2 1 Telah Pergi

"Dua setengah tahun sudah berlalu, aku tidak lagi mendengar kabarnya. Hari ini aku tekad memberanikan diri untuk menemuinya kembali. Ya, aku tahu akan ada risikonya. Entah itu apa? Setidaknya aku ingin meminta maaf. Aku sadar, setelah dia menghilang dari hidupku. Aku dihantui rasa bersalah hingga menjadi rasa cinta," lirih Dareen berdiri mematung di depan rumah seorang gadis yang hampir dilamarnya dahulu. Fina.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Assalamu'alaikum." Salam Dareen usai mengetuk pintu.

Dareen. Lelaki berusia dua puluh tahun ke atas dengan perawakan gagah mengenakan kemeja panjang. Ditambah dengan corak kotak-kotak. Ia terlihat gugup sembari menunggu penghuni rumah. Sejenak ia memainkan gawai supaya dapat menepis rasa gugupnya.

Tak lama kemudian, penghuni rumah itu membuka pintu. Dareen yang berparas rupawan itu tercengang dan heran melihat empunya rumah. Karena penghuni rumah dihadapannya saat, orang yang berbeda. Seorang pria separuh baya mengenakan kaos oblong putih. Tubuhnya gempal. Rambutnya sudah memutih. Dan raut wajah juga tampak berkerut karena dimakan usia.

"Wa'alaikumsalam, cari siapa ya, Mas?" tanya seorang penghuni rumah.

"Maaf, Pak, pemilik rumah ini ada?" Dareen berbalik tanya dengan sopan.

"Iya, saya sendiri pemiliknya," jawab seorang penghuni rumah.

Dareen semakin dibuat bingung oleh sang empunya rumah itu. Sesekali ia menggaruk tengkuknya. "Bapak sendiri? Maaf, bukannya pemilik rumah ini Pak Aan, ya?"

"Oh, Pak Aan, to," sela beliau kemudian berdehem sejenak. "Pak Aan satu setengah tahun yang lalu sudah pindah ke Jakarta gitu, Mas."

"Kalau boleh tahu pindah Jakarta mana, ya? Lalu apakah Bapak ini tahu nomor telepon Pak Aan?" Dareen berkesempatan untuk memborong pertanyaan.

"Wah, saya kurang tahu, ya, Mas. Pokoknya Pak Aan mau pindah ke Jakarta bersama istri dan anak gadisnya. Dan sepertinya nomor teleponnya sudah tidak aktif lagi, Mas," jelasnya secara gamblang.

"Astaghfirullah," geram Dareen seraya meremas rambutnya hingga acak-acakan dan ia berbalik badan, "jadi, Fina bersungguh-sungguh supaya aku tidak mencarinya lagi?"

"Bagaimana Mas?" tanya penghuni rumah.

"Oh, tidak ada apa-apa, Pak. Terima kasih. Saya pamit, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

***

Dareen terkulai lemas. Ia berjalan seperti tidak ada semangat hidup. Harapannya bertemu Fina dan keluarganya telah sirna. Pulang-pulang hanya berbuah tangan kosong. Ia menarik napas panjang kemudian mengembuskannya dengan kasar. Pemuda berwajah oriental ini mendongakkan kepala menatap langit-langit. Berharap semua akan berbuah manis. Namun pahit dan pilu yang didapat hari ini. Pandangannya nanar sembari dirinya masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan tubuhnya di bangku mobil.

Dareen menapak tilas. Kejadian satu hari sebelum pernikahannya dengan gadis yang dijodohkan oleh orangtuanya menjadi batal. Peristiwa itu sudah dua tahun yang lalu.

Rani, nama gadis yang dijodohkan oleh orangtuanya memilih menolak perjodohan dengan Dareen. Rani justru bersikukuh menikah dengan calon suami pilihannya. Tatkala itu Dareen dan Rani berbicara empat mata di sebuah taman depan rumah Rani. Tepatnya di pertengahan Kota Surabaya.

Dareen dan Rani berdiri ditepi kolam ikan sembari menatap ikan-ikan yang berenang ke sana ke mari. Rani, gadis berwajah manis dan sawo matang dengan aura tomboinya. Dari ujung kepala hingga kaki terbalut hijab segitiga, blouse panjang lengkap dengan celana kulot.

"Pernikahan kita dibatalkan saja. Aku sudah katakan kepada orangtuaku. Aku lebih mencintai Attar, seorang laki-laki yang mencintaiku juga. Kamu kembali saja pada Fina," kata Rani bertatapan dengan Dareen. Kedua tangannya menghimpit membentuk silang.

"Ta-tapi? Enggak apa-apa nih?" tanya Dareen gugup merasa tidak enak pada Rani.

"Hahaha kalau sudah ditangani oleh Rani ..." Sejenak Rani menjeda percakapannya supaya memetikkan jemarinya, "ctak! Semua beres! Kamu tidak perlu bersikap tidak enak padaku. Aku tahu jika pernikahan juga di dasari rasa cinta."

"Terima kasih loh, Ran," ujar Dareen semringah.

"Iya, sama-sama. Gih, sana kejar Fina! Katamu semenjak Fina tiada kabar lagi. Kamu merasa bersalah hingga jadi merindukannya."

"Iya, benar. Aku akan berusaha memperbaiki silahturahim lagi. Walaupun aku tahu akan ada risikonya," timpal Dareen.

"Semangat! Kejar dengan cara yang baik ya, Reen! Pasti bisa!"

"InsyaAllah, siap!"

Dareen meninggalkan Rani sendiri di sana. Ia berlari penuh semangat. Dareen tampak bahagia sekali saat Rani membatalkan rencana pernikahan. Kini ia merasa terbebas dari perjodohan yang tidak diinginkannya itu. Ia jadi bisa bernapas lega.

Dengan begitu, ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga Fina. Dibenaknya, ia optimis ada harapan keluarga Fina dapat memaafkan dirinya. Terutama gadis pujaannya bernama Fina. Hati Dareen baru sadar ternyata cinta datang terlambat setelah tiada lagi kabar dari Fina.

***

Triing ...

Dering gawai Dareen berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Sontak Dareen tersadar dari lamunannya. Ia beranjak dari rebahnya. Kemudian jemarinya sigap memainkan gawai. Ditekannya notifikasi pesan masuk melalui WhatsApp itu. Ternyata ada pesan masuk melalui WhatsApp dari Ayahnya. Raihan.

[Besok ada acara pernikahan anak teman Ayah di Jakarta. Kamu cepat pulang ke Surabaya atau mau langsung berangkat ke Jakarta?]

Melihat pesan dari Ayahnya, mata Dareen jadi terbelalak. Ia bangkit dari kegundahan hatinya. Matanya yang sedari tadi sayu. Kini menjadi berbinar bagai melihat kilauan emas.

Rasa rindu yang dipendamnya, sedikit terobati saat melihat kalimat Jakarta di dalam pesan Ayahnya. Dengan cekatan, Dareen memainkan jemarinya untuk mengetik pesan. Secepat mungkin ia membalas pesan dari Ayahnya. Hatinya girang bak anak kecil yang mendapat mainan baru.

[Jakarta? Serius nih, Yah? Oke, Dareen segera terbang ke Jakarta sekarang. Maksudnya langsung pesan tiket pesawat dari sini.]

Tanpa berpikir panjang lagi. Ia langsung menancapkan gas kemudinya. Mobil yang dikendarai terus menelusuri jalan. Sebelum menuju bandara Adisutjipto Yogyakarta. Dareen terlebih dahulu mengembalikan mobil sewaan itu ke tempat persewaan mobil.

Selama di dalam mobil, Dareen menyempatkan diri memainkan gawainya. Jemarinya berselancar pada sebuah aplikasi Ayocar untuk memesan jasa antar online dengan mobil. Supaya bisa menjemput dirinya dari persewaan mobil hingga mengantarkannya menuju bandara.

Setelah itu, jemari Dareen memesan tiket pesawat melalui aplikasi Ayo traveling yang masih ada hari itu juga. Kali ini Dareen tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ia tetap optimis. Masih ada harapan, semoga Allah mempertemukan dirinya dan Fina saat di Jakarta sana.

"Walaupun kamu pernah bilang jangan cari aku lagi!. Itu tidak akan mengubahku untuk menyerah. Justru aku akan mencarimu kemanapun kamu berada. Aku akan perbaiki semuanya dari awal. Akan aku cari cinta yang telah pergi ini yaitu kamu. Amanda Fina." Dareen bergumam penuh semangat. Kemudian Dareen kian meningkatkan kecepatan kemudi mobil.

avataravatar