil lagi sebotol minuman yang tersimpan dalam almari kecilnya.

Dealova melirik botol minuman yang di ambil Johan kali ini adalah minuman yang sangat mematikan jika terlalu banyak meminumnya, dan Dealova tidak ingin itu terjadi.

"Johan!! sudah Johan jangan sampai habis kesabaranku." ucap Dealova kembali meraih botol kecil yang di bawa Johan sambil mendekap tubuh Johan yang berdiri sempoyongan.

"Biarkan saja Love, biarkan aku hilang dari kehidupanmu agar hilang semua penyesalan ini." ucap Johan membuka tutup botol dengan mata yang memerah dan berair.

Sambil mendekap tubuh Johan yang sudah tidak bisa berdiri tegak Dealova menggiringnya ke dalam kamar, sambil meraih botol kosong Johan yang terakhir.

"Kamu bawa ke mana aku Love? lepaskan aku Love." ucap Johan mencoba berontak dari dekapan Dealova dan hendak meminum kembali botol minumannya yang sangat bisa membunuhnya jika minum terlalu banyak.

Saat Johan hendak minum botol minuman itu Johan merasakan sesuatu benda yang mengenai kepalanya.

"PRANG"

Johan merasakan kepalanya berputar sebentar kemudian tiba-tiba semua terasa menjadi gelap gulita. Johan pingsan dalam dekapan Dealova yang sudah memukul kepalanya dengan botol minuman kosong.

Karena posisinya berdirinya berada di samping ranjang, memudahkan Deloava untuk membaringkan tubuh Johan ke ranjang.

Setelah tubuh Johan terbaring di atas ranjang, Dealova melihat kondisi kepala Johan.

"Syukurlah tidak apa-apa Jo, maafkan aku terpaksa aku melakukannya, aku tidak ingin kamu mati sia-sia Jo." ucapan Dealova sambil melepas baju atasan johan yang basah juga sepatunya.

Selesai mengganti pakaian Johan dengan kaos katun, Dealova pergi ke dapur untuk membuat juice apel tiap kali jika Johan mabuk.

Dealova kembali masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas juice dan di letakkannya di atas meja. Kemudian Dealova mengambil sapu dan membersihkan pecahan botol yang berserakan.

Setelah selesai semuanya Dealova tinggal menjaga Johan yang masih pingsan. Di lihatnya wajah sedih Johan yang masih belum hilang.

"Ada apa dengan Jo? apa yang kamu rasakan? kamu tahu! aku lebih senang dengan Johan yang dulu yang bertemperamen keras dan tidak punya hati, sekarang kemana semua itu Jo? kenapa sekarang kamu begitu baik dan perhatian padaku, bahkan selalu mengalah padaku, apa yang terjadi padamu?" gumam Dealova menatap dalam wajah Johan yang sebenarnya sangat tampan, jika Dealova mau mengamatinya. Namun sayangnya Dealova tidak ada waktu lagi, selain hanya menyenangkan hati Johan dengan memanjakannya bermain di atas ranjang.

avataravatar
Next chapter