1 1

Suara merdu kedua anak itu menggema di ruang musik yang berada di lantai 2 sebuah panti asuhan.

Persahabatan bagai kepompong

Mengubah ulat menjadi kupu-kupu

Persahabatan bagai kepompong

Hal yang tak mudah berubah jadi indah

Persahabatan bagai kepompong

Maklumi teman hadapi perbedaan

Persahabatan bagai kepompong

Ke...pom...ponggggg

Na...na...na....na

Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan riuh menggema di ruangan itu saat lagu Kepompong selesai di nyanyikan oleh kedua anak tersebut.

" Bagus, Alyaaaaa! Freyaaaaa!" teriak teman-teman mereka. Mereka berdua baru saja melakukan rutinitas seminggu 3 kali yaitu belajar bermain musik bersama beberapa anak panti dengan diajarkan oleh guru musik mereka. Setelah satu jam lamanya mereka belajar, akhirnya mereka meninggalkan ruangan itu karena waktunya telah selesai.

" Pak Budi!" panggil seorang gadis pada guru musiknya.

" Ya, Alya?" jawab Budi.

" Apa kami ada kemajuan?" tanya Alya pada Budi yang sedang membereskan buku dan alat-alatnya.

" Tentu saja! Kalian sangat kompak bersama! Bapak yakin jika kalian terus seperti ini, maka kalian akan bisa menjadi duo musisi dan penyanyi yang hebat!" tutur Budi memberikan penilaian juga semangat pada mereka berdua.

" Serius, Pak?" tanya Alya degan wajah yang berbinar.

" Tentu saja!" jawab Budi.

" Horeeeee! Kita pasti akan terkenal, Pak! Kita pasti akan bisa terkenal!" teriak Alya sambil berjoget-joget bersama dengan teman duetnya yang ditariknya untuk ikutan berjoget dengannya.

Mereka keluar dari ruangan musik dan turun ke lantai satu untuk pergi makan siang bersama-sama dengan semua anggota panti asuhan.

" Fre!" panggil Alya setelah mereka makan siang dan masuk ke dalam kamar untuk tidur siang.

" Hmm?" sahut Freya.

" Sudah selesai Pr nya?" tanya Alya.

" Sudah! Itu di atas meja!" jawab Freya. Alya berjalan mendekati meja yang ada di kamar mereka.

" Wow! Lo memang jagonya!" kata Alya melihat isi buku yang ada di meja. Freya hanya tersenyum melihat sahabatnya.

" Al!" panggil Freya

" Ya?" jawab Alya.

" Besok adalah hari yang selalu kita benci! Apa lagi yang akan kita lakukan?" tanya Freya.

" Eh, apa sudah tiba menjaring ikan?" tanya Alya. Freya menganggukkan kepalanya dengan wajah sedihnya.

" Entar, deh dipikirin! Gue ngantuk!" kata Alya santai lalu dia naik ke ranjang bagian atas karena ranjangnya memang bersusun dua. Dia berbaring diatasnya sambil melihat ke langit-langit.

" Al!" panggil Freya lagi.

" Hmm?" sahut Alya yang memejamkan kedua matanya.

" Jika kita berpisah, lo nggak akan lupa 'kan sama gue?" tanya Freya tiba-tiba.

" Lo ngomong apa'sih? Gue nggak akan kemana-mana! Kita akan selalu bersama selamanya!" jawab Alya sambil melongok ke bawah lalu kembali berbaring memejamkan matanya.

" Janji?" tanya Freya lagi.

" Iya!" sahut Alya.

Alya dan Freya adalah dua anak perempuan yang berusia sama, merekapun datang pada hari yang sama di panti asuhan itu, hanya saja beda waktu beberapa jam saja. Mereka tumbuh bersama sejak itu dan selalu bersama-sama dalam melakukan apapun juga, seperti anak kembar tapi tak sekandung dan tak serupa. Alya adalah anak yang cuek, ceria dan pemberani, dia selalu maju membela Freya jika sahabatnya itu dalam kesulitan. Dia sebenarnya adalah anak yang periang tapi juga pemarah. Sedangkan Freya adalah gadis pendiam dan penakut, tapi dia akan merasa kuat dan berani jika ada Alya di dekatnya. Dia adalah gadis yang sangat pandai dan cerdas dalam segala hal. Mereka berdua saling melengkapi satu sama lain. Kedua anak yang berusia 9 tahun itu selalu saja bisa mengatasi segala macam kesulitan saat bersama-sama.

Keesokan harinya, semua anak telah berdiri berjajar di ruang aula panti. Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi panti, karena hari ini akan ada orang tua angkat yang akan mengadopsi dan membawa anak-anak panti pergi sebagai anak angkat mereka. Juga adalah hari dimana para donatur panti akan memberikan sumbangan yang sangat dibutuhkan bagi panti asuhan tersebut.

Panti asuhan Kasih Bunda adalah panti asuhan yang tidak seberapa besar dan terletak di pinggiran kota. Tapi Panti asuhan ini sangat bersih dan cukup nyaman bagi para penghuninya. Panti asuhan ini adalah milik seorang wanita yang bernama Jelita Alister, seorang wanita keturunan Inggris yang menikah dengan pria Indinesia. Suaminya meninggal saat mereka telah menikah selama 10 tahun dan mereka belum dikaruniai seorang anak. Suaminya sangat mencintai anak-anak dan mereka sempat membantu menjadi orang tua asuh beberapa anak tetangga mereka. Oleh karena itu dia dan almarhum suaminya mendirikan Panti Asuhan ini agar anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya memiliki tempat untuk berteduh dan tempat tinggal. Kini wanita itu telah berusia 50 tahun dan hidup bahagia dengan anak-anak yang tidak pernah dimilikinya.

" Selamat Pagi anak-anak!" sapa Rina, asisten Jelita.

" Selamat Pagi, Bu!" jawab mereka serentak. Ada kira-kira 50 anak yang tinggal di Panti Kasih Bunda itu. Mereka rata-rata berusia 0 hingga 10 tahun, hanya beberapa yang berusia di atas itu.

" Seperti biasa, pada hari ini kita akan kedatangan tamu dan Ibu harap kalian bersikap sopan dan baik!" kata Rina.

" Baik, Bu!" jawab mereka serempak.

" Alya! Jangan berbuat sesuatu yang merugikan Panti! Kasihan Ibu Jelita!" kata Rina memperingatkan Alya.

" Iya, Bu!" jawab Alya kesal.

" Al!" panggil Freya.

" Ya?" sahut Alya.

" Apa rencana kita?" bisik Freya.

" Tenang saja! Nanti kamu akan tahu!" jawab Alya.

Tidak lama kemudian masuk beberapa pasangan suami istri yang terlihat seperti orang berada. Mereka berbincang-bincang sebentar dengan Ibu Jelita dan langsung melihat-lihat beberapa dokumen yang berisi tentang biodata anak-anak panti asuhan. Setelah melihat biodata anak-anak, mereka lalu melihat mereka satu-persatu. Sudah ada beberapa anak yang di bawa para orang tua angkat itu, tapi Alya belum juga berbuat sesuatu dan itu membuat Freya jadi gelisah, karena sekarang tiba giliran anak-anak usia 9 tahun keatas yang di lihat.

" Kamu Alya?" tanya seorang wanita muda yang cantik yang tiba-tiba mendekati Alya.

" Iya!" jawab Alya cuek.

" Akhirnya aku menemukanmu, nak!" ucap wanita itu memeluk Alya dengan erat.

" Eh, jangan main peluk-peluk aja!" kata Alya kesal.

" Kami sudah lama mencarimu, nak! Namamu sebenarnya adalah Kanaya Raharja, kamu adalah putri kakakku yang hilang beberapa tahun yang lalu!" ucap wanita itu. Freya yang mendengar hal itu langsung berlari meninggalkan Alya. Alya yang melihatnya, langsung mengejar sahabatnya itu. Alya tahu jika sahabatnya itu pasti kecewa dengan kenyataan ini. Alya yang tahu dimana sahabatnya itu akan bersembunyi, segera berlari menuju ke dekat danau kecil di tengah hutan kecil yang berada di dekat panti.

" Fre!" panggil Alya.

" Kamu akan meninggalkan aku disini'kan?!" kata Freya ditengah isaka tangisnya.

" Aku tidak akan pergi!" kata Alya memeluk sahabatnya.

" Tapi dia adalah keluarga lo, Al!" kata Freya terisak.

" Gue udah janji'kan semalam!" kata Alya melepaskan pelukannya dan menatap sahabatnya itu.

" Tapi..."

" Kita akan selalu bersama-sama!" kata Alya mengusap pipi sahabatnya itu.

" Benarkah?" tanya Freya dengan mata berbinar.

" Tentu saja! Sesuai janji kita!" kata Alya menggenggam jemari Freya.

" Iya!" kata Freya menghapus sisa airmatanya dan memeluk sahabatnya dengan erat.

avataravatar
Next chapter